Suplemen PJJ GBKP 23 – 29 Agts 2015.
Belajar Dari kehidupan Daniel
Pendahuluan.
Belakangan ini mulai jarang kita temui para pemimpin yang memiliki
integritas dan spiritualitas yang baik. Memang masih banyak orang yang
ingin menjadi pemimpin di negeri ini, tetapi motif mereka pada umumnya
adalah untuk mendapatkan nama besar, menikmati berbagai fasilitas dan
tunjangan-tunjangan yang berkaitan dengan jabatan tersebut. Untuk
mendapatkan kedudukan dan jabatan tertentu tidak sedikit pejabat itu
menggunakan segala cara untuk mendapatkannya. Ada yang mempertaruhkan
harta kekayaannya, harga dirinya, nilai moralnya, dan bahkan iman
percayanya. Ada juga yang menempuhnya dengan menggunakan ijazah ‘aspal’
(asli palsu) atau membeli gelar-gelar tertentu yang dijual seharga
belasan hingga puluhan juta rupiah. Dia tidak pernah kuliah tapi bisa
mendapatkan gelar sarjana, bahkan magister dan doctor. Dan anehnya
orang-orang seperti itu sedikitpun tidak merasa bersalah untuk
mencantumkan gelarnya di depan atau di belakang namanya.
Godaan seperti itu bisa jaga melanda para
pemimpin gereja termasuk para pemuda gereja. Dan kalau itu terjadi di
kalangan gereja sudah bisa dibayangkan ke depan bagaimana nantinya
perkembangan dan pertumbuhan gereja-gereja kita di Indonesia ini bahkan
di dunia ini. Untuk itulah kita perlu belajar dari Alkitab terutama dari
para tokoh Alkitab khususnya Daniel. Sebagai seorang pemuda, Daniel
juga sudah barang tentu mempunyai harapan dan cita-cita yang tinggi pada
zamannya. Tetapi dia tidak menyangka kalau negerinya akhirnya dihancur
leburkan oleh kekuatan Negara lain yakni kerajaan Babelonia yang
diperintah Nebukadnesar. Daniel pun ditawan dan dibawa ke Babelonia
untuk dijadikan pekerja paksa di negeri asing. Tetapi di sana Daniel
mendapat kesempatan untuk menjadi pejabat tinggi Negara Babelonia.
Akankah iman dan integritas Daniel dikorbankannya untuk mendapatkan
kedudukannya itu? Melalui Penelaahan Alkitab saat ini kita bisa belajar
tentang pengalaman iman dan pergumulan hidup Daniel, yang bisa kita
jadikan teladan di dalam kehidupan rohani kita.
Profil Daniel.
Ada beberapa orang di dalam Alkitab yang bernama Daniel. Pertama, Daniel
(disebut juga dengan nama Khileab) anak kedua Daud dari Abigail,
perempuan Karmel (1 Taw. 3:1). Tidak begitu banyak yang kita ketahui
tentang riwayat kehidupannya. Diduga dia meninggal dunia pada usia yang
relatif masih muda. Kedua, Daniel dari keturunan Itamar yang menyertai
Ezra kembali ke Yerusalem setelah masa pembuangan Babelonia (Ezr. 8:2).
Dia ikut membubuhkan tanda-tangannya pada piagam perjanjian yang
bermeterai (Neh. 10: 1-6). Ketiga, Daniel yang memiliki hikmat dan
kebenaran yang luar biasa, yang imannya disetarakan dengan Nuh dan Ayub
(Yeh. 14:14,20; 28:3). Dan dia disebut di dalam naskah Ugarit. Yang
keempat adalah Daniel yang diceriterakan di dalam kitab Daniel dalam
Alkitab, yang digolongkan kepada nabi-nabi besar PL. Pada awalnya tidak
banyak informasi yang kita dapatkan tentang Daniel ini. Namun dia
diyakini sebagai seorang Israel dari keturunan raja dan bangsawan.
