Kamis, 20 Agustus 2015

Suplemen PJJ GBKP 23 – 29 Agts 2015 “BELAJAR DARI KEHIDUPAN DANIEL”

Suplemen PJJ GBKP 23 – 29 Agts 2015.

Belajar Dari kehidupan Daniel
Pendahuluan.
Belakangan ini mulai jarang kita temui para pemimpin yang memiliki integritas dan spiritualitas yang baik. Memang masih banyak orang yang ingin menjadi pemimpin di negeri ini, tetapi motif mereka pada umumnya adalah untuk mendapatkan nama besar, menikmati berbagai fasilitas dan tunjangan-tunjangan yang berkaitan dengan jabatan tersebut. Untuk mendapatkan kedudukan dan jabatan tertentu tidak sedikit pejabat itu menggunakan segala cara untuk mendapatkannya. Ada yang mempertaruhkan harta kekayaannya, harga dirinya, nilai moralnya, dan bahkan iman percayanya. Ada juga yang menempuhnya dengan menggunakan ijazah ‘aspal’ (asli palsu) atau membeli gelar-gelar tertentu yang dijual seharga belasan hingga puluhan juta rupiah. Dia tidak pernah kuliah tapi bisa mendapatkan gelar sarjana, bahkan magister dan doctor. Dan anehnya orang-orang seperti itu sedikitpun tidak merasa bersalah untuk mencantumkan gelarnya di depan atau di belakang namanya.

Godaan seperti itu bisa jaga melanda para pemimpin gereja termasuk para pemuda gereja. Dan kalau itu terjadi di kalangan gereja sudah bisa dibayangkan ke depan bagaimana nantinya perkembangan dan pertumbuhan gereja-gereja kita di Indonesia ini bahkan di dunia ini. Untuk itulah kita perlu belajar dari Alkitab terutama dari para tokoh Alkitab khususnya Daniel. Sebagai seorang pemuda, Daniel juga sudah barang tentu mempunyai harapan dan cita-cita yang tinggi pada zamannya. Tetapi dia tidak menyangka kalau negerinya akhirnya dihancur leburkan oleh kekuatan Negara lain yakni kerajaan Babelonia yang diperintah Nebukadnesar. Daniel pun ditawan dan dibawa ke Babelonia untuk dijadikan pekerja paksa di negeri asing. Tetapi di sana Daniel mendapat kesempatan untuk menjadi pejabat tinggi Negara Babelonia. Akankah iman dan integritas Daniel dikorbankannya untuk mendapatkan kedudukannya itu? Melalui Penelaahan Alkitab saat ini kita bisa belajar tentang pengalaman iman dan pergumulan hidup Daniel, yang bisa kita jadikan teladan di dalam kehidupan rohani kita.

Profil Daniel.
Ada beberapa orang di dalam Alkitab yang bernama Daniel. Pertama, Daniel (disebut juga dengan nama Khileab) anak kedua Daud dari Abigail, perempuan Karmel (1 Taw. 3:1). Tidak begitu banyak yang kita ketahui tentang riwayat kehidupannya. Diduga dia meninggal dunia pada usia yang relatif masih muda. Kedua, Daniel dari keturunan Itamar yang menyertai Ezra kembali ke Yerusalem setelah masa pembuangan Babelonia (Ezr. 8:2). Dia ikut membubuhkan tanda-tangannya pada piagam perjanjian yang bermeterai (Neh. 10: 1-6). Ketiga, Daniel yang memiliki hikmat dan kebenaran yang luar biasa, yang imannya disetarakan dengan Nuh dan Ayub (Yeh. 14:14,20; 28:3). Dan dia disebut di dalam naskah Ugarit. Yang keempat adalah Daniel yang diceriterakan di dalam kitab Daniel dalam Alkitab, yang digolongkan kepada nabi-nabi besar PL. Pada awalnya tidak banyak informasi yang kita dapatkan tentang Daniel ini. Namun dia diyakini sebagai seorang Israel dari keturunan raja dan bangsawan. Pendapat ini didasarkan kepada catatan dalam Daniel 1: 3, bahwa Nebukadnesar telah memerintahkan :

