Senin, 13 Oktober 2014

BEGU DALAM KEPERCAYAAN SUKU KARO

BEGU DALAM KEPERCAYAAN SUKU KARO

I. Pendahuluan
Ketika kekristenan datang ke Tanah Karo maka injil berjumpa dengan unsur – unsur budaya lokal. Artinya injil bertemu dengan Adat, bicara dan kiniteken yang merupakan unsur pelaksana dalam budaya kkaro. Ketiga hal inilah yang menjadi dasar budaya Karo. Adapun pengertian dari ketiga hal tersebut diatas adalah :
  1. Adat adalah dalam pemahaman orang Karo adalah sikap hidup yang telah menjadi kebiasaan dalam perikehidupan yang menjadi aturan dan norma hidup orang Karo yang sudah ada sejak dahulu kala dan diturunkan turun temurun kepada generasi berikutnya.
  2. Bicara adalah sesuatu yang dianggap baik diturunkan (jile – jile) sebagai tambahan dalam adat, dimana setiap daerah memiliki Bicara yang berbeda – beda.
  3. Kiniteken adalah kepercayaan terhadap adanya kekuasaan diliuar manusia yang dianggap mampu melindungi manusia dan melepaskannya dari bahaya serta memberikan berkat kepada manusia yang menyembahnya.
Unsur yang paling dekat dan bersangkutan dengan dunia adikodrati orang karo adalah begu, yaitu roh yang telah meninggal, khususnya almarhum sanak saudara (Keluarga) dan nenek moyang. Berdasarkan kepercayaan orang Karo, begu adalah arwah (tendi) orang yang sudah meninggal dan ini terlihat dari pernyataan oraong karo : roh menjadi begu,rambut menjadu ijuk, daging menjadi tanah, tulang menjadi batu, darah menjadi air, nafas menjadi angin, dari sinilah orang Karo memahami ada keterbatasan hidup dalam dunia, tetapi ada juga kelanjutan hidup setelah kematian.

Dalam pemahaman orang Karo bahwa yang sudah meninggal masih dapat dihubungi dengan perantaran dukun (guru sibaso) dan roh itu yang dikenal dengan begu terbagi dalam dua yaitun roh nenk moyang / Keluarga adalah yang baik karena dianggap dapat memberikan kebaikan dan begu ganjang dikatakan roh yang jahat karena ia akan membunuh sang pemelihara tidak memberikan persembahan atau sesajen (mere man begu). Demikianlah, konsepsep tentang begu dipahami sebagai yang baik dan yang jahat. Dan pada umumnya orang karo masih berhubungan dengan begu hal ini terlihat dengan masih seringnya ada ritual – ritual agama asli (Pemena) dan beberapa yang berkaitan dengan ritual ini adalah :
  • Perumah begu (Pemanggialn roh nenek moyang ke rumah)
  • Cibal – cibalen (sembah – sembahan)
  • Erduhap i kuburen (mencuci dimuka dikubura seraya berkat)
  • Erpanguir kulau (berlangir atau keramas di sungai)
Dalam ritus – ritus ini biasanya dalam pelaksanaannya ada unsur pemujaan roh orang mati (begu jabu : begu keluarga) . Pada dasarnya gereja melarang keras tindakan – tinadakan seperti ini, tapi entah mengapa banyak orang kristen yang masih melaukannya. Kelihatannya ajaran gereja belum mampu menjawab pergumulan dan kebutuhan hidup masyarkat karo yang menjadi harapan hidup orang karo yaitu kekayaan, jabatan / pangkat, kesehatan dan keturunan, oleh kekristenan yang kurang tidak atau kurang tidak diberikan jalan konkret untuk memperoleh tampaknya orang karo kristen dalam hal ini bersikap dualistis antara kpercayaan lokal dan kekristenan.

II. Agama Asli Suku Karo
Agama asli Suku karo (Pemena) sudah hidup sejak ribuan tahun yang lalu bahkan sampai sekarang masih ada penganutnya. Menurut kepercayaan tradisional, disamping percaya adanya Tuhan pencipta langit dan bumi, termasuk segala isinya , orang Karo percaya diluar itu masih ada pencipta – pencipta lain yang membantu mereka yang disebut dengan roh – roh halus dari nenek moyang yang memberikan rahmat ,menghindarkan dari bahaya – bahaya penyakit,murah rejeki dan lain – lain, sehingga dalam waktu tertentu orang harus menyajikan persembahan khusus untuk roh – roh itu .
Menurut kosmologi Batak, dunia dibagi menjadi tiga bagian yaitu dunia atas, dunia tengah dan dunia bawah. Setiap wilayah kekuasan Dibata kaci – kaci, diperintah oleh seorang Dibata, sebagai wakilnya. Dibata datas (Allah yang diatas) disebut Butara Guru, Dibata tengah (Allah tengah) disebut Tuhan padukah ni Aji dan Dibata Teruh (Allah dibawah) disebut Tuhan Banua Koling. Yang menguasi dunia mahluk halus, dan diamping tiga Dibata ini, terdapat dua unsur kekuatan lain, yaitu Sinarmatari dan siberu Dayang . Dari konep ini maka begu dirasakan sebagai sesuatu kekuatan yang cukup berperan dalam hidup manusia. orangh Karo masih melakukan hubungan dengan begu karena beberapa alasan seperti : ada aspek batin yang dirasakan ketika berhubungan dengan begu, dan adanya suatu harapan dan pergumulan yang diyakini didapatkan atau dijawab melalui hubunganitu.

III. Konsep Jiwa atau roh (tendi) dalam kepercayaan orang karo.
Orang karo mempercayai, manusia terdiri dari dua bagian yaitu tendi dan tubuh. Kesatuan dari keduanya adalah manusia itu sendiri. Tempat tendi adalah disemua bagian tubuh dan mengusai tubuh itu. Jika tendi meninggalkan tubuh maka akan terjadi penyakit atau bahkan kematian, oleh karena itu dibuatlah upacara pemanggilan tendi. Tendi dapat dibuat sebagai aku yang lain (other self), sebab ia mempunyai kehendak dan kesukanya sendiri, ada tujuh jenis dalam orang karo yaitu :
  1. Si Jujung atau si Jujungen, merupakkan jenis tendi yang selalu ada pada manusia untuk melindunginya.
  2. Si Galiman, adalah utusan
  3. Si Ndakara atau si Nndakarak adalah penganmbil air
  4. Si ndakirik atau si Endakirik adalah yang memasak air
  5. Si Berka Kondang atau si Raka – raka adalah pelanglang buana ke tempat oranag – orang berpesta.
  6. Erka Kasih atau si Tenda – tandik adalah pencuri
  7. Si ola lapat adalah pemain Judi
Kertujuh sifat roh ini sebenarnya menunjukkan sifat seseorang pada orang Karo . Selama manusia masih hidup, tendi menjadi bagian dari dirinya. Namun, ketika manusia meninggal maka tendi menjadi begu.

Secara umum, begu adalah roh (tendi) orang yang sudah meninggal. Menurut orang karo, jika orang meninggal, maka roh (tendi) –nya berubah menjadi begu. Terdapat pemahaman yang ambivalen dalam orang karo mengenai begu, yaitu ditakuti namun dirindukan, karena masih memanggil roh orang mati melalui Guru si Baso sebagia medimnya.

Ada juga pemahaman orang Karo bahwa tempat tinggal (Kuta) itu letaknya dekat dengan kuburan, disana begu – begu itu pun hidup secara non fisik , berladang, menikah dan sebagainya, serta adapula kematian yang akan dihadapi oleh begu – begu tersebut. Halnya demikian karena menurut pemahaman orang Karo, begu – begu itu masih mengalami kematiannya sebanyak tujuh kali, lalu kemudian ia akan menjadi bagian kosmos. Sedikit agak berbeda dengan apa yang dituliskan A. Ginting Suka, bahwa begu yang telah mengalami kematiannya tujuh kali akan berubah menjdai rumput lejo (dukut lejo). Menurut konspsi mereka mak begu – begu itu akan mengembara dulu selam empat hari , mak berhubung dengan ini maka ziarah pertama yang dilakukan pun pada hari ke empat setelah penguburan, ziarah itu merupakan ziarah pertemuan dan perpisahan dengan begu yang pergi kekampungnya begu.