Pendapat ini didasarkan kepada catatan dalam Daniel 1: 3, bahwa
Nebukadnesar telah memerintahkan :
Aspenas kepala istananya untuk membawa
beberapa orang Israel, yang berasal dari keturunan raja dan dari kaum
bangsawan, yakni orang-orang muda yang tidak ada sesuatu cela, yang
berperawakan baik, yang memahami berbagai-bagai hikmat, berpengetahuan
banyak dan yang mempunyai pengertian tentang ilmu, yakni orang- orang
yang cakap untuk bekerja dalam istana raja.
Daniel dibawa sebagai tawanan ke
Babelonia oleh Nebukadnesar pada tahun ketiga pada pemerintahan Yoyakin.
Bersama beberapa teman-temannya (Hananya, Misael dan Azarya) Daniel
bersama mereka akan dilatih secara khusus untuk melayani raja di
istananya (Dan. 1:5). Sejak pelatihan (Youth Leadership Training ala
Nebukadnesar) itu nama-nama mereka yang berbau Yahudi (Israel) diganti
dengan nama-nama berbau Babelonia. Daniel menjadi Beltsazar, Hananya
menjadi Sadrakh, Misael menjadi Mesakh, dan Azarya menjadi Abednego
(1:7). Mungkin alasan penggantian itu adalah untuk menyatakan kepada
masyarakat Babel bahwa mereka sudah menjadi warga Babelonia melalui
proses naturalisasi.
Masa pelatihan (training) itu memakan
waktu selama 3 tahun, sebelum mereka bekerja untuk raja. Selama masa itu
kepada mereka diberikan segala fasilitas kerajaan Babelonia, termasuk
jenis dan kualitas makanan dan minuman yang terbaik (yang biasanya
menjadi santapan raja) disiapkan untuk mereka. Namun Daniel dan
kawan-kawannya tidak mau mengkonsumsi makanan dan minuman yang biasanya
dimakan dan diminum raja. Mereka menahan dirinya untuk tidak menikmati
‘santapan’ raja, karena itu bisa menajiskan dirinya. Melihat commitment
Daniel dan kawan-kawannya, maka Allah mengaruniakan kasih sayang-Nya
kepada mereka melalui pemimpin pegawai istana. Daniel hanya meminta
disediakan sayur dan air sebagai makanan dan minumannya. Dan ternyata
hasilnya sangat menakjubkan. Perawakan Daniel dan kawan-kawannya lebih
baik dan lebih gemuk dari pada orang-orang muda lainnya yang makan dan
minum dari santapan raja (1: 15).
Daniel sangat berbeda dengan orang-orang
muda pada zaman ini yang kelihatannya sangat konsumtif dan rakus
terhadap makanan dan minuman. Orang-orang muda pada zaman ini sangat
suka menikmati fasilitas Negara. Mereka tidak segan-segan membawa mobil
dinas (mobil kantor; plat merah) ayahnya atau ibunya untuk bepergian
dengan teman-temannya dan mengunjungi pacarnya. Orang-orang muda saat
ini juga sangat gemar memakan makanan yang berlemak seperti daging,
tetapi sangat sedikit yang makan sayur dan buah. Orang-orang muda saat
ini juga gemar meminum minuman keras (alcohol) sampai bermabuk-mabukan
dan tawuran. Bahkan tidak sedikit dari antara mereka yang telah
mengkonsumsi narkhoba dan zat-zat adiktif lainnya.
Selama masa pelatihan (training) itu
Allah memberikan pengetahuan dan kepandaian tentang berbagai-bagai
tulisan dan hikmat. Kepada Daniel Allah juga mengaruniakan dia
pengertian tentang berbagai-bagai penglihatan dan mimpi (1:17). Dan
setelah tiba waktu yang ditetapkan, raja Nebukadnesar mulai berbicara
dengan mereka. Raja menemukan bahwa mereka sepuluh kali lebih cerdas
dari pada semua orang berilmu dan semua ahli jampi di seluruh
kerajaannya. Dalam hal raja Nebukadnesar memerlukan kebijaksanaan dan
pengertian, maka raja akan bertanya kepada mereka. Mereka menjadi
‘konsultan ahli’ bagi raja Babelonia. Ketika pun raja Nebukadnesar
bermimpi dan semua para ahli (orang-orang berilmu, ahli jampi, ahli
sihir dan para Kasdim tidak ada yang sanggup menjelaskan arti mimpinya.