Aspenas kepala istananya untuk membawa beberapa orang Israel, yang berasal dari keturunan raja dan dari kaum bangsawan, yakni orang-orang muda yang tidak ada sesuatu cela, yang berperawakan baik, yang memahami berbagai-bagai hikmat, berpengetahuan banyak dan yang mempunyai pengertian tentang ilmu, yakni orang- orang yang cakap untuk bekerja dalam istana raja.
Daniel dibawa sebagai tawanan ke Babelonia oleh Nebukadnesar pada tahun ketiga pada pemerintahan Yoyakin. Bersama beberapa teman-temannya (Hananya, Misael dan Azarya) Daniel bersama mereka akan dilatih secara khusus untuk melayani raja di istananya (Dan. 1:5). Sejak pelatihan (Youth Leadership Training ala Nebukadnesar) itu nama-nama mereka yang berbau Yahudi (Israel) diganti dengan nama-nama berbau Babelonia. Daniel menjadi Beltsazar, Hananya menjadi Sadrakh, Misael menjadi Mesakh, dan Azarya menjadi Abednego (1:7). Mungkin alasan penggantian itu adalah untuk menyatakan kepada masyarakat Babel bahwa mereka sudah menjadi warga Babelonia melalui proses naturalisasi.

Masa pelatihan (training) itu memakan waktu selama 3 tahun, sebelum mereka bekerja untuk raja. Selama masa itu kepada mereka diberikan segala fasilitas kerajaan Babelonia, termasuk jenis dan kualitas makanan dan minuman yang terbaik (yang biasanya menjadi santapan raja) disiapkan untuk mereka. Namun Daniel dan kawan-kawannya tidak mau mengkonsumsi makanan dan minuman yang biasanya dimakan dan diminum raja. Mereka menahan dirinya untuk tidak menikmati ‘santapan’ raja, karena itu bisa menajiskan dirinya. Melihat commitment Daniel dan kawan-kawannya, maka Allah mengaruniakan kasih sayang-Nya kepada mereka melalui pemimpin pegawai istana. Daniel hanya meminta disediakan sayur dan air sebagai makanan dan minumannya. Dan ternyata hasilnya sangat menakjubkan. Perawakan Daniel dan kawan-kawannya lebih baik dan lebih gemuk dari pada orang-orang muda lainnya yang makan dan minum dari santapan raja (1: 15).

Daniel sangat berbeda dengan orang-orang muda pada zaman ini yang kelihatannya sangat konsumtif dan rakus terhadap makanan dan minuman. Orang-orang muda pada zaman ini sangat suka menikmati fasilitas Negara. Mereka tidak segan-segan membawa mobil dinas (mobil kantor; plat merah) ayahnya atau ibunya untuk bepergian dengan teman-temannya dan mengunjungi pacarnya. Orang-orang muda saat ini juga sangat gemar memakan makanan yang berlemak seperti daging, tetapi sangat sedikit yang makan sayur dan buah. Orang-orang muda saat ini juga gemar meminum minuman keras (alcohol) sampai bermabuk-mabukan dan tawuran. Bahkan tidak sedikit dari antara mereka yang telah mengkonsumsi narkhoba dan zat-zat adiktif lainnya.

Selama masa pelatihan (training) itu Allah memberikan pengetahuan dan kepandaian tentang berbagai-bagai tulisan dan hikmat. Kepada Daniel Allah juga mengaruniakan dia pengertian tentang berbagai-bagai penglihatan dan mimpi (1:17). Dan setelah tiba waktu yang ditetapkan, raja Nebukadnesar mulai berbicara dengan mereka. Raja menemukan bahwa mereka sepuluh kali lebih cerdas dari pada semua orang berilmu dan semua ahli jampi di seluruh kerajaannya. Dalam hal raja Nebukadnesar memerlukan kebijaksanaan dan pengertian, maka raja akan bertanya kepada mereka. Mereka menjadi ‘konsultan ahli’ bagi raja Babelonia. Ketika pun raja Nebukadnesar bermimpi dan semua para ahli (orang-orang berilmu, ahli jampi, ahli sihir dan para Kasdim tidak ada yang sanggup menjelaskan arti mimpinya. Tetapi melalui sebuah penglihatan malam yang diberikan oleh Allah, Daniel sanggup mengetahui apa mimpi raja dan sekaligus mengartikan mimpi itu (2:19-23).

