Selasa, 25 Agustus 2015

Suplemen Moria 23 – 29 Agts 2015 “SUAMI DAN ISTRI ADALAH SATU” Kej 2 : 18 – 24

Suplemen Moria 23 – 29 Agts 2015

“SUAMI DAN ISTRI ADALAH SATU”
Kej 2 : 18 – 24

Beberapa hal yang mengakibatkan adanya problem dalam perkawinan dalam dewasa ini, antara lain :
  • Seringnya satu pasangan mengabaikan keseimbangan dimensi kasih yang bersifat internal dan eksternal, dan dalam hal ini ada kecenderungan dari pasangan yang terlalu mengedepankan aspek eksternal seperti penampilan fisik.
  • Keberhasilan dalam karier dan peningkatan finansial serta jumlah properti. Seakan-akan rumah tangga yang berhasil manakala mereka memiliki penampilan fisik yang serba oke, sukses dalam pekerjaan atau karier dan mampu memiliki berbagai harta milik atau aset.
  • Tiap – tiap pasangan membentuk dunianya sendiri.
  • Suami merasa memiliki hak atas pola kehidupan dan kesenangan yang dia miliki dan demikian pula dengan isteri yang berjalan menurut kehendak dan kemauannya sendiri. Mereka berdua secara fisik tetap dapat hidup satu atap dan satu rumah, tetapi kasih dan cinta mereka sesungguhnya telah padam.
  • Bahkan tidak jarang dalam realita, kita dapat menjumpai 2 orang yang semula saling mencintai telah berubah menjadi orang-orang yang saling membenci dan menyimpan dendam kesumat. Penyebabnya karena cinta mereka kini bergeser dan condong kepada aspek yang eksternal yaitu segala sesuatu yang bersifat jasmaniah, fisik dan materi ; tetapi hati mereka telah kehilangan meterai cinta.
Jikalau kita kembali mengingat makna kebaktian peneguhan dan pemberkatan pernikahan maka pemberkatan pernikahan itu tentunya bukanlah hanya suatu acara gerejawi dalam kemasan liturgi yang hanya sekedar untuk memeteraikan kedua insan pengantin secara eksternal di hadapan publik. Dalam peneguhan dan pemberkatan pernikahan tersebut kedua insan pengantin menyatakan janji kesetiaan, tukar cincin, dan disatukan atas nama Allah. Dalam hal ini kedua insan pengantin membuka diri dalam satu komitmen iman untuk saling mengasihi dari lubuk hati mereka yang paling dalam. Oleh itu makna peneguhan dan pemberkatan dalam perkawinan pada hakikatnya untuk meneguhkan komitmen dan janji setia dari kedua mempelai agar mereka berdua mau saling mengasihi dengan kesetiaan yang kekal. Itu sebabnya hanya peristiwa kematian atau maut saja yang dapat memisahkan hubungan suami dan isteri.

Kitab Kej 2 : 18 – 24, menggambarkan bagaimana Allah, berencana baik kepada Adam ketika Ia melihat Adam hidup sendiri dan akhirnya meberikan teman yang sepadan kepada Adam sebagai teman hidup. Teman yang sepadan itu adalah teman yang saling membutuhkan dan saling melengkapi. Sehingga dengan saling membutuhkan dan saling melengkapi ini mereka harus menyatukan hati, pikiran, keinginan untuk satu tujuan hidup yaitu mencapai kebahagian.

Tema kita “SUAMI DAN ISTRI ADALAH SATU”, benar sekali apa yang dikatakan oleh tema kita pada hari ini, oleh itu maka pasangan suami – istri haruslah sepenuh hati dan selamanya untuk mencitai pasangannya dan cinta demikianlah yang disebut cinta sejati. Dalam prakteknya adakah yang memang mencintai pasangannya seumur hidup dan merasakan kesatuan itu sungguh – sungguh ada ? jawabnya tentu saja ada. Salah satu dari kisah – kisah pasangan yang saling mencintai dan merasakan adanya kesatuan hidup, dan cukup terkenal di kita yaitu kisah cinta mantan Presiden RI yaitu BJ. Habibie. Dari tokoh ini sebenarnya kita dapat belajar banyak dan berharga tentang kiat membangun rumah tangga superbahagia adapun kita pasangan ini yang dapat kita tuliskan disini antara lain :
  • Cinta sejati dari dua pasangan yang menikah hanya akan berkesinambungan, bila kedua belah pihak saling berlomba memberikan kontribusi terbaik nya (give) bagi kebahagiaan pasangannya, bukan sebaliknya hanya sibuk menuntut haknya (take).
  • Cinta sejati yang dikelola dengan baik berdampak signifikan dalam perwujudan cita-cita keduanya. Presiden RI ketiga ini dengan sangat baik menganalogikan produktivitas dari sinergi pasangan atau keluarga yang disegel dengan cinta sejati laksana penjumlahan bilangan 1 + 1 + 1 bukanlah menghasilkan hasil 3, tetapi bisa 1000, 10. 000 bahkan lebih dari jumlah tersebut, tergantung pada kadar kualitas dari kontribusi kedua pasangan. “ Posisi dan prestasi hidup saya hari ini merupakan buah dari cinta sejati saya dengan bu Ainun” ungkap Prof Habibie dengan mata berkaca-kaca. sang jenius ini, kemudian menceritakan bagaimana almarhumah – bu Ainun memberikan dukungan dan pengorbanan sangat luar biasa justru disaat kondisi ekonomi pasangan muda tersebut penuh kesulitan di awal pernikahannya di Jerman.
  • Cinta sejati setiap pasangan akan diuji oleh Allah dengan beragam ujian. Semakin sulit dan besar kadar ujian perkawinan & rumah tangga, maka semakin tampak kadar keaslian dan ketinggian cinta sejati dari masing-masing pihak.
  • Sang pecinta sejati hanya akan berpasangan dengan pasangan serupa.
  • Cinta sejati yang saling mengisi dan terbina dalam bentangan waktu yang lama akan menghasilkan “kemanunggalan” cinta dalam diri pasangannya (batin) meskipun sudah berpisah secara raga.
Jadi dalam hal ini kita dapat melihat BJ. Habibie, benar – benar membangun rumah tangganya di atas pilar cinta kasih – Cinta sejati dan yang saling mendukung, saling mengasihi. Inilah sebagian yang dapat diceritakan tentang nikmat dari pasangan yang sejati dan pasangan superbahagia di dunia.
Kita dan pasangan kita adalah satu, oleh itu juga sangat diharapkan Moria – Moria GBKP, semakin mengembangkan cinta yang sungguh – sungguh didalam kehidupan keluarga, karena siapa saja yang bisa membangun kehidupan yang berbahagia dan melewati berbagai rintangan dalam perkawinannya dengan baik, maka ia telah memuliakan Tuhan dalam kehidupannya dan dari keluarganya.
Mother Theresa mengatakan : “Tidak semua dari kita bisa melakukan hal besar dan luar biasa, tetapi semua kita bisa melakukan hal – hal kecil dengan cinta yang besar”.di dalam kehidupan keluarga kita tentu saja kita tidak dapat melakukan hal – hal yang besar dan luar biasa, tetapi jika kita melakukannya dengan cinta maka hal sekecil apapun pasti akan membuahkan kebahagian.
Selamat PA – Moria, kita adalah satu dengan pasangan kita, selamat mencintai, selamat mengasihi dan selamat berbahagia dalam kehidupan keluarga kita.

Amin.
Pekanbaru 26 Agts 2015.

Suplemen Moria Tgl 30 Agts – 05 Sept 2015. “Ciremndu gegehku (Senyummu kekuatanku)” Ayub 19 : 18 – 25

Suplemen Moria Tgl 30 Agts – 05 Sept 2015.