Tetapi melalui sebuah penglihatan malam yang diberikan oleh Allah,
Daniel sanggup mengetahui apa mimpi raja dan sekaligus mengartikan mimpi
itu (2:19-23).
Dari tawanan menjadi pejabat tinggi.
Setelah raja Nebukadnesar wafat, dia digantikan oleh anaknya bernama
Belsyazar. Raja ini mengadakan perjamuan yang besar untuk para
pembesarnya, seribu orang jumlahnya. Mereka minum-minum anggur dengan
menggunakan perkakas dari emas yang telah diambil Nebukadnesar dari
dalam Baitsuci Yerusalem. Sembari mereka bermabuk-mabukan mereka
memuji-muji dewa-dewa dari emas dan perak, tembaga, besi, kayu dan batu
(5:1-4). Saat itulah ada jari-jari tangan manusia menulis pada kapur
dinding istana raja, dan raja melihat ada punggung tangan yang sedang
menulis (5:5). Raja mengumpulkan para ahli jampi, para Kasdim dan para
ahli nujum untuk mengartikan tulisan itu. Tetapi tak satu orang pun yang
dapat mengartikannya. Akhirnya Daniel atau Beltsazar yang dikenal
sebagai orang yang penuh dengan roh para dewa yang kudus, memiliki
kecerahan, akal budi dan hikmat dan pengetahuan, dipanggil raja untuk
mengartikannya. Mene, mene, tekel ufarsin berarti: masa pemerintahan
raja dihitung oleh Allah dan telah diakhiri, raja ditimbang dengan
neraca dan didapati terlalu ringan, kerajaannya yang terpecah dan
diberikan kepada orang Media dan Persia (5:25). Hal itu terjadi karena
raja dan seluruh pembesar kerajaan telah menggunakan perkakas emas dari
Baitsuci Yerusalem untuk bermabuk-mabukan. Karena kemampuannya itu raja
mengangkat Daniel menjadi pejabat tinggi kerajaan yang mempunya
kekuasaan sebagai orang ketiga setelah raja. Dan setelah raja Beltsyazar
terbunuh, dia digantikan oleh Darius, orang Media (5:29; 6:1), Daniel
adalah salah satu dari ketiga pejabat tinggi yang mengepalai 120
wakil-wakil raja (6:2). Karena Daniel mempunyai roh yang luar biasa,
raja Darius juga bermaksud untuk mengangkat Daniel menjadi pejabat atas
seluruh kerajaannya, setingkat di bawah kekuasaan raja.
Melihat keberhasilan Daniel maka para
pejabat tinggi dan wakil raja mencari alasan dakwaan untuk menjatuhkan
Daniel dari jabatannya (6:5). Tetapi mereka tidak menemukan alasan
apapun atau sesuatu kesalahan atas dirinya, sebab Daniel setia dan tidak
lalai di dalam menjalankan tugasnya. Menurut mereka hanya ada satu cara
untuk menjatuhkannya, yakni dalam hal ibadahnya kepada Allahnya (6:6).
