INTINYA HANYA SATU ; JANGAN RIBUT !
Mengajak ribut dengan DR.Andar Ismail, tentang tulisannya “Selamat Ribut Rukun”
Andai aku bisa bertatap muka dengan sang
DR. Andar Ismail, maka aku akan mempertanyakan, yang dimaksudkannya
dengan “SELAMAT RIBUT RUKUN”. Karena menurutku, “RIBUT ITU YA RIBUT” dan
“RUKUN ITU YA RUKUN” dan sepertinya istilah beliau ini “SELAMAT RIBUT
RUKUN” tersebut kurang mengena dalam kenyataan kehidupan, baik itu di
keluarga, di gereja atau di tempat lainnya.
Dalam hal ini saya memiliki beberapa
alasan yang saya pikirkan,umpamanya, hehehe …. Saya memang suka memakai
istilah ini, umpamanya :
- Bukankah kalau sepasang suami – istri ribut dengan pasangannya dan bertengkar hebat, maka pertengkaran tersebut akan menghasilkan cinta dan kemesraan yang berkurang serta akan meninggalkan luka bagi pihak yang kalah ?
- Seorang pedagang dan pembeli ribut karena suatu ketidak cocokan dalam jual beli yang terjadi atau dengan kata lain, si pedagang memberikan barang KW kepada sang pembeli. Oleh itu akhirnya mereka ribut, karena sang pembeli merasa dirugikan oleh sikap pedagang yang bersikeras bahwa barang yang ia jual adalah asli. Dan andailah akhirnya sang pedagang mau mengalah, apakah sang pembeli akan datang kembali ke toko sang pedagang, setelah mereka ribut ? Dalam kenyataannya, kebanyakan sang pembeli tidak akan pernah kembali kepada toko tersebut, karena merasa telah tertipu, oleh itu biasanya sang pelanggan akan pergi mencari langganan lain. Andailah sahabat sebagai pembeli apakah sahabat akan kembali ke toko yang sama, tentu tidak bukan ?
- Dalam dunia kerja. Jika seandainya kita bekerja dalam satu team. Namun suatu saat dalam team tersebut terjadi keributan, apakah team kerja itu akan tetap solid ? Umumya dalam kenyataan dunia kerja, lama – kelaman team itu pasti akan bubar, karena bagaimanapun semangat kerja team tersebut pasti telah memudar oleh karena keributan yang sudah ada, benar kan ?
- Dalam contoh lain, seorang karyawan ribut dengan bossnya. Saya mau bertanya, apakah si Boss akan mempertahankan karyawannya yang telah ribut dengannya ? bukankah dalam kenyataannya sang Boss akan memecat sang karyawannya tersebut ? atau barangkali sang karyawan yang akan mengundurkan diri, karena ia tahu, bagaimanpun karirnya tidak akan berkembang lagi setelah ribut dengan sang Boss, benar juga bukan ?
- Ini pengalaman saya dan mungkin juga pengalaman sahabat. Pernahkan kita mengalami ribut dengan dosen dan kebetulan dosen tersebut adalah dosen killer … hahahaha. Aku yakin sang murid akan selalu kewalahan dengan sang dosen tersebut. Pengalamanku ribut dengan dosen, membuat aku mendapat nilai “C“ dalam satu mata kuliah, hahahah … Artinya ribut akan selalu menekan yang lemah dan keributan pasti akan mengakibatkan luka bagi yang kalah, masih benar juga kan ?
- Ternyata masih banyak lagi kalau kita mau mendaftarkan akibat daripada ribut. Tapi yang jelas “Ribut” tidak akan mendatangkan efek yang baik dan sebenarnya “Ribut” akan tetap saja mempengaruhi kemesraan dan keharmonisan apapun itu.
Masih tidak percaya dengan argumen saya,
buktikanlah dengan mencoba ribut dengan sahabat keluarga anda, teman
anda atau ribut dengan siapa saja. Pastilah akan ada yang merasa kalah
dan akhirnya tertimbun dendam di hati, masih tidak percaya ? perhatikan
apa yang akan terjadi … Kata Mario Keruh … Hehehehe.
O …. ho ! ternyata saya tidak perlu lagi
berhadapan dengan sang DR. Andar Ismail, Karena beliau telah menyadari
kesalahan argumennya dalam buku “SELAMAT RIBUT RUKUN” dan mungkin oleh
sebab itulah beliau meneruskan kembali hobby menulisnya dengan
mengeluarkan bukunya “SELAMAT SEHATI”.
Menurutku, pendapatnya dalam buku ini
jauh lebih benar dari seri selamat “SELAMAT RIBUT RUKUN”. Dimanakah
kebenarannya ? Beliau mengatakan dalam bukunya “SEHATI DAN SEPIKIR”
menekankan : di rumah, di tempat kerja, di gereja, atau ditempat
lainnya, kita perlu “SEHATI SEPIKIR”. Hidup bersama adalah hidup sehati
dan untuk mencapai hal, haruslah “ …. sehati dan sepikir dengan Tuhan”
(Flp 4 : 2) dan oleh karena sehati dan sepikir dengan Tuhanlah, yang
memungkinkan kita “…. sehati sepikir dalam hidup bersama … “ (Rom 12 :
16).
Jadi benarkan “RIBUT YA RIBUT DAN RUKUN
YA MEMANG RUKUN” serta “SEHATI YA MEMANG SEHATI”. Oleh itu yang
diperlukan dan menjadi dasar kesatuan dan keharmonisan memang “SEHATI”
dan kalau saja itu terjadi ! Heheheh … Tapi aneh juga ya masa ada yang
selalu mau “RIBUT”, apa memang orang tersebut memang tidak mau hidup
“SEHATI DAN SEPIKIR DENGAN TUHAN – SERTA SEHATI SEPIKIR DALAM HIDUP
BERSAMA ?”
Oke deh, bahasanya sampai disini saja.
Aku juga sudah bingung, kenapa juga sahabat – sahabat sulit sekali untuk
“SEHATI SEPIKIR DALAM HIDUP BERSAMA”. Dan sepertinya aku perlu bertemu
beliau DR. Andar Ismail untuk mencqri pencerahan dan meminta rumusan
“MENYATUKAN DAN DISATUKAN” kalau ceritannya tetap begini heheheh …. atau
barangkali aku meneruskan dulu membaca kembali bukunya, “SELAMAT
BERKERABAT” mana tau DR. Andar Ismail, sudah memberi jawapan dalam buku
seri selamatnya itu, hehehe…
Pekanbaru 15 Sept 2015.
Efek kebanyakan ngopi dan memikirkan sahabat.
Efek kebanyakan ngopi dan memikirkan sahabat.