Tema : “Ciremndu gegehku (Senyummu kekuatanku)”
Bacaan : Ayub 19 : 18 – 25

Kitab Ayub menjadi sangat populer dan menarik bagi setiap orang kristen karena isinya merupakan sebuah upaya untuk menjawab pertanyaan :
  • Mengapa Tuhan mengijinkan iblis melakukan sesuatu yang membuat seorang Ayub menderita, sedangkan Allah sendiri menyatakan bahwa Ayub adalah seorang yang saleh, jujur, takut akan Allah dan menjauhi kejahatan (Ayub 1:1)
  • Allah yang memamerkan tentang siapa Ayub di hadapan iblis dengan mengatakan “tidak seorangpun di bumi seperti Ayub…” (Ayub 1:8)
  • Melawan konsep dunia yang mengatakan dari sejak dulu dan bahkan sampai saat ini, bahwa hanya orang yang jahatlah yang harus mengalami penderitaan karena dosa dan kejahatannya, sebab penderitaan itu sendiri adalah hukuman Allah bagi orang-orang yang jahat. Dan seyogianya orang baik seperti Ayub tidak semestinya mengalami penderitaan. Namun rupanya konsep umum/dunia yang demikian itu memang tidak selalu harus sesuai dengan kenyataannya. Penderitaan rupanya datang dan pergi menghinggapi siapa saja tanpa memandang pada orang baik, orang saleh ataupun orang jahat.
Siapakah Ayub ? :
  • Ayub adalah sosok yang takut akan Allah, saleh, jujur, menjauhi kejahatan dan sangat baik, sehingga dapat dikatakan kehidupan Ayub tidak bercacat cela dan oleh hal itu Ayub mendapat pengakuan dari Tuhan sebagai orang yang benar (Ayub 1 : 8).
  • Ditengah keluarga Ayub menjadi seorang Ayah yang menjadi peduli dan teladan bagi anak – anaknya (Ayub 1 : 4 – 5).
  • Dia adalah kepala rumah tangga yang bertanggungjawab, Memiliki Kepemimpinan R ohani yang baik dalam keluarga, sehingga ia selalu membawa anak – anaknya kepada hubungan dengan Allah dengan membawa korban persembahan kepada Tuhan sebagai ungkapan permohonan ampun kalau-kalau telah melakukan dosa di hadapan Allah (1:5).
  • Seorang suami yang baik yang mengasihi istrinya.
  • Tipe pria yang ideal. Ia sangat kaya secara jasmani maupun rohani, ia baik dan saleh luar dan dalam.
Bagaimana dengan istri Ayub ?
Sebelum masuk ke dalam pencobaan tentu ia adalah wanita yang sangat berbahagia, dia merasa menjadi wanita yang paling beruntung di dunia. Bagaimana tidak? Ia memiliki segalanya, suami yang baik dan saleh, bisa dipercaya, ia memiliki anak-anak yang banyak dan memiliki harta yang melimpah. Sehingga tak pernah kekurangan. Mungkin setiap hari ia tersenyum puas menatap masa depannya yang cerah. Dan pasti Ayub juga merasa bahagia mendapatkan seorang istri yang baik. Rumah tangga mereka sangat diberkati Tuhan dengan berbagai kelimpahan. Namun episode keluarga ini selanjutnya berubah 180 derajat. Semua yang sudah dalam genggaman akhirnya hilang begitu saja, melalui musibah-demi musibah yang mereka alami (1:13 – 19).

Ayub dan istrinya sangat tertekan dan menderita dengan semua peristiwa yang menimpa keluarga mereka. Dan yang paling menderita pasti Ayub, karena dialah yang menjadi sasaran tembak dari iblis. Pada saat itu, secara manusia satu-satunya kebahagiaan yang masih tersisa dari Ayub hanyalah istrinya, sehingga kehadiran dan dukungan dari istrinya sangat dibutuhkan. Namun satu-satunya asa yang ada selain Tuhan, kini menampakkan wajah aslinya.

Sebagai seorang suami dia masih bisa bertahan menghadapi segala tantangan. Tetapi kali ini dia mendapat pukulan telak, ia seolah ditusuk tepat di tempat yang paling mematikan! Ketika istrinya mempertanyakan kesetiaan Ayub kepada Allah. “Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!” (2:9) Saya berpikir,….. inilah pukulan yang terberat dari semua pencobaan dan ujian yang dialami Ayub. Namun kesetiaan Ayub kepada Tuhan tetap tidak dapat dihancurkan, dengan semua ide dan sumpah serapah itu. Ayub berkata: “Engkau Berbicara Seperti Perempuan Gila” (2 : 10).

