BEGU DALAM KEPERCAYAAN SUKU KARO
I. Pendahuluan
Ketika kekristenan datang ke Tanah Karo maka injil berjumpa dengan unsur – unsur budaya lokal. Artinya injil bertemu dengan Adat, bicara dan kiniteken yang merupakan unsur pelaksana dalam budaya kkaro. Ketiga hal inilah yang menjadi dasar budaya Karo. Adapun pengertian dari ketiga hal tersebut diatas adalah :
Ketika kekristenan datang ke Tanah Karo maka injil berjumpa dengan unsur – unsur budaya lokal. Artinya injil bertemu dengan Adat, bicara dan kiniteken yang merupakan unsur pelaksana dalam budaya kkaro. Ketiga hal inilah yang menjadi dasar budaya Karo. Adapun pengertian dari ketiga hal tersebut diatas adalah :
- Adat adalah dalam pemahaman orang Karo adalah sikap hidup yang telah menjadi kebiasaan dalam perikehidupan yang menjadi aturan dan norma hidup orang Karo yang sudah ada sejak dahulu kala dan diturunkan turun temurun kepada generasi berikutnya.
- Bicara adalah sesuatu yang dianggap baik diturunkan (jile – jile) sebagai tambahan dalam adat, dimana setiap daerah memiliki Bicara yang berbeda – beda.
- Kiniteken adalah kepercayaan terhadap adanya kekuasaan diliuar manusia yang dianggap mampu melindungi manusia dan melepaskannya dari bahaya serta memberikan berkat kepada manusia yang menyembahnya.
Unsur yang paling dekat dan bersangkutan
dengan dunia adikodrati orang karo adalah begu, yaitu roh yang telah
meninggal, khususnya almarhum sanak saudara (Keluarga) dan nenek moyang.
Berdasarkan kepercayaan orang Karo, begu adalah arwah (tendi) orang
yang sudah meninggal dan ini terlihat dari pernyataan oraong karo : roh
menjadi begu,rambut menjadu ijuk, daging menjadi tanah, tulang menjadi
batu, darah menjadi air, nafas menjadi angin, dari sinilah orang Karo
memahami ada keterbatasan hidup dalam dunia, tetapi ada juga kelanjutan
hidup setelah kematian.
Dalam pemahaman orang Karo bahwa yang
sudah meninggal masih dapat dihubungi dengan perantaran dukun (guru
sibaso) dan roh itu yang dikenal dengan begu terbagi dalam dua yaitun
roh nenk moyang / Keluarga adalah yang baik karena dianggap dapat
memberikan kebaikan dan begu ganjang dikatakan roh yang jahat karena ia
akan membunuh sang pemelihara tidak memberikan persembahan atau sesajen
(mere man begu). Demikianlah, konsepsep tentang begu dipahami sebagai
yang baik dan yang jahat. Dan pada umumnya orang karo masih
berhubungan dengan begu hal ini terlihat dengan masih seringnya ada
ritual – ritual agama asli (Pemena) dan beberapa yang berkaitan dengan
ritual ini adalah :
- Perumah begu (Pemanggialn roh nenek moyang ke rumah)
- Cibal – cibalen (sembah – sembahan)
- Erduhap i kuburen (mencuci dimuka dikubura seraya berkat)
- Erpanguir kulau (berlangir atau keramas di sungai)
Dalam ritus – ritus ini biasanya dalam pelaksanaannya ada unsur pemujaan
roh orang mati (begu jabu : begu keluarga) . Pada dasarnya gereja
melarang keras tindakan – tinadakan seperti ini, tapi entah mengapa
banyak orang kristen yang masih melaukannya. Kelihatannya ajaran gereja
belum mampu menjawab pergumulan dan kebutuhan hidup masyarkat karo yang
menjadi harapan hidup orang karo yaitu kekayaan, jabatan / pangkat,
kesehatan dan keturunan, oleh kekristenan yang kurang tidak atau kurang
tidak diberikan jalan konkret untuk memperoleh tampaknya orang karo
kristen dalam hal ini bersikap dualistis antara kpercayaan lokal dan
kekristenan.
