Rabu, 18 November 2015

ANTARA IBADAH NATAL DAN PESTA NATAL

ANTARA IBADAH NATAL DAN PESTA NATAL
Pdt. Israel H S Milala. STh.

Tulisan ini bisa jadi tidