Jumat, 18 September 2015

TIDAK AKAN BISA SALING MEMBALAS

TIDAK AKAN BISA SALING MEMBALAS

Selama hidup, kita akan selalu mendapat kebaikan atau jasa baik dari seseorang, dari sekian banyak jasa baik dan kebaikan yang telah kita terima itu, bagaimanakah kita membalas kebaikan – kebaikan itu semuanya? Apakah kita akan mebalasnya satu per satu ? aku rasa itu kan mustahil dan kalau itu mustahil untuk dilakukan, apa yang harus kita lakukan ?

“Kasih itu bergerak secara dua arah. Saat kita menjadi pemberi kebaikan, kita diundang untuk memberi tanpa pamrih, tanpa mengharapkan imbal jasa. Sebaliknya, saat kita menjadi penerima kebaikan, kita diundang untuk tidak gelisah dan terbeban memikirkan bagaimana membalas budi.” Karena Tidak ada seorang pun yang akan pernah mampu membalas suatu kebaikan secara setimpal. Umpamanya : Si A memberikan satu juta kepada si B; kemudian pada waktu lain si B membalas memberikan satu juta kepada si A. Apakah itu Setimpal ? Secara nilai rupiah, bisa iya bisa tidak – bergantung pada berapa lama jarak pemberian itu dan apakah sedang terjadi penurunan nilai mata uang atau tidak. Namun, secara pengorbanan, nilai pemberian A jelas akan berbeda dari pemberian si B. Jadi walau bagaimanapun tidak akan pernah setimpal.

Balas – membalas juga menyeret kita ke dalam persaingan. Kalau kita menganggap pemberian kita lebih rendah nilainya, kita akan jadi minder. Kalau kita menganggap pemberian kita lebih tinggi nilainya, kita akan sombong. Jadi sikap balas – membalas akan menggeser nilai kebaikan itu sendiri. Jika demikian, lalu bagaimakah seharusnya ?
Mari Belajar dari Bunga Mawar !

Setangkai pohon mawar. Dari Matahari ia menerima cahaya dan panas. Dari langit, ia menerima udara segar dan curah hujan. Dari tanah, ia menerima sari – sari makanan. Dari petani, ia menerima perawatan.

Apakah bunga mawar membalas memberikan cahaya dan panas kepada matahari?
Apakah bunga mawar membalas memberikan udara segar dan curah hujan kepada langit?
Apakah bunga malsa membalas memberikan sari-sari makanan kepada tanah?
Apakah bunga mawar membalas memberikan perawatan kepada si petani?
Tidak, bukan ? Ia tidak gelisah memikirkan bagaimana mesti membalas kebaikan matahari, langit, tanah, petani. Tentu saja, ia juga memberi pada lingkungannya. Hal-hal yang berbeda. Yang tidak bisa diperbanding-bandingkan. Dalam pelajaran biologi dasar, misalnya, tanaman mendapatkan CO2 dan melepaskan O2 ke udara. Itu zat yang berbeda, bukan?
Jadi, apa yang dilakukan si mawar?
“Ia mekar semekar-mekarnya, menjadi mawar yang semawar-mawarnya! Begitulah dinamika memberi dan menerima sebagai tindakan kasih. Jadi, ketika kita mendapatkan kesempatan untuk memberikan kebaikan, alih-alih membayangkan tuaian yang akan kita petik dari benih yang kita tabur, rasanya lebih tepat jika kita bertanya, “Apakah pemberian terbaik yang dapat kuberikan kepadanya, yang akan menolongnya semakin mekar sebagai manusia ?”
Dan, ketika kita mendapatkan jatah untuk menerima kebaikan, alih-alih memikirkan apa saja yang mesti kita lakukan untuk membalasnya, rasanya lebih tepat jika kita bertanya, “Bagaimana aku dapat mendayagunakan pemberian ini sebaik mungkin sehingga aku semakin mekar sebagai manusia?” Sederhana bukan ? oleh itu marilah kita saling memberi dan saling menerima, untuk mekar semekar – mekarnya, menjadi manusia yang semanusia – manusianya !
Salam Kebaikan.

Inspirasi tulisan ini di dapat tulisan sahabat yang aku lupa dari mana sumbernya sedikit diedit untuk untuk mempermudah kita membaca dan mengerti. Salam dari kami kepada penulis.
Pdt. Israel HS Milala. Pekanbaru 19 Sept 2015.