Dari tawanan menjadi pejabat tinggi.
Setelah raja Nebukadnesar wafat, dia digantikan oleh anaknya bernama Belsyazar. Raja ini mengadakan perjamuan yang besar untuk para pembesarnya, seribu orang jumlahnya. Mereka minum-minum anggur dengan menggunakan perkakas dari emas yang telah diambil Nebukadnesar dari dalam Baitsuci Yerusalem. Sembari mereka bermabuk-mabukan mereka memuji-muji dewa-dewa dari emas dan perak, tembaga, besi, kayu dan batu (5:1-4). Saat itulah ada jari-jari tangan manusia menulis pada kapur dinding istana raja, dan raja melihat ada punggung tangan yang sedang menulis (5:5). Raja mengumpulkan para ahli jampi, para Kasdim dan para ahli nujum untuk mengartikan tulisan itu. Tetapi tak satu orang pun yang dapat mengartikannya. Akhirnya Daniel atau Beltsazar yang dikenal sebagai orang yang penuh dengan roh para dewa yang kudus, memiliki kecerahan, akal budi dan hikmat dan pengetahuan, dipanggil raja untuk mengartikannya. Mene, mene, tekel ufarsin berarti: masa pemerintahan raja dihitung oleh Allah dan telah diakhiri, raja ditimbang dengan neraca dan didapati terlalu ringan, kerajaannya yang terpecah dan diberikan kepada orang Media dan Persia (5:25). Hal itu terjadi karena raja dan seluruh pembesar kerajaan telah menggunakan perkakas emas dari Baitsuci Yerusalem untuk bermabuk-mabukan. Karena kemampuannya itu raja mengangkat Daniel menjadi pejabat tinggi kerajaan yang mempunya kekuasaan sebagai orang ketiga setelah raja. Dan setelah raja Beltsyazar terbunuh, dia digantikan oleh Darius, orang Media (5:29; 6:1), Daniel adalah salah satu dari ketiga pejabat tinggi yang mengepalai 120 wakil-wakil raja (6:2). Karena Daniel mempunyai roh yang luar biasa, raja Darius juga bermaksud untuk mengangkat Daniel menjadi pejabat atas seluruh kerajaannya, setingkat di bawah kekuasaan raja.

Melihat keberhasilan Daniel maka para pejabat tinggi dan wakil raja mencari alasan dakwaan untuk menjatuhkan Daniel dari jabatannya (6:5). Tetapi mereka tidak menemukan alasan apapun atau sesuatu kesalahan atas dirinya, sebab Daniel setia dan tidak lalai di dalam menjalankan tugasnya. Menurut mereka hanya ada satu cara untuk menjatuhkannya, yakni dalam hal ibadahnya kepada Allahnya (6:6). Tanpa sepengetahuan Daniel, para pejabat tinggi dan para wakil raja mengusulkan kepada raja untuk mengeluarkan sebuah peraturan atau undang-undang yang baru yang ditetapkan raja. Isi undang-undang itu adalah: barangsiapa dalam 30 hari menyampaikan permohonan kepada salah satu dewa atau manusia kecuali kepada raja, maka ia akan dilemparkan ke dalam gua singa (6:8). Begitu mendengar isi undang-undang itu, Daniel pergi ke rumahnya untuk berdoa kepada Allah ke arah Yerusalem. Di kamar atas, dia berlutut dan berdoa tiga kali sehari serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya (6:11). Ketika mereka menemukan Daniel yang sedang berdoa kepada Allahnya, maka mereka melaporkannya kepada raja. Mendengar nama Daniel, raja menjadi sangat sedih hatinya. Dia berusaha mencari jalan untuk melepaskan Daniel, tetapi dia tidak mendapatkannya. Akhirnya sesuai dengan ketentuan undang-undang itu, Daniel pun dilemparkan ke gua singa. Raja kembali ke istananya dan berpuasalah ia semalam-malam dan dia tidak bisa tidur, karena memikirkan keadaan Daniel.

Begitu fajar menyingsing, dengan terburu-buru raja langsung pergi ke gua singa. Raja berseru ke arah Daniel, kalau-kalau Daniel masih hidup: “Daniel, hamba Allah yang hidup, Allahmu yang kausembah dengan tekun, telah sanggupkah ia melepaskan engkau dari singa-singat itu?” (6:21). Daniel menjawab: “Ya raja, kekallah hidupmu! Allahku telah mengutus malaikat-Nya untuk mengatupkan mulut singa-singa itu, sehingga mereka tidak mengapa-apakan aku, karena ternyata aku tak bersalah di hadapan-Nya; tetapi juga terhadap tuanku, ya raja, aku tidak melakukan kejahatan” (6:23). Mendengar khabar baik itu, raja Darius mengirimkan suratnya kepada orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa yang berisikan kesaksian dan kewajiban :
  • Bersama ini kuberikan perintah, bahwa di seluruh kerajaan yang kukuasai orang harus takut dan gentar kepada Allahnya Daniel, sebab Dialah allah yang hidup yang kekal untuk selama-lamanya; pemerintahannya tidak akan binasa dan kekuasaan-Nya tidak akan berakhir. Dia melepaskan dan menolong, dan mengadakan tanda dan mujizat di langit dan di bumi, Dia yang telah melepaskan Daniel dari cengkeraman singa-singa” (6:27-28).
Iman percaya dan keselamatan Daniel telah menjadi kesaksian yang hidup bagi raja Darius sampai akhirnya dia mengirimkan isi kesaksiannya yang menjadi kewajiban bagi seluruh warga di dalam kerajaannya. Beberapa waktu kemudian Daniel pun mengalami kelelahan dan jatuh sakit beberapa hari lamanya (8:27).

Demikianlah kehidupan Daniel sebagai pejabat tinggi di Negara Babelonia. Di tengah-tengah kesibukannya selaku pejabat tinggi Negara, Daniel terus memelihara kebiasaan baiknya untuk datang ke hadirat Tuhan Allah untuk berdoa, bermohon dan berpuasa serta mengenakan kain kabung dan abu, memohon pengampunan dosa (9:3). Dia berdoa syafaat mewakili bangsanya : “Kami telah berbuat dosa dan salah, kami telah berlaku fasik dan telah memberontak, kami telah menyimpang dari perintah dan peraturan-Mu, dan kami tidak taat kepada hamba-hamba-Mu, para nabi, yang telah berbicara atas nama-Mu kepada raja-raja kami, kepada pemimpin-pemimpin kami, kepada bapa-bapa kami dan kepada segenap rakyat negeri. Ya TUHAN, kami, raja-raja kami, pemimpin-pemimpin kami dan bapa-bapa kami patutlah malu, sebab kami telah berbuat dosa terhadap Engkau. Pada TUHAN Allah kami, ada kesayangan dan keampunan, walaupun kami telah memberontak terhadap Dia” (9:5-6, 8-9).

Refleksi theologis
Dari sejarah kehidupan dan pengalaman Daniel kita memperoleh beberapa refleksi teologis, antara lain :
  1. Perobahan status social Daniel dari kaum bangsawan (orang berdarah biru) menjadi seorang tawanan perang yang akan diperlakukan sebagai budak tidak membuat Daniel menjadi orang yang frustrasi, yang ugal-ugalan dan yang urakan. Dia tetap memelihara kehidupan kepribadiannya dan kerohaniannya. Daniel tidak menghakimi siapa-siapa, juga tidak menghakimi Allah, bahkan dia tetap memuji Allah di tengah-tengah bangsa yang menawan dirinya.
  2. Seorang muda yang menjadi tawanan perang tidak identik dengan hidup yang tanpa masa depan sama sekali. Kemiskinan seorang muda tidak serta merta menutup jalan kehidupannya menuju kehidupan yang gemilang, bahkan hingga menduduki jabatan sebagai pejabat tinggi negara. Keterbatasan keadaan hidup dan kemiskinan bisa menjadi motivasi dan alasan yang kuat untuk mendorong keinginan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak dan lebih berhasil di masa depan. Oleh karena itu janganlah jadikan keterbatasan, kekurangan dan kemiskinanmu menjadi ‘penutup jalan’, tetapi pakailah itu menjadi ‘tumpuan’ kakimu untuk meraih sukses.
  3. Menahan diri dan mengendalikan hawa nafsu terhadap berbagai jenis makanan dan minuman yang biasa disantap para raja dan kaum bangsawan adalah salah satu cara untuk membentuk fostur tubuh yang sehat. Tidak semua makanan yang enak itu adalah menyehatkan. Sudah banyak orang-orang yang muda yang jatuh ke dalam kasus obesitas (kegemukan atau kelebihan berat badan). Di Australia ada banyak program untuk menurunkan berat badan. Banyak orang yang membelanjakan uangnya untuk menyewa seorang instruktur dalam rangka menurunkan berat badannya. Memakan makanan yang mengandung banyak lemak dapat menyebabkan timbulnya berbagai penyakit di dalam diri kita. Sebaliknya, memakan makanan yang mengandung serat dari sayur-sayuran dan buah-buahan justru membuat tubuh menjadi sehat.
  4. Juga meminum minuman yang mengandung alcohol dapat mengakibatkan kemabukan dan hilangnya kesadaran. Seseorang yang mabuk akan sulit untuk membedakan isterinya dengan ibu mertuanya, dan tidak bisa membedakan isterinya dengan isteri temannya. Banyak orang muda berpikir agar berani naksir cewek dia perlu menenggak minuman beralkohol. Orang muda seperti ini adalah orang yang abnormal (sakit jiwa). Dikatakan abnormal, karena makan obat dulu baru berani menyampaikan isi hatinya. Orang yang normal (sehat) tidak memerlukan obat untuk mengungkapkan isi hatinya kepada siapa saja. Karena dia sadar hanya ada dua kemungkinan jawaban yang akan dia terima, diterima atau ditolak, itu saja. Orang-orang muda juga perlu menahan diri dari perilaku konsumtif yang bersifat kecanduan. Misalnya dengan perilaku merokok, menghisap ganja, mengkonsumsi narkhoba dan zat-zat adiktif lainnya. Juga dari kebiasaan kebut-kebutan, pergaulan bebas, judi, dll.