Hubungan yang tetap antara orang yang masih hidup dan yang telah mati tersebut dilatar belakangi oleh konsep pemahaman orang karo bahwa orang mati dagingnya saja yang mati, sementara tendinya tetap hidup menjaga dan memberi berkat kepada keluarga yang ditinggalkannya, ataui sebaliknya akan mengganggu keluarga jika tidak diberi sesembahanatau keluarga tidak mengingatnya lagi. Berdasarkan inilah keluarga tetap memperhatikan anggota keluarga yang sudah mati , menghargainya dan malah ada yang membuatnya sebagai yang disembah (Pajuh – pajuhen) misalnya dengan membuat pagar atau galoh tempat persembahan, ketika diadakan upacara sembahan maka biasanya banyak makanan yang diantar seoperti cimpa, galuh, dan memberikan rokok. Orang Karo yang masih menganut kepercayaan tersebut disebut dengan perbegu atau si pelbegu, sudah jelas istilah ini adalah istilah yang sangat mengerikan sebab denganistilah perbegu , berarti manusia yang kepercayaannya seperti yang di ungkapkan diatas, menggantungkan diri kepada segala tindakan begu. Apalagi arti begu sering diterjemahkan dengan setan, yang berarti menyembah setan.

Dalam religi Karo tradisional Orang Karo mengenal beraneka ragam begu, antara lain :
1. Begu jabu
Adalah begu penjaga keluarga (Jabu) yaitu dari keluarga terdekat yang telah meninggal dunia, dan yang menjadi begu ini adalah keluarga yang meninggal dala kandungan, mati belum bergigi, mati sehari dan mati perawan. Daan begu jadu ini jabu sering dinamaio pagar jabu, sebagai pelindung keluarga dari segala macam ancaman dan niat jahat serta memberi kesehatan pada semua anggota keluarga.
2. Begu Butara Guru
Adalah roh orang yang mati sejak masih dalam kandungan dan termasuk juga begu penjaga keluarga dan biasanya dibutakan ‘ Beren – beren’ atau pajuh – pajuhen (sesembahan) kepadanya agar ia mnjaga keluarga misalnya menghindarkan perselisihan atau perpecahan keluarga serta mengindarkan penyakit.
3. Begu Bicara Guru
Disebut juga begu si Kaku jabu, begu pelindung keluarga dan begu ini berasal dari orag yang mati sebelum tumbuh giginya dan begu ini juga diberi sesembahan (bere –beren) dengan menanam pisang diddekat rumah dan dipagari bambu.
4. Begu Si mate sada Wari
Adalah perkakun yang ketiga, kem atiannya bukan karena penyakit tetapi karena mati secara mengejutkan dan mendadak mati dalam satu hari karena perang, petir dan jatuh, dan kepadanya juga diberi sesembahen (bere – beren) dan biasanya dipanggil setahun sekali, dan gtujuannya adalh untuk mendapat kesehatan ( kejuah – juahen ) dan ada nilai positif dari hal ini karena biasanya dalm acara ini dilkaukan acara pur – pursage (membuat perdamain dalam keluarga)
5. Begu Tungkup
Bersal dari wanita / gadis yang meninggal dunia yang belum kawin dan tiodak kawain selama hidupnya. Sering juga disebut denagn begu ajbu dan harus dihormati supaya hjangan mengganggu.
6. Begu Biasa
Begu orang yang mate kayat – kayaten , yaitu yang mati karena kena penyakit, sedaangkan orang itu belum begitu tua. Ia tidak dapt menjadi begu jabu dan hanya menjadi begu biasa.
7. Begu Menggep