Tanpa sepengetahuan Daniel, para pejabat tinggi dan para wakil raja
mengusulkan kepada raja untuk mengeluarkan sebuah peraturan atau
undang-undang yang baru yang ditetapkan raja. Isi undang-undang itu
adalah: barangsiapa dalam 30 hari menyampaikan permohonan kepada salah
satu dewa atau manusia kecuali kepada raja, maka ia akan dilemparkan ke
dalam gua singa (6:8). Begitu mendengar isi undang-undang itu, Daniel
pergi ke rumahnya untuk berdoa kepada Allah ke arah Yerusalem. Di kamar
atas, dia berlutut dan berdoa tiga kali sehari serta memuji Allahnya,
seperti yang biasa dilakukannya (6:11). Ketika mereka menemukan Daniel
yang sedang berdoa kepada Allahnya, maka mereka melaporkannya kepada
raja. Mendengar nama Daniel, raja menjadi sangat sedih hatinya. Dia
berusaha mencari jalan untuk melepaskan Daniel, tetapi dia tidak
mendapatkannya. Akhirnya sesuai dengan ketentuan undang-undang itu,
Daniel pun dilemparkan ke gua singa. Raja kembali ke istananya dan
berpuasalah ia semalam-malam dan dia tidak bisa tidur, karena memikirkan
keadaan Daniel.
Begitu fajar menyingsing, dengan
terburu-buru raja langsung pergi ke gua singa. Raja berseru ke arah
Daniel, kalau-kalau Daniel masih hidup: “Daniel, hamba Allah yang hidup,
Allahmu yang kausembah dengan tekun, telah sanggupkah ia melepaskan
engkau dari singa-singat itu?” (6:21). Daniel menjawab: “Ya raja,
kekallah hidupmu! Allahku telah mengutus malaikat-Nya untuk mengatupkan
mulut singa-singa itu, sehingga mereka tidak mengapa-apakan aku, karena
ternyata aku tak bersalah di hadapan-Nya; tetapi juga terhadap tuanku,
ya raja, aku tidak melakukan kejahatan” (6:23). Mendengar khabar baik
itu, raja Darius mengirimkan suratnya kepada orang-orang dari segala
bangsa, suku bangsa dan bahasa yang berisikan kesaksian dan kewajiban :
- Bersama ini kuberikan perintah, bahwa di seluruh kerajaan yang
kukuasai orang harus takut dan gentar kepada Allahnya Daniel, sebab
Dialah allah yang hidup yang kekal untuk selama-lamanya; pemerintahannya
tidak akan binasa dan kekuasaan-Nya tidak akan berakhir. Dia melepaskan
dan menolong, dan mengadakan tanda dan mujizat di langit dan di bumi,
Dia yang telah melepaskan Daniel dari cengkeraman singa-singa”
(6:27-28).
Iman percaya dan keselamatan Daniel telah
menjadi kesaksian yang hidup bagi raja Darius sampai akhirnya dia
mengirimkan isi kesaksiannya yang menjadi kewajiban bagi seluruh warga
di dalam kerajaannya. Beberapa waktu kemudian Daniel pun mengalami
kelelahan dan jatuh sakit beberapa hari lamanya (8:27).
Demikianlah kehidupan Daniel sebagai
pejabat tinggi di Negara Babelonia. Di tengah-tengah kesibukannya selaku
pejabat tinggi Negara, Daniel terus memelihara kebiasaan baiknya untuk
datang ke hadirat Tuhan Allah untuk berdoa, bermohon dan berpuasa serta
mengenakan kain kabung dan abu, memohon pengampunan dosa (9:3). Dia
berdoa syafaat mewakili bangsanya : “Kami telah berbuat dosa dan salah,
kami telah berlaku fasik dan telah memberontak, kami telah menyimpang
dari perintah dan peraturan-Mu, dan kami tidak taat kepada
hamba-hamba-Mu, para nabi, yang telah berbicara atas nama-Mu kepada
raja-raja kami, kepada pemimpin-pemimpin kami, kepada bapa-bapa kami dan
kepada segenap rakyat negeri. Ya TUHAN, kami, raja-raja kami,
pemimpin-pemimpin kami dan bapa-bapa kami patutlah malu, sebab kami
telah berbuat dosa terhadap Engkau. Pada TUHAN Allah kami, ada
kesayangan dan keampunan, walaupun kami telah memberontak terhadap Dia”
(9:5-6, 8-9).
