John Sung, Sang Obor Asia

Hidup dan pelayanan doktor John Sung terjadi dalam waktu yang sangat
penting bukan hanya dinegaranya tapi juga di Negara lain. Perang dunia
kedua pecah sebelum John Sung meninggal, pendudukan Jepang terhadap
negara-negara lain terjadi di Asia. Tuhan memakai John Sung untuk
mempersiapkan orang-orang Kristen menghadapi masa penderitaan itu. Ia
mengajar Firman Tuhan tanpa mempedulikan dirinya sendiri. Selama
kunjungannya terakhir di Indonesia, ia dalam kondisi yang sangat lemah
dan hanya dpat berkhotbah sambil duduk tapi berkat pelayanan Jogn Sung
masih sangat terasa sampai sekarang. Banyak gereja dibangungkan,
pekabaran injil diperbaharui dan banyak jiwa dijamah.
Tanggal 27 September 1901, John Sung lahir di desa Hong Chek Propinsi Fu Jian, China. Diberi nama Yu Un artinya berlimpah anugerah.Tahun
1909, Roh Kudus mengubah hidupnya melalui KKR tentang peristiwa Yudas
Iskariot di taman Getsemani. Mulai saat itu ia sering menolong Ayahnya
untuk tugas-tugas Gereja dan meggantikan Ayahnya untuk berkhotbah
sehingga mendapat julukan baru si Pendeta kecil lebih baik dari yang
sebelumnya yaitu si kepala besar. Tahun 1920, berangkat ke Amerika
kuliah di Universitas Weshley dan bermimpi mendapat visi dari Tuhan
bahwa ia harus pergi memberitakan injil karena hanya melalui Salib Yesus
semua orang dapat selamat.
Tahun 1923, John Sung lulus dari Universitas dengan hasil yang
memuaskan dan mendapat gelar doktor. Pada saat itu ada seorang Pendeta
yang dipakai Tuhan mengatakan bahwa John Sung lebih mirip seorang
Pendeta daripada menjadi seorang ahli ilmu alam, kemudian ia masuk
sekolah Alkitab dan masuk rumah sakit jiwa selama 139 hari. Disitulah ia
berkesempatan membaca Alkitab dari Kejadian sampai Wahyu sampai 40
hari. Tahun 1927, John Sung kembali ke Shanghai dan menyatakan pada
keluarganya bahwa ia sudah menyerahkan diri dan hidupnya untuk
memberitakan injil.
Tahun 1930, John Sung memulai pelayanan
dikampung halamannya dan banyak orang bertobat menerima Tuhan Yesus. Tahun 1933, Ia mendapat mimpi bahwa Ayahnya pulang ke rumah Bapa dan
sang Ayah memberi tahu bahwa John Sung masih ada sisa umur tujuh tahun
lagi untuk memberitakan injil. Tahun 1935, John Sung melayani di
Filipina dan Singapura. Tahun 1936, John Sung melayani di Asia Tenggara
walaupun sakit paru-paru dan kesehatannya semakin menurun, tapi itu
tidak menghalanginya tetap melayani Tuhan. Tahun 1939, Doktor Sung dating menuju Surabaya (Jawa Timur,
Indonesia) dan mengadakan KKR dua puluh satu kali dalam seminggu. Pada
saat itu ia mendapat kabar bahwa anak laki-laki satu-satunya bernama
Josua pulang ke rumah Bapa. John Sung sangat sedih tapi secara iman dia
bersukacita karena anaknya hidup didalam genggaman tangan Tuhan dan
sekarang sudah bersamaNya. Tahun 1944, John Sung pulang ke rumah Bapa di
Beijing didampingi istrinya yang setia.
Kisah John Sung ini, sepertinya memang sudah dirancangkannya dari
sebelum dilahirkan dan sewaktu masih dalam kandungan sampai lahir dan
sampai pada akhir hayatnya. Semua terjadi nyata dan sudah digariskan
oleh Tuhan. John Sung tinggal menjalankan dan harus melakukan serta
mewujud nyatakan kehendak Tuhan dalam kehidupan pelayanannya.
Sampai saat ini, banyak orang yang masih menantikan kabar sukacita
yaitu injil keselamatan dan Tuhan Yesus meminta kita untuk berdoa
memohon supaya Tuhan mengutus pekerja-pekerja dan ketika kita sedang
berdoa siapa tahu mungkin kitalah yang dipanggil dan diutus oleh Tuhan.
sumber : Nafiri Kasih