Adalah sejenis begu yang sangt menakutkan, selalu menyembunyikan diri dibawah tangga rumah atau di pondok – pondok untuk memangsa. Begu ini sangat ganas kepada wanita dan anak – anak. Sebagai penangkal maka anak – anak dan wanita mengalungkan Jerangau (sejenis Kunyit).
Menggep dalam bahasa karo artinya “ keluar dengan tiba – tiba untuk menerkam mangsanya “ dan itulah sebanya maka begu ini ditakuti orang.
8. Begu mentas
Apa yang disebut dengan begu jabu adalah begu yang hanya melintas (Mentas), demikaianlah bgeu mentas ini yang hanya lewat dan tidak mengganggu.
9. Begu Sidang Bela
Adalah begu wanita yang meninggal dunia pada saat melahirkan anak , dalambahasa Karo disebut begu simate ranak (begu yang mati dalam melahirkan) Begu ini baik dalm dunia bawah dan di dunia ini sangat kejam dan benci sekali kepada wanita yang hamil dan anak – anak kecil sebagai bals dendam. Begu ini selalu menanti pada bagian hilir dari pancuran atau tempat mandi.
10. Begu Ganjang
Adalah begu yang sangat ganas dan senag sekali mencekik leher manusia . Begu ini tinggi setinggi pohon enau dan dapat berperangai wanita atau pria, bergigi tajam seperti taji. Begu ganjang ini dapat membuat orang mati seketika kalau dia mencekik leher dan yang dicekik berwarna biru dan mata orang itu terbebelalak. Tangkal begu ini adalah Jerangau atau ikat pinggang Jerangau (Sejenis Kunyit) dengan pintalan benang benalu, yaitu berwarna merah, hitam dan kuning.
11. Begu si Rudang Gara
Begu si Rudang Gara adalah begu yang bisa disuruh – suruh, misalnya menjaga ladang, kolam ikan, jemuran dan lain – lain. Apabial ada pencuri yang datang maka ia dapat mencelakai pencuri itu, misalnya meninggal atau stroke.
IV. Arti Penting Begu dalam konteks religi Suku Karo
Alam kerohanian karo masih sangat dipengaruhi oleh roh – roh kerabatnya yang tekah meninggal, menimbulkan suatu relasi antara yang hidup dengan yang sudah mati, artinya orang karo masih beranggapan begu masih mempunyai peranan dalam hidup mereka.
Orang Karo mempercayai adanya Tuhan (Dibata). Tapi ada anggapan maka Tuhan itu jauh diatas sana maka ia tidak lagi mengingat persoalan manusia, maka begu – begu dianggap dapat membantu persoalan mereka . Begu semacam menjadi “ pengobat batin “ yang berada dalam situasi “ krisis “ dan ada anggapan jika “ berniat “ maka begu akan memenuhi kebutuhan mereka, dan oleh sebab itu maka oraqng Karo sanagt menghargai begu khusunya begu jabu (begu Keluaraga) dan selain itu ada anggapan maka begu dapat menjadi marah jika dilupakan atau tidak diperdulikan oleh angggota keluarganya yang masih hidup bahkan bisa jadi ia tidak diterima di perkampungan begu, oleh itulah biasanya keluarga memberiakn cibal – cibalen (persembahan) kepada begu , atau sewaktu – waktu melakukan upacara perumah begu (Pemanggilan roh) ke rumah.
Dengan demikian peranan begu dalam orang karo, tampaknya meliputi banyak aspek kehidupan dan pergumulan orang Karo.
Kemudian apa yang terjadi jika alam kerohanian orang Karo yang erat kaitannya dengan begu – begu dimasuki oleh suatu agama besar, yaitu Kristen, yang memiliki pandangan berbeda dengan agama pemena orang Karo? Yang terjadi adalah terjadinya pergesekan antara yang baru (agama Kristen) dengan yang lama (pemena) dalam perjumpaan itu.

V. Kesimpulan dan Penutup
Apabila kepercayaa kepada begu dinilai ia banyak dapat membantu / menjawab kegelisahan manusia akan persoalan hidupnya , maka seberapa pula gereja dapat membantu / menjawab persoalan jemaatnya ?
Apabilal orang Karo merasa dekat dengan orang – orang yang telah pergi mendahului mereka, lantas, apakah kerinduan macam ini dapat ditemukan dalam persektuan di gereja ? Hal inilah yang harus dijawab gereja sehingga Injil yang diberitakan tidak brcampur dengan kepercayaan Sipemena dan gerja harus meletakkan dasar – dasar Teologis terhadap pengajaran iman Kristen dengan benar dan tegas , sehingga tidak terjadi lagi dualisme dalam kehidupan jemaat.
Sebagai suatu gereja yang memiliki aturan – aturan dalam pelayanan, GBKP mempunyai Tata Gereja yang berfungsi :
  • Untuk mengungkapkan hakikat gereja sebagai tubuh Kristus dan mengatur sikap, tindakan, tata kehidupan dalam pelayanan dan pengakuannya selaku gereja.
  • Sebagai pedoman dan penuntun bagi setiap warga GBKP didalam menerima dan melaksanakan kewajiban sesuai dengan panggilan gereja, yaitu : bersaksi, bersekutu dan melayani.
  • Sifatnya mengikat bagi seluruh anggota, pelayan khusus dan pegawai GBKP
Maka segala sesuatu pelayan GBKP harus berdasarkan Tata Geraja GBKP, termasuk di dalamnya pengaruh Agma si Pemena, yang menjadi Konteks dimana orang Karo berada. Telah ditetapkan didalam Tata Gereja GBKP Pasal 17 yang menjelaskan hal – hal yang berkaitan tentang Kepercayaan :
a. Apabial ada anggota jemaat yang menggunakan Alkitab menjadi bahan tenung, jimat,yang bersangkutan wajib di ingatkan dan dibimbing
1. Kalau ia tidak mau menyesal akan perbuatannya tersebut, maka ia dikenakan pengembalaan khusus untuk jangka masa waktu yang ditetapkan majelis jemaat yang disetujui oleh BP. Klasis
2. Apabila yang bersangkutan tidak bertobat, mak ia dikeluarkan dari GBKP          (Pedauh la ersibar)
3. Dalam dua statyus tersebut, yang bersangkutan dapat diterima kembali menjadi anggota apabila yang bersangkutan telah menyatakan penyesalannya.
b. Seseorang Kristen yang melakukan upacara kepercayaan pribumi (Animisme ) seperti erpangir ku lau ( Berlangir ke air ), berdukun,menyembah atau memakai benda – benda khusus guna mencari keselamatannya wajib di iingatkan dan dibimbing.
1. Kalau ia tidak menyesal, maka ia dikenakan pengembalaan khusus untuk jangka waktu masa yang ditentukan Sidang Majelis Jemaat yang disetujui BP. Klasis.
2. Apabial yang bersangkutan tidak menyesali perbuatannya, maka ia dikeluarkan dari GBKP.
3. Yang bersangkutan dapat diterima kembali menjadi anggota, apabial ia menyatakan pertobatannya.
Dari sikap diatas, dapat dilihat GBKP menerapkan aturannya terhadap kepercayaan Sipemena orang Karo dan besikap tegas terhadap yang dianggap bertentangan dengan Iman Kristen.
Apa yang tertuang dalam Tata gereja GBKP sangat sesuai dengan doktrin yang dipegang GBKP, yaitu Calvinisme. Dimana Calvini menghadapi “sisa – sisa Tahyul“. Dalam Ordonnances Eccsiastiques (1541), calvin hanya menetapkan ‘ bahwa orang – orang mati harus dimakamkan dengan hormat dan pantas , sedangkan pemerintah di ajurkan untuk menginstruksikan mereka yang membawa mayat untuk tidak melakukan tahyul yang bertentangan dengan firman Allah “ yang dimaksud adalah segala doa keselamtan untuk orang mati “. Hal ini dijaga ketat, sehingga seorang wanita yang berdoa dikubur suaminya supaya ia boleh beristirahat dengan tenang , dikenakan disiplin gereja.