Refleksi theologis
Dari sejarah kehidupan dan pengalaman Daniel kita memperoleh beberapa refleksi teologis, antara lain :
- Perobahan status social Daniel dari kaum
bangsawan (orang berdarah biru) menjadi seorang tawanan perang yang
akan diperlakukan sebagai budak tidak membuat Daniel menjadi orang yang
frustrasi, yang ugal-ugalan dan yang urakan. Dia tetap memelihara
kehidupan kepribadiannya dan kerohaniannya. Daniel tidak menghakimi
siapa-siapa, juga tidak menghakimi Allah, bahkan dia tetap memuji Allah
di tengah-tengah bangsa yang menawan dirinya.
- Seorang muda yang menjadi tawanan perang
tidak identik dengan hidup yang tanpa masa depan sama sekali.
Kemiskinan seorang muda tidak serta merta menutup jalan kehidupannya
menuju kehidupan yang gemilang, bahkan hingga menduduki jabatan sebagai
pejabat tinggi negara. Keterbatasan keadaan hidup dan kemiskinan bisa
menjadi motivasi dan alasan yang kuat untuk mendorong keinginan untuk
mendapatkan kehidupan yang lebih layak dan lebih berhasil di masa depan.
Oleh karena itu janganlah jadikan keterbatasan, kekurangan dan
kemiskinanmu menjadi ‘penutup jalan’, tetapi pakailah itu menjadi
‘tumpuan’ kakimu untuk meraih sukses.
- Menahan diri dan mengendalikan hawa
nafsu terhadap berbagai jenis makanan dan minuman yang biasa disantap
para raja dan kaum bangsawan adalah salah satu cara untuk membentuk
fostur tubuh yang sehat. Tidak semua makanan yang enak itu adalah
menyehatkan. Sudah banyak orang-orang yang muda yang jatuh ke dalam
kasus obesitas (kegemukan atau kelebihan berat badan). Di Australia ada
banyak program untuk menurunkan berat badan. Banyak orang yang
membelanjakan uangnya untuk menyewa seorang instruktur dalam rangka
menurunkan berat badannya. Memakan makanan yang mengandung banyak lemak
dapat menyebabkan timbulnya berbagai penyakit di dalam diri kita.
Sebaliknya, memakan makanan yang mengandung serat dari sayur-sayuran dan
buah-buahan justru membuat tubuh menjadi sehat.
- Juga meminum minuman yang mengandung
alcohol dapat mengakibatkan kemabukan dan hilangnya kesadaran. Seseorang
yang mabuk akan sulit untuk membedakan isterinya dengan ibu mertuanya,
dan tidak bisa membedakan isterinya dengan isteri temannya. Banyak orang
muda berpikir agar berani naksir cewek dia perlu menenggak minuman
beralkohol. Orang muda seperti ini adalah orang yang abnormal (sakit
jiwa). Dikatakan abnormal, karena makan obat dulu baru berani
menyampaikan isi hatinya. Orang yang normal (sehat) tidak memerlukan
obat untuk mengungkapkan isi hatinya kepada siapa saja. Karena dia sadar
hanya ada dua kemungkinan jawaban yang akan dia terima, diterima atau
ditolak, itu saja. Orang-orang muda juga perlu menahan diri dari
perilaku konsumtif yang bersifat kecanduan. Misalnya dengan perilaku
merokok, menghisap ganja, mengkonsumsi narkhoba dan zat-zat adiktif
lainnya. Juga dari kebiasaan kebut-kebutan, pergaulan bebas, judi, dll.
- Kemampuan untuk menahan diri dan
mengendalikan diri hanya bisa diperoleh melalui pemeliharaan kehidupan
kerohanian (spiritualitas). Kerohanian dan spiritualitas kita bisa
bertumbuh dan berkembang apabila kita tetap memelihara hubungan pribadi
dengan TUHAN (HPDT). Orang-orang muda perlu melakukan penyembahan
pribadi, doa dan ibadah pribadi, di samping penyembahan bersama di
gereja dan persekutuan. Yakni dengan cara melakukan doa pagi sebelum
memulai sesuatu aktifitas sepanjang hari. Dalam Markus 1:35 ada
dikatakan: “Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia (Yesus) bangun
dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana.”
Saudara-saudara kita di Korea, setiap hari jam 04.30 sudah pergi ke
gereja untuk beribadah, walaupun di musim dingin (salju). Daniel selalu
berdoa setiap hari, tiga kali sehari (pagi, siang dan sore). Hidup yang
beribadah, dan ibadah yang hidup adalah kehidupan orang-orang muda.
- Orang yang berspiritualitas adalah orang
yang selalu berkomunikasi dengan Alllah dan selalu dengar-dengaran
dengan firman Tuhan. Hal ini dapat kita jumpai dalam Galatia 6:2, yang
mengatakan: “kalau ada seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran,
maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar
dalam roh lembah lembut…” Dalam terjemahan The Holy Bible versi NRSV
disebutkan: “you who have received the Spirit should restore”. Itu
berarti bahwa orang yang memiliki spiritualitas adalah orang yang
terus-menerus menerima Roh Allah di dalam hidupnya. Dalam pasal
sebelumnya (5:16) Paulus mengatakan: “hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak
akan menuruti keinginan daging”. Dan jikalau kita hidup oleh Roh,
baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh (5:25).
- Orang-orang muda yang memiliki
spiritualitas lah orang-orang yang memiliki integritas. Integritas
adalah suatu kepribadian yang utuh. Yakni suatu kepribadian yang sejalan
perkataannya dengan perbuatannya, dan sejalan perbuatannya dengan apa
yang diyakininya (imannya). Hidup dan perilakunya adalah buah dari
imannya. Orang yang memiliki integritas adalah orang yang berani
menegakkan keadilan dan kebenaran. Berani mengatakan ‘ya’ terhadap yang
benar dan baik, dan mengatakan ‘tidak’ terhadap yang salah dan jahat.
Dia memiliki prinsip yang kuat di dalam hidupnya, karena dia selalu
berlandaskan imannya di dalam setiap hal yang dilakukannya. Dia tidak
mengenal kompromi terhadap dunia ini. Dia tidak mau terlibat kepada
tindakan konspirasi yang menjatuhkan sesamanya.
- Kehidupan spiritualitas dan
integritasnya yang tinggi membuat mulut singa terkatup rapat.
Singa-singa lapar menjadi kenyang melihat kehadiran anak-anak Tuhan.
Mereka tidak selera untuk menyantap anak-anak Tuhan, karena tubuh mereka
tidak mengandung bau kematian (mayat). Sebaliknya singa-singa lapar itu
akan bertambah laparnya ketika melihat tubuh orang-orang yang penuh
dosa dan kejahatan, yang rakus dan tamak, serta yang tambun karena
menimbun kejahatan di dalam dirinya. Singa-singa lapar itu akan sangat
merasa haus ketika melihat tubuh orang-orang yang suka menghisap darah
(kehidupan) sesamanya.
- Kehadiran orang-orang muda di setiap
tempat dan waktu akan selalu membuat orang-orang di sekitarnya dapat
mengenal Allah. Di mana pun orang-orang muda ada, dia selalu
memperkenalkan kuasa Allah. Hidupnya adalah hidup yang bersaksi,
bersaksi tentang kebaikan Tuhan. Di mana pun dia berada mujizat dan
tanda ajaib Tuhan selalu nyata di dalam hidupnya. Tuhan memakainya
menjadi alat yang indah dalam pemberitaan Injil, kabar baik Tuhan Yesus
Kristus.
- Oleh karena itu selalulah takut akan
Tuhan. Dia akan mendudukkanmu pada kedudukan dan jabatan yang Tuhan
sediakan bagimu. Kita tidak perlu mendongkel kawan agar jatuh dari
kedudukan dan jabatannya. Kedudukan dan jabatan kita haruslah yang dari
pada Tuhan, bukan yang diberikan oleh dunia ini. Selamat melayani.
Catatan kuliah PL. DR. J. Situmorang.