II. Agama Asli Suku Karo
Agama asli Suku karo (Pemena) sudah hidup sejak ribuan tahun yang lalu bahkan sampai sekarang masih ada penganutnya. Menurut kepercayaan tradisional, disamping percaya adanya Tuhan pencipta langit dan bumi, termasuk segala isinya , orang Karo percaya diluar itu masih ada pencipta – pencipta lain yang membantu mereka yang disebut dengan roh – roh halus dari nenek moyang yang memberikan rahmat ,menghindarkan dari bahaya – bahaya penyakit,murah rejeki dan lain – lain, sehingga dalam waktu tertentu orang harus menyajikan persembahan khusus untuk roh – roh itu .
Agama asli Suku karo (Pemena) sudah hidup sejak ribuan tahun yang lalu bahkan sampai sekarang masih ada penganutnya. Menurut kepercayaan tradisional, disamping percaya adanya Tuhan pencipta langit dan bumi, termasuk segala isinya , orang Karo percaya diluar itu masih ada pencipta – pencipta lain yang membantu mereka yang disebut dengan roh – roh halus dari nenek moyang yang memberikan rahmat ,menghindarkan dari bahaya – bahaya penyakit,murah rejeki dan lain – lain, sehingga dalam waktu tertentu orang harus menyajikan persembahan khusus untuk roh – roh itu .
Menurut kosmologi Batak, dunia dibagi
menjadi tiga bagian yaitu dunia atas, dunia tengah dan dunia bawah.
Setiap wilayah kekuasan Dibata kaci – kaci, diperintah oleh seorang
Dibata, sebagai wakilnya. Dibata datas (Allah yang diatas) disebut
Butara Guru, Dibata tengah (Allah tengah) disebut Tuhan padukah ni Aji
dan Dibata Teruh (Allah dibawah) disebut Tuhan Banua Koling. Yang
menguasi dunia mahluk halus, dan diamping tiga Dibata ini, terdapat dua
unsur kekuatan lain, yaitu Sinarmatari dan siberu Dayang . Dari konep
ini maka begu dirasakan sebagai sesuatu kekuatan yang cukup berperan
dalam hidup manusia. orangh Karo masih melakukan hubungan dengan begu
karena beberapa alasan seperti : ada aspek batin yang dirasakan ketika
berhubungan dengan begu, dan adanya suatu harapan dan pergumulan yang
diyakini didapatkan atau dijawab melalui hubunganitu.
III. Konsep Jiwa atau roh (tendi) dalam kepercayaan orang karo.
Orang karo mempercayai, manusia terdiri dari dua bagian yaitu tendi dan tubuh. Kesatuan dari keduanya adalah manusia itu sendiri. Tempat tendi adalah disemua bagian tubuh dan mengusai tubuh itu. Jika tendi meninggalkan tubuh maka akan terjadi penyakit atau bahkan kematian, oleh karena itu dibuatlah upacara pemanggilan tendi. Tendi dapat dibuat sebagai aku yang lain (other self), sebab ia mempunyai kehendak dan kesukanya sendiri, ada tujuh jenis dalam orang karo yaitu :
Orang karo mempercayai, manusia terdiri dari dua bagian yaitu tendi dan tubuh. Kesatuan dari keduanya adalah manusia itu sendiri. Tempat tendi adalah disemua bagian tubuh dan mengusai tubuh itu. Jika tendi meninggalkan tubuh maka akan terjadi penyakit atau bahkan kematian, oleh karena itu dibuatlah upacara pemanggilan tendi. Tendi dapat dibuat sebagai aku yang lain (other self), sebab ia mempunyai kehendak dan kesukanya sendiri, ada tujuh jenis dalam orang karo yaitu :
- Si Jujung atau si Jujungen, merupakkan jenis tendi yang selalu ada pada manusia untuk melindunginya.
- Si Galiman, adalah utusan
- Si Ndakara atau si Nndakarak adalah penganmbil air
- Si ndakirik atau si Endakirik adalah yang memasak air
- Si Berka Kondang atau si Raka – raka adalah pelanglang buana ke tempat oranag – orang berpesta.
- Erka Kasih atau si Tenda – tandik adalah pencuri
- Si ola lapat adalah pemain Judi
Kertujuh sifat roh ini sebenarnya
menunjukkan sifat seseorang pada orang Karo . Selama manusia masih
hidup, tendi menjadi bagian dari dirinya. Namun, ketika manusia
meninggal maka tendi menjadi begu.