  5. Kemampuan untuk menahan diri dan mengendalikan diri hanya bisa diperoleh melalui pemeliharaan kehidupan kerohanian (spiritualitas). Kerohanian dan spiritualitas kita bisa bertumbuh dan berkembang apabila kita tetap memelihara hubungan pribadi dengan TUHAN (HPDT). Orang-orang muda perlu melakukan penyembahan pribadi, doa dan ibadah pribadi, di samping penyembahan bersama di gereja dan persekutuan. Yakni dengan cara melakukan doa pagi sebelum memulai sesuatu aktifitas sepanjang hari. Dalam Markus 1:35 ada dikatakan: “Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia (Yesus) bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana.” Saudara-saudara kita di Korea, setiap hari jam 04.30 sudah pergi ke gereja untuk beribadah, walaupun di musim dingin (salju). Daniel selalu berdoa setiap hari, tiga kali sehari (pagi, siang dan sore). Hidup yang beribadah, dan ibadah yang hidup adalah kehidupan orang-orang muda.
  6. Orang yang berspiritualitas adalah orang yang selalu berkomunikasi dengan Alllah dan selalu dengar-dengaran dengan firman Tuhan. Hal ini dapat kita jumpai dalam Galatia 6:2, yang mengatakan: “kalau ada seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lembah lembut…” Dalam terjemahan The Holy Bible versi NRSV disebutkan: “you who have received the Spirit should restore”. Itu berarti bahwa orang yang memiliki spiritualitas adalah orang yang terus-menerus menerima Roh Allah di dalam hidupnya. Dalam pasal sebelumnya (5:16) Paulus mengatakan: “hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging”. Dan jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh (5:25).
  7. Orang-orang muda yang memiliki spiritualitas lah orang-orang yang memiliki integritas. Integritas adalah suatu kepribadian yang utuh. Yakni suatu kepribadian yang sejalan perkataannya dengan perbuatannya, dan sejalan perbuatannya dengan apa yang diyakininya (imannya). Hidup dan perilakunya adalah buah dari imannya. Orang yang memiliki integritas adalah orang yang berani menegakkan keadilan dan kebenaran. Berani mengatakan ‘ya’ terhadap yang benar dan baik, dan mengatakan ‘tidak’ terhadap yang salah dan jahat. Dia memiliki prinsip yang kuat di dalam hidupnya, karena dia selalu berlandaskan imannya di dalam setiap hal yang dilakukannya. Dia tidak mengenal kompromi terhadap dunia ini. Dia tidak mau terlibat kepada tindakan konspirasi yang menjatuhkan sesamanya.
  8. Kehidupan spiritualitas dan integritasnya yang tinggi membuat mulut singa terkatup rapat. Singa-singa lapar menjadi kenyang melihat kehadiran anak-anak Tuhan. Mereka tidak selera untuk menyantap anak-anak Tuhan, karena tubuh mereka tidak mengandung bau kematian (mayat). Sebaliknya singa-singa lapar itu akan bertambah laparnya ketika melihat tubuh orang-orang yang penuh dosa dan kejahatan, yang rakus dan tamak, serta yang tambun karena menimbun kejahatan di dalam dirinya. Singa-singa lapar itu akan sangat merasa haus ketika melihat tubuh orang-orang yang suka menghisap darah (kehidupan) sesamanya.
  9. Kehadiran orang-orang muda di setiap tempat dan waktu akan selalu membuat orang-orang di sekitarnya dapat mengenal Allah. Di mana pun orang-orang muda ada, dia selalu memperkenalkan kuasa Allah. Hidupnya adalah hidup yang bersaksi, bersaksi tentang kebaikan Tuhan. Di mana pun dia berada mujizat dan tanda ajaib Tuhan selalu nyata di dalam hidupnya. Tuhan memakainya menjadi alat yang indah dalam pemberitaan Injil, kabar baik Tuhan Yesus Kristus.
  10. Oleh karena itu selalulah takut akan Tuhan. Dia akan mendudukkanmu pada kedudukan dan jabatan yang Tuhan sediakan bagimu. Kita tidak perlu mendongkel kawan agar jatuh dari kedudukan dan jabatannya. Kedudukan dan jabatan kita haruslah yang dari pada Tuhan, bukan yang diberikan oleh dunia ini. Selamat melayani.
Catatan kuliah PL. DR. J. Situmorang.