NATAL ITU TELAH MENJADI AJANG TEBAR PESONA
Hari Natal memang menjadi bulan sangat religius bagi umat
kristen, telah mulai berbagai gereja, instansi, atau pribadi – pribadi memperiapkan
diri untuk menyambut Natal dan saya juga telah melihat simbol religious itu mulai
dipersiapkan untuk dekorasi pada saatnya nanti tiba.
Tetapi ada kerisuan dalam hati saya pribadi, nantinya simbol religious
itu sudah bukan menjadi simbol iman tapi telah menjadi sebagai symbol euforia.
Lagu - lagu natal bukan lagi sebagai kidung syahdu untuk mengingat
kesederhanaan palungan, tetapi sudah
berubah menjadi lagu untuk mengundang orang datang dan hanya sebagai
hiburan.
Akan ada banyak panitia natal yang akan mempersiapkan Snack atau
makanan Natal, semoga hal itu bukan sebagai
lambang umat yang konsumerisme. Ketika kita bisa menjaga simbol religius itu di
hati, maka kita memang tidak akan terjebak akan iman baru yaitu konsumerisme.
Natal bukanlah arena tukar kado dan dapat kado gaya santa claus yang tak jelas maunya kemana. Natal adalah menerima kado Tuhan yang terbesar yakni keselamatan telah hadir. Itu sebabnya Natal harus berfokus pada palungan yang artinya pengorbanan dan kesederhaan bukan kemewahan dan ajang tebar pesona dan semoga saja natal – natal yang kita lakukan bukanlah hanya sebagai tebar pesona.
Substansi awal untuk mengerti kesederhanaan 'palungan' adalah bahwa
Tuhan melawat umatNya melalui pribadi yang altruist sejati seperti Jusuf dan
Maria yang mempersembah dirinya dipakai untuk sebuah prakarsa agung 'Imannuel'
sudah sangat jauh. Oleh itu saya kira keluarga dari Nazareth, tidak memerlukan
simbol religious dalam arti fisik, tebar pesona, karena mereka sudah bertemu
dengan substansi Juruslamat secara Agung itu sendiri.
Doa saya tahun ini sama seperti doa – doa tahun yang lalu ketika
menyambut Natal, semoga Natal itu memang menjadi sebuah natal yang
sesungguhnya. Selamat Menyambut Natal dalam arti yang sesungguhnya.
Pekanbaru Selasa 14 Des 2017