Secara umum, begu adalah roh (tendi)
orang yang sudah meninggal. Menurut orang karo, jika orang meninggal,
maka roh (tendi) –nya berubah menjadi begu. Terdapat pemahaman yang
ambivalen dalam orang karo mengenai begu, yaitu ditakuti namun
dirindukan, karena masih memanggil roh orang mati melalui Guru si Baso
sebagia medimnya.
Ada juga pemahaman orang Karo bahwa
tempat tinggal (Kuta) itu letaknya dekat dengan kuburan, disana begu –
begu itu pun hidup secara non fisik , berladang, menikah dan sebagainya,
serta adapula kematian yang akan dihadapi oleh begu – begu tersebut.
Halnya demikian karena menurut pemahaman orang Karo, begu – begu itu
masih mengalami kematiannya sebanyak tujuh kali, lalu kemudian ia akan
menjadi bagian kosmos. Sedikit agak berbeda dengan apa yang dituliskan
A. Ginting Suka, bahwa begu yang telah mengalami kematiannya tujuh kali
akan berubah menjdai rumput lejo (dukut lejo). Menurut konspsi mereka
mak begu – begu itu akan mengembara dulu selam empat hari , mak
berhubung dengan ini maka ziarah pertama yang dilakukan pun pada hari ke
empat setelah penguburan, ziarah itu merupakan ziarah pertemuan dan
perpisahan dengan begu yang pergi kekampungnya begu.
Hubungan yang tetap antara orang yang
masih hidup dan yang telah mati tersebut dilatar belakangi oleh konsep
pemahaman orang karo bahwa orang mati dagingnya saja yang mati,
sementara tendinya tetap hidup menjaga dan memberi berkat kepada
keluarga yang ditinggalkannya, ataui sebaliknya akan mengganggu keluarga
jika tidak diberi sesembahanatau keluarga tidak mengingatnya lagi.
Berdasarkan inilah keluarga tetap memperhatikan anggota keluarga yang
sudah mati , menghargainya dan malah ada yang membuatnya sebagai yang
disembah (Pajuh – pajuhen) misalnya dengan membuat pagar atau galoh
tempat persembahan, ketika diadakan upacara sembahan maka biasanya
banyak makanan yang diantar seoperti cimpa, galuh, dan memberikan rokok.
Orang Karo yang masih menganut kepercayaan tersebut disebut dengan
perbegu atau si pelbegu, sudah jelas istilah ini adalah istilah yang
sangat mengerikan sebab denganistilah perbegu , berarti manusia yang
kepercayaannya seperti yang di ungkapkan diatas, menggantungkan diri
kepada segala tindakan begu. Apalagi arti begu sering diterjemahkan
dengan setan, yang berarti menyembah setan.
Dalam religi Karo tradisional Orang Karo mengenal beraneka ragam begu, antara lain :
1. Begu jabu
Adalah begu penjaga keluarga (Jabu) yaitu dari keluarga terdekat yang telah meninggal dunia, dan yang menjadi begu ini adalah keluarga yang meninggal dala kandungan, mati belum bergigi, mati sehari dan mati perawan. Daan begu jadu ini jabu sering dinamaio pagar jabu, sebagai pelindung keluarga dari segala macam ancaman dan niat jahat serta memberi kesehatan pada semua anggota keluarga.
2. Begu Butara Guru
Adalah roh orang yang mati sejak masih dalam kandungan dan termasuk juga begu penjaga keluarga dan biasanya dibutakan ‘ Beren – beren’ atau pajuh – pajuhen (sesembahan) kepadanya agar ia mnjaga keluarga misalnya menghindarkan perselisihan atau perpecahan keluarga serta mengindarkan penyakit.
3. Begu Bicara Guru
Disebut juga begu si Kaku jabu, begu pelindung keluarga dan begu ini berasal dari orag yang mati sebelum tumbuh giginya dan begu ini juga diberi sesembahan (bere –beren) dengan menanam pisang diddekat rumah dan dipagari bambu.
4. Begu Si mate sada Wari
Adalah perkakun yang ketiga, kem atiannya bukan karena penyakit tetapi karena mati secara mengejutkan dan mendadak mati dalam satu hari karena perang, petir dan jatuh, dan kepadanya juga diberi sesembahen (bere – beren) dan biasanya dipanggil setahun sekali, dan gtujuannya adalh untuk mendapat kesehatan ( kejuah – juahen ) dan ada nilai positif dari hal ini karena biasanya dalm acara ini dilkaukan acara pur – pursage (membuat perdamain dalam keluarga)
5. Begu Tungkup
Bersal dari wanita / gadis yang meninggal dunia yang belum kawin dan tiodak kawain selama hidupnya. Sering juga disebut denagn begu ajbu dan harus dihormati supaya hjangan mengganggu.
6. Begu Biasa
Begu orang yang mate kayat – kayaten , yaitu yang mati karena kena penyakit, sedaangkan orang itu belum begitu tua. Ia tidak dapt menjadi begu jabu dan hanya menjadi begu biasa.
7. Begu Menggep
Adalah sejenis begu yang sangt menakutkan, selalu menyembunyikan diri dibawah tangga rumah atau di pondok – pondok untuk memangsa. Begu ini sangat ganas kepada wanita dan anak – anak. Sebagai penangkal maka anak – anak dan wanita mengalungkan Jerangau (sejenis Kunyit).
Menggep dalam bahasa karo artinya “ keluar dengan tiba – tiba untuk menerkam mangsanya “ dan itulah sebanya maka begu ini ditakuti orang.
8. Begu mentas
Apa yang disebut dengan begu jabu adalah begu yang hanya melintas (Mentas), demikaianlah bgeu mentas ini yang hanya lewat dan tidak mengganggu.
9. Begu Sidang Bela
Adalah begu wanita yang meninggal dunia pada saat melahirkan anak , dalambahasa Karo disebut begu simate ranak (begu yang mati dalam melahirkan) Begu ini baik dalm dunia bawah dan di dunia ini sangat kejam dan benci sekali kepada wanita yang hamil dan anak – anak kecil sebagai bals dendam. Begu ini selalu menanti pada bagian hilir dari pancuran atau tempat mandi.
10. Begu Ganjang
Adalah begu yang sangat ganas dan senag sekali mencekik leher manusia . Begu ini tinggi setinggi pohon enau dan dapat berperangai wanita atau pria, bergigi tajam seperti taji. Begu ganjang ini dapat membuat orang mati seketika kalau dia mencekik leher dan yang dicekik berwarna biru dan mata orang itu terbebelalak. Tangkal begu ini adalah Jerangau atau ikat pinggang Jerangau (Sejenis Kunyit) dengan pintalan benang benalu, yaitu berwarna merah, hitam dan kuning.
11. Begu si Rudang Gara
Begu si Rudang Gara adalah begu yang bisa disuruh – suruh, misalnya menjaga ladang, kolam ikan, jemuran dan lain – lain. Apabial ada pencuri yang datang maka ia dapat mencelakai pencuri itu, misalnya meninggal atau stroke.
1. Begu jabu
Adalah begu penjaga keluarga (Jabu) yaitu dari keluarga terdekat yang telah meninggal dunia, dan yang menjadi begu ini adalah keluarga yang meninggal dala kandungan, mati belum bergigi, mati sehari dan mati perawan. Daan begu jadu ini jabu sering dinamaio pagar jabu, sebagai pelindung keluarga dari segala macam ancaman dan niat jahat serta memberi kesehatan pada semua anggota keluarga.
2. Begu Butara Guru
Adalah roh orang yang mati sejak masih dalam kandungan dan termasuk juga begu penjaga keluarga dan biasanya dibutakan ‘ Beren – beren’ atau pajuh – pajuhen (sesembahan) kepadanya agar ia mnjaga keluarga misalnya menghindarkan perselisihan atau perpecahan keluarga serta mengindarkan penyakit.
3. Begu Bicara Guru
Disebut juga begu si Kaku jabu, begu pelindung keluarga dan begu ini berasal dari orag yang mati sebelum tumbuh giginya dan begu ini juga diberi sesembahan (bere –beren) dengan menanam pisang diddekat rumah dan dipagari bambu.
4. Begu Si mate sada Wari
Adalah perkakun yang ketiga, kem atiannya bukan karena penyakit tetapi karena mati secara mengejutkan dan mendadak mati dalam satu hari karena perang, petir dan jatuh, dan kepadanya juga diberi sesembahen (bere – beren) dan biasanya dipanggil setahun sekali, dan gtujuannya adalh untuk mendapat kesehatan ( kejuah – juahen ) dan ada nilai positif dari hal ini karena biasanya dalm acara ini dilkaukan acara pur – pursage (membuat perdamain dalam keluarga)
5. Begu Tungkup
Bersal dari wanita / gadis yang meninggal dunia yang belum kawin dan tiodak kawain selama hidupnya. Sering juga disebut denagn begu ajbu dan harus dihormati supaya hjangan mengganggu.
6. Begu Biasa
Begu orang yang mate kayat – kayaten , yaitu yang mati karena kena penyakit, sedaangkan orang itu belum begitu tua. Ia tidak dapt menjadi begu jabu dan hanya menjadi begu biasa.
7. Begu Menggep
Adalah sejenis begu yang sangt menakutkan, selalu menyembunyikan diri dibawah tangga rumah atau di pondok – pondok untuk memangsa. Begu ini sangat ganas kepada wanita dan anak – anak. Sebagai penangkal maka anak – anak dan wanita mengalungkan Jerangau (sejenis Kunyit).
Menggep dalam bahasa karo artinya “ keluar dengan tiba – tiba untuk menerkam mangsanya “ dan itulah sebanya maka begu ini ditakuti orang.
8. Begu mentas
Apa yang disebut dengan begu jabu adalah begu yang hanya melintas (Mentas), demikaianlah bgeu mentas ini yang hanya lewat dan tidak mengganggu.
9. Begu Sidang Bela
Adalah begu wanita yang meninggal dunia pada saat melahirkan anak , dalambahasa Karo disebut begu simate ranak (begu yang mati dalam melahirkan) Begu ini baik dalm dunia bawah dan di dunia ini sangat kejam dan benci sekali kepada wanita yang hamil dan anak – anak kecil sebagai bals dendam. Begu ini selalu menanti pada bagian hilir dari pancuran atau tempat mandi.
10. Begu Ganjang
Adalah begu yang sangat ganas dan senag sekali mencekik leher manusia . Begu ini tinggi setinggi pohon enau dan dapat berperangai wanita atau pria, bergigi tajam seperti taji. Begu ganjang ini dapat membuat orang mati seketika kalau dia mencekik leher dan yang dicekik berwarna biru dan mata orang itu terbebelalak. Tangkal begu ini adalah Jerangau atau ikat pinggang Jerangau (Sejenis Kunyit) dengan pintalan benang benalu, yaitu berwarna merah, hitam dan kuning.
11. Begu si Rudang Gara
Begu si Rudang Gara adalah begu yang bisa disuruh – suruh, misalnya menjaga ladang, kolam ikan, jemuran dan lain – lain. Apabial ada pencuri yang datang maka ia dapat mencelakai pencuri itu, misalnya meninggal atau stroke.
IV. Arti Penting Begu dalam konteks religi Suku Karo
Alam kerohanian karo masih sangat dipengaruhi oleh roh – roh kerabatnya yang tekah meninggal, menimbulkan suatu relasi antara yang hidup dengan yang sudah mati, artinya orang karo masih beranggapan begu masih mempunyai peranan dalam hidup mereka.
Alam kerohanian karo masih sangat dipengaruhi oleh roh – roh kerabatnya yang tekah meninggal, menimbulkan suatu relasi antara yang hidup dengan yang sudah mati, artinya orang karo masih beranggapan begu masih mempunyai peranan dalam hidup mereka.
Orang Karo mempercayai adanya Tuhan
(Dibata). Tapi ada anggapan maka Tuhan itu jauh diatas sana maka ia
tidak lagi mengingat persoalan manusia, maka begu – begu dianggap dapat
membantu persoalan mereka . Begu semacam menjadi “ pengobat batin “ yang
berada dalam situasi “ krisis “ dan ada anggapan jika “ berniat “ maka
begu akan memenuhi kebutuhan mereka, dan oleh sebab itu maka oraqng Karo
sanagt menghargai begu khusunya begu jabu (begu Keluaraga) dan selain
itu ada anggapan maka begu dapat menjadi marah jika dilupakan atau tidak
diperdulikan oleh angggota keluarganya yang masih hidup bahkan bisa
jadi ia tidak diterima di perkampungan begu, oleh itulah biasanya
keluarga memberiakn cibal – cibalen (persembahan) kepada begu , atau
sewaktu – waktu melakukan upacara perumah begu (Pemanggilan roh) ke
rumah.
Dengan demikian peranan begu dalam orang karo, tampaknya meliputi banyak aspek kehidupan dan pergumulan orang Karo.
Kemudian apa yang terjadi jika alam kerohanian orang Karo yang erat kaitannya dengan begu – begu dimasuki oleh suatu agama besar, yaitu Kristen, yang memiliki pandangan berbeda dengan agama pemena orang Karo? Yang terjadi adalah terjadinya pergesekan antara yang baru (agama Kristen) dengan yang lama (pemena) dalam perjumpaan itu.
Kemudian apa yang terjadi jika alam kerohanian orang Karo yang erat kaitannya dengan begu – begu dimasuki oleh suatu agama besar, yaitu Kristen, yang memiliki pandangan berbeda dengan agama pemena orang Karo? Yang terjadi adalah terjadinya pergesekan antara yang baru (agama Kristen) dengan yang lama (pemena) dalam perjumpaan itu.
V. Kesimpulan dan Penutup
Apabila kepercayaa kepada begu dinilai ia banyak dapat membantu / menjawab kegelisahan manusia akan persoalan hidupnya , maka seberapa pula gereja dapat membantu / menjawab persoalan jemaatnya ?
Apabilal orang Karo merasa dekat dengan orang – orang yang telah pergi mendahului mereka, lantas, apakah kerinduan macam ini dapat ditemukan dalam persektuan di gereja ? Hal inilah yang harus dijawab gereja sehingga Injil yang diberitakan tidak brcampur dengan kepercayaan Sipemena dan gerja harus meletakkan dasar – dasar Teologis terhadap pengajaran iman Kristen dengan benar dan tegas , sehingga tidak terjadi lagi dualisme dalam kehidupan jemaat.
Sebagai suatu gereja yang memiliki aturan – aturan dalam pelayanan, GBKP mempunyai Tata Gereja yang berfungsi :
Apabila kepercayaa kepada begu dinilai ia banyak dapat membantu / menjawab kegelisahan manusia akan persoalan hidupnya , maka seberapa pula gereja dapat membantu / menjawab persoalan jemaatnya ?
Apabilal orang Karo merasa dekat dengan orang – orang yang telah pergi mendahului mereka, lantas, apakah kerinduan macam ini dapat ditemukan dalam persektuan di gereja ? Hal inilah yang harus dijawab gereja sehingga Injil yang diberitakan tidak brcampur dengan kepercayaan Sipemena dan gerja harus meletakkan dasar – dasar Teologis terhadap pengajaran iman Kristen dengan benar dan tegas , sehingga tidak terjadi lagi dualisme dalam kehidupan jemaat.
Sebagai suatu gereja yang memiliki aturan – aturan dalam pelayanan, GBKP mempunyai Tata Gereja yang berfungsi :
- Untuk mengungkapkan hakikat gereja sebagai tubuh Kristus dan mengatur sikap, tindakan, tata kehidupan dalam pelayanan dan pengakuannya selaku gereja.
- Sebagai pedoman dan penuntun bagi setiap warga GBKP didalam menerima dan melaksanakan kewajiban sesuai dengan panggilan gereja, yaitu : bersaksi, bersekutu dan melayani.
- Sifatnya mengikat bagi seluruh anggota, pelayan khusus dan pegawai GBKP
Maka segala sesuatu pelayan GBKP harus
berdasarkan Tata Geraja GBKP, termasuk di dalamnya pengaruh Agma si
Pemena, yang menjadi Konteks dimana orang Karo berada. Telah ditetapkan
didalam Tata Gereja GBKP Pasal 17 yang menjelaskan hal – hal yang
berkaitan tentang Kepercayaan :
a. Apabial ada anggota jemaat yang menggunakan Alkitab menjadi bahan tenung, jimat,yang bersangkutan wajib di ingatkan dan dibimbing
1. Kalau ia tidak mau menyesal akan perbuatannya tersebut, maka ia dikenakan pengembalaan khusus untuk jangka masa waktu yang ditetapkan majelis jemaat yang disetujui oleh BP. Klasis
2. Apabila yang bersangkutan tidak bertobat, mak ia dikeluarkan dari GBKP (Pedauh la ersibar)
3. Dalam dua statyus tersebut, yang bersangkutan dapat diterima kembali menjadi anggota apabila yang bersangkutan telah menyatakan penyesalannya.
b. Seseorang Kristen yang melakukan upacara kepercayaan pribumi (Animisme ) seperti erpangir ku lau ( Berlangir ke air ), berdukun,menyembah atau memakai benda – benda khusus guna mencari keselamatannya wajib di iingatkan dan dibimbing.
1. Kalau ia tidak menyesal, maka ia dikenakan pengembalaan khusus untuk jangka waktu masa yang ditentukan Sidang Majelis Jemaat yang disetujui BP. Klasis.
2. Apabial yang bersangkutan tidak menyesali perbuatannya, maka ia dikeluarkan dari GBKP.
3. Yang bersangkutan dapat diterima kembali menjadi anggota, apabial ia menyatakan pertobatannya.
a. Apabial ada anggota jemaat yang menggunakan Alkitab menjadi bahan tenung, jimat,yang bersangkutan wajib di ingatkan dan dibimbing
1. Kalau ia tidak mau menyesal akan perbuatannya tersebut, maka ia dikenakan pengembalaan khusus untuk jangka masa waktu yang ditetapkan majelis jemaat yang disetujui oleh BP. Klasis
2. Apabila yang bersangkutan tidak bertobat, mak ia dikeluarkan dari GBKP (Pedauh la ersibar)
3. Dalam dua statyus tersebut, yang bersangkutan dapat diterima kembali menjadi anggota apabila yang bersangkutan telah menyatakan penyesalannya.
b. Seseorang Kristen yang melakukan upacara kepercayaan pribumi (Animisme ) seperti erpangir ku lau ( Berlangir ke air ), berdukun,menyembah atau memakai benda – benda khusus guna mencari keselamatannya wajib di iingatkan dan dibimbing.
1. Kalau ia tidak menyesal, maka ia dikenakan pengembalaan khusus untuk jangka waktu masa yang ditentukan Sidang Majelis Jemaat yang disetujui BP. Klasis.
2. Apabial yang bersangkutan tidak menyesali perbuatannya, maka ia dikeluarkan dari GBKP.
3. Yang bersangkutan dapat diterima kembali menjadi anggota, apabial ia menyatakan pertobatannya.
Dari sikap diatas, dapat dilihat GBKP
menerapkan aturannya terhadap kepercayaan Sipemena orang Karo dan
besikap tegas terhadap yang dianggap bertentangan dengan Iman Kristen.
Apa yang tertuang dalam Tata gereja GBKP
sangat sesuai dengan doktrin yang dipegang GBKP, yaitu Calvinisme.
Dimana Calvini menghadapi “sisa – sisa Tahyul“. Dalam Ordonnances
Eccsiastiques (1541), calvin hanya menetapkan ‘ bahwa orang – orang mati
harus dimakamkan dengan hormat dan pantas , sedangkan pemerintah di
ajurkan untuk menginstruksikan mereka yang membawa mayat untuk tidak
melakukan tahyul yang bertentangan dengan firman Allah “ yang dimaksud
adalah segala doa keselamtan untuk orang mati “. Hal ini dijaga ketat,
sehingga seorang wanita yang berdoa dikubur suaminya supaya ia boleh
beristirahat dengan tenang , dikenakan disiplin gereja.
Sikap Calvin tersebutlah yang di adopsi
GBKP. Hal ini terlihat jelas dalam liturgi penguburan GBKP yang sedikit
sekali memasukkan unsur – unsur tradisional karo. Dalam perkembangan
GBKP sekarang ini, meskipun masih banyak yang bertentangan dengan budaya
Karo, GBKP tetap berusaha menentang kepercayaan Sipemena dan berusaha
menguatkan iman Kristen didalam setiap warga jemaat sehingga tidak lagi
dipengaruhi oleh kiniteken sipemena.