Sikap Calvin tersebutlah yang di adopsi GBKP. Hal ini terlihat jelas dalam liturgi penguburan GBKP yang sedikit sekali memasukkan unsur – unsur tradisional karo. Dalam perkembangan GBKP sekarang ini, meskipun masih banyak yang bertentangan dengan budaya Karo, GBKP tetap berusaha menentang kepercayaan Sipemena dan berusaha menguatkan iman Kristen didalam setiap warga jemaat sehingga tidak lagi dipengaruhi oleh kiniteken sipemena.

PJJ GBKP. “I Pasu – Pasu Guna Jadi Pasu – Pasu” II Raja – raja 4 : 8 – 17

Suplemen PJJ Pekanbaru Tgl 12 – 18 Okt 2014

Ogen : II Raja – raja 4 : 8 – 17
Tema : “I Pasu – Pasu Guna Jadi Pasu – Pasu”

Syalom.
Pokok Pikiren :
  • Diberu si tading i Sunem enda labo ikataken ise gelarna saja rusur igelari alu “Perempuan Sunem” keturunen suku Ishakar, sekalak si i hormati masyarakat si enterem ija ituriken diberu enda ras perbulangenna sekalak kalak bayak dingen ndatken kerina kebayakenna arah kerja kerasna alu ndahiken dahin si mehuli, erkiteken daerah Sunem e sendiri merupaken daerah si mehumur. Alu bage banci sikataken maka kerina kebayaken si idatna labo erkiteken warisen ntah pe alu cara sila jujur janah tuhu ia i hamati jelma si enterem pe erkiteken kerina kebayakenna i pakena guna nampati jelma si enterem (Kej 49 : 14 – 15, Jos 19 : 17 – 23).
  • “Perempuan Sunem” enda pe ituriken sekalak diberu si tuhu – tuhu enghamati perbulangenna selaku kepala rumah tangga, ija ibas sie teridah ibas ia la nggit muat keputusen si sada – sisada, ertina kai pe si atena si ilakokenna tetap i arihkenna ras perbulangenna gia sekali perbulangenna e enggo metua (II Raja – raja 4 : 9, 22).
  • Ia tuhu – tuhu enghamati Dibata, sie teridah arah ia enghamati Elisa sebage nabi Tuhan sibadia dingen e iakukenna ras perbulangenna. Kehamatenna e teridah arah ia nikapken kerina pangan man Elisa di kune Elisa reh ku kutana janah la tanggung – tanggung maka ia pe nikapken ingan ibas rumahna alu erbahan ingan tading si khusus man Elisa (II Raja – raja 4 : 9 – 10).
  • Ibas kerina perbahanenna simehuli, maka Dibata ersemulih man bana ija Dibata mereken keleng ateNa man bana, ibas ia lenga natang tuah ibas sie me Dibata mereken tole pasu – pasu man bana alu mereken sada anak dilaki sada pasu – pasu situhu – tuhu meherga kel ibas jabu (II Raja – raja 4 : 18. Bdk, Sara si ipasu – pasu Tuhan ibas, Kej 25 : 1 – 2).
  • Elisa ibas oratenta enda eme sekalak nabi Tuhan bekas ajar – ajar Elia. Ia jadi nabi kenca Elia iangkat ku surga janah ibas kidekah ia jadi nabi erkiteken kepatuhenna man Tuhan, maka melala pe mujizat si ilakokenna ibas pemasu – masun Tuhan (bdk. II Raja – raja 4 : 1 – 7).
Point Aplikasi :
  • Secara teologis arus si akuken maka Dibata me sebage sumber, pemilik ras pemberi pasu – pasu man banta ras kerina pasu – pasu e isehken Dibata man banta erkiteken Dibata enggo erpadan maka Ia tetap engkelengi manusia (kalak si tek). Ibas pemahamen si enda maka kita sebage penerima pasu – pasu pe la hanya banci terjeng “Penikmat Berkat” tapi uga ka kita banci jadi pasu – pasu man kalak sideban (Bd. Kej 12 : 1, 22 : 18. Luk 12 : 13 – 21, Perb 5 : 1 – 11) ertina tupung Dibata mereken pasu – pasuNa man banta maka Dibata pe menuntut dirita jadi pasu – pasu man kalak sideban.