Dalam keadaan yang normal, itu memang bukan perkataan yang pantas dari seorang suami kepada istrinya. Tetapi kita setuju kalau ide, sikap dan perkataan istri Ayub melebihi batas. Ternyata senyuman manis, kecantikan yang menawan dan kebaikan yang dulu dirasakan Ayub hanyalah bungkus luar ! Sebab wajah asli seseorang terlihat pada saat ia tertekan, baik oleh penyakit, penderitaan ataupun persoalan hidup yang berat.

Dalam perspektif Allah, pastilah Dia tahu dan dapat mengukur kapasitas yang dapat dipikul seseorang dalam menanggung beban, sehingga semua pekerjaan iblis pun dalam kontrol dan batasan yang dibuat Allah, baik kepada Ayub maupun kepada istrinya (1:12; 2:6). Namun yang lebih menarik, wajah asli istri Ayub lebih dari “seorang perempuan gila” sebab konsepnya ternyata sama persis dengan konsep iblis. Bahwa manusia jika menderita pasti, dan seharusnya meninggalkan Allah (2 : 5). Perkataan istrinya dan perkataan semua orang tidak meluluhlantakan imannya. Imannya yang seperti emas tak pernah takut dengan api melainkan semakin dimurnikan, Ayub melewati api pencobaan, tetapi hidupnya justru semakin dimurnikan (ayub 19 : 19 – 25).

Tema PA – Moria kita hari ini “ Senyummu kekuatanku (Ciremndu gegehku)” sebenarnya mengajak bagaimana Moria dapat menjadi kekuatan, pemberi semangat didalam kehidupan rumah tangga, lingkungan gereja dan masyarakat, dengan wajah yang bersahabat, wajah yang selalu ceria.
Kita mengetahui sebuah senyuman akan selalu membahagiakan seseorang, dan benar sekali dengan sebuah senyuman, seseorang akan membahagiakan dirinya sendiri dan orang lain yang mendapat senyuman dari kita. Tapi sayang memang, kalau kita memperhatikan orang timur (Karo) umumnya mahal senyum, entah apa yang menyebbkanya saya juga tidak tau pasti, kalau dikaitkan dengan kehidupan Ayub, mungkin saja orang Indonesia (Karo) memiliki jiwa dan perangai seperti istri Ayub, senyuman manis, kecantikan yang menawan dan kebaikan yang ditamilkan hanyalah bungkus luar ! ketika seseorang itu tidak lagi seperti yang dikehendaki seperti kehidupan Ayub maka senyum dan segala kebaikan menjadi sirna. Saya ingin mengatakan istri Ayub adalah istri yang memiliki moto ; ada uang abang sayang tidak ada uang abang melayang … heheheh.

Moria GBKP tidak diharapkan memiliki jiwa atau perangai seperti istri Ayub, tetapi menampakkan diri sebagai Moria – Moria yang setia dan selalu ceria dalam situasi apapun dan selalu menghadirkan semangat yang baru dimanapun ia hadir. Dan untuk Moria yang belum bisa tersenyum mari belajar tersenyum sehingga kita juga makin cantik dan mempesona, jangan katakan saya tidak bisa tersenyum karena wajah saya memang wajah cemberut, tidak ! orang – orang barat pada umumnya selalu menampilkan wajah yang ceria dan tersenyum ketika kita bertatap muka dan bertutur sapa dengannya, apakah mereka mereka dilahirkan dengan wajah murah senyum, sekali lagi tidak, tetapi mereka belajar senyum setiap saat dan akhirnya menjadi kebiasaan. Pada kesempatan ini saya akan menuliskan resep belajar tersenyum dan semoga kita mau mempraktekkannya di rumah sehingga akhirnya kita menjadi orang yang murah senyum : Jika selama ini kita mahal senyum, sulit tersenyum. Maka mulai di pagi hari belajar “SENYUM DUA JARI”, caranya sangat gampang. Berdirilah di depan kaca, lihat wajah anda, jika kurang cantik tanpa senyuman maka senyumlah dengan mendorong kedua mulut dari bawah keatas dengan dua jari anda. Setelah itu perhatikan wajah anda, maka akan terlihat aura kecantikan dari senyuman diri anda. Ini yang disebut dengan tekhnik “SENYUM DUA JARI”. Selamat mencoba dan tersenyumlah maka aku pun akan tersenyum.

Amin.
Pekanbaru 25 Agust 2015.