  • Kerina kita tentu erpengarapen nandangi pasu – pasu Tuhan seh man banta ras mungkin kalak sila wars ngenca la erpengarapen nandangi pasu – pasu Tuhan. Tapi si ingetlah maka kalak si enggo i pasu – pasu pe ndatken “Perintah” guna jadi pasu – pasu man kalak sideban janah sekaligus jadi nafas kegeluhennta man banta min selaku pengikut Kristus janah reh ulina adi la terjeng ngenca tupung kita ndatken pasu – pasu saja maka kita jadi pasu – pasu man kalak sideban tapi ibas masa sulit pe kita tetap ka jadi pasu – pasu man kalak sideban, bdk, tupung sekalak diberu – balu – balu mere man nabi Elia (I Raja – raja 17 : 8 – 24).
  • Diberu Sunem e makeken kerina kebayekenna guna hal simehuli janah erkiteken kiniulinna e maka ia pe i pasu – pasu Tuhan ka alu mereken anak dilaki kubas jabuna (II Raja – raja 4 : 17, bd, Mat 10 ; 41). Ibas si enda penting ka si perdiateken maka Dibata sendiri si berinisiatif ibas mereken pasu – pasuNa (II Raja – raja 5 : 11- 13).
  • Diberu Sunem e pe memiliki hubungen si mehuli ras Elisa, ertina ia tuhu – tuhu enghamati sekalak serayan Tuhan. Janah ibas ia enghamatisa e maka ia sendiri erinisiatif nikapken kai si perlu man nabi Elisa. Tentu hal sienda pe jadi pelajaren penting man banta uga kita pe banci min berinisiatif guna banci mereken simehuli man temanta simembutuhken penampatta ibas erti kata la pedah si timai temanta erkata tapi enggo si lakoken leben (beluh erpengagak).
  • Tema PJJ-nta sendah “I Pasu – Pasu Guna Jadi Pasu – Pasu” tema enda eme bentuk “Perintah” emaka tentu la banci lang si ueken me “Perintah” e ras mari si lakoken e ibas setiap tingkaten kegeluhenta gelah alu malem ate Dibata man banta kerina.
  • Adi lit sekalak si hanya ngukurken bana situhuna ia la pernah merasaken kerihen kegeluhen situhu – tuhu ras Tuhan. Ibas sejarah kegeluhen Mother Theresia si idah ia nandingken kerina kenyamanen ibas kegeluhenna, nadingken kutana Albania dingen lawes ku ingan paling kumuh i India dingen njadiken dirina jadi pasu – pasu man kalak si musil, si mesera, si sakit, si buta huruf, rsd, dingen sejarah mencatat Mother Theresia i kenala sebage “Berkat Terhadap Semua Orang”.
  • Kita enggo ngaloken pasu – pasu emaka mari dage minter si aplikasiken ibas geluhta ibas kita enggo nggejab mbelin kepe pasu – pasu Tuhan man banta, janah adi erpengue kita ? ibas situasi genduari si cukup penting ras jadi perhatinta eme nanadangi kekelengenta si lit i Tanah Karo si paksana ngenanami “Bencana Gunung Sinabung”, tentu enggo enterem senina – turangta singenanami kiniseran ibas pengungsin si tuhu – tuhu membutuhken penampat ibas kita nari, emaka asa banci mari minter sibahan aksinta guna nampati senina – turangta si paksana kena dampak “Bencana Gunung Sinabung” e gelah alu bage kerina kita ras temanta si kesusahen genduari radu ras jadi “Penikmat Berkat.
Amin.
Pekanbaru 10 Okt 2014.
Tulisen enda sifatna hanya Suplemen. Bimbingen PJJ si baku tetap si ipedarat Moderamen GBKP si isikapken PPWG GBKP. Salam, Bujur ras mejuah – juah. Selamat PJJ.

“Dame Man Bangku, Meriah Man Bandu” Mat 10 : 5 – 14

“Dame Man Bangku, Meriah Man Bandu” Mat 10 : 5 – 14

Suplemen PA Moria 14 – 20 Sept 2014
Tema : “Dame Man Bangku, Meriah Man Bandu”
Ogen : Mat 10 : 5 – 14

Ibas Matius pasal 10 : 5 – 14 enda Yesus nuriken uga seharusna sekalak ajar – ajar Yesus si sejati ras tujun pendahin rasul – rasul ibas meritaken berita si meriah eme :
  1. Litna pembatasen man rasul – rasul ibas meritaken berita si meriah ija rasul – rasul la banci menyimpang ku daerah i luar kalak Jahudi ntah bengket ku daerah Samaria. Aturen ras pembatasen si ilakoken Yesus, gelah ajar – ajar memprioritasken kalak Israel sebage biri – biri si enggo bene alu fokus berita “kinirajan surga enggo ndeher”, alu tujun lit pertobaten ibas kalak Israel, sebab banci jadi kalak si iluar Israel lenga ngasup ngaloken berita si meriah si ipeseh ajar – ajar (ay.5 – 7).
  2. Rasul si 12 kalak sekaligus i suruh la hanya meritaken berita si meriah tapi sekaligus ndahiken – dahin pelayanen si bersifat fhisik eme alu mpepalem kalak sakit, pegeluh kalak si enggo mate, mpepalem kalak si gadamen, dingen mpelawes setan – setan, alu la ngarapken upah (ay.8).
  3. Ajar – ajar pe i perintahken Yesus alu la maba perbekalen, emas, pirak ntah tembaga, bekal baju ose, sepatu ras ciken. Kerina perintah Yesus ngajarken rasul – rasul gelah tetap tek nandangi kuasa pemeliharan Tuhan (ay. 9 – 14)
  4. Alu bage cara strategi pelayanen si isingetken Yesus arah Mat 10 : 5 – 14 enda eme naksiken berita si meriah arah meproklamasikenca, arah kegeluhen alu prinsip melayani ras memberi si icidahken ibas tindaken keleng ate ras kepedulian terhadap sesama.
Kata “dame” i ertiken suatu keadaan yang tidak bermusuhan, tidak ada perang, tidak ada perselisihan, berbaik kembali, adanya suasana tentram. Tentu ibas pengertin kata dame enda ateta kita nggeluh ras jadi sada sada perayakenta. Yesus sendiri pe enggo mperdameken dirinta ras Dibata alu mereken kesahNa i kayu persilang, emaka ibas sie kerina kita ngataken bujur man Dibata, dage guna merespon perbahenen keleng ate Dibata simperdameken diriNa ras kita emaka la banci lang kita pe maba perdamen ibas kegeluhenta dingen jadi tugas panggilenta bagi isingetken Yesus ibas khotbah i Bukit Matius 5 : 9, nina : “Ketuahen me kalak si erbahan perdamen, sebab iakui Dibata me ia anakNa”.
Temanta “Dame Man Bangku, Meriah Man Bandu”, ningetken man banta “hasil’ ibas kita erdame entah “sebab – akibat” ibas kebersamanta nggeluh ibas perdamen, dage mari erlumbalah kita erbahan perdamen gelah kerina kita ermeriah ukur ibas kegeluhen jabu, gereja ras masyarakat, uga carana eme si isingetken ibas oratenta senda enda ula si langgar aturen si lit, siberitaken berita si meriah gelah kerina kalak nggeluh ibas kata Dibata, jenari Berita si Meriah e si aplikasiken ibas tindakenta ibas kepedulian sosialta nandangi kerina jelma ras tetap tek nandangi pemeliharan Tuhan, sebab kalak si alu ate tutus erbahan perdamen tentu i kawali ras i kelengi Dibata (Bd. Penjelasen Mat 10 : 5 – 14).

Amin.
Pekanbaru 12 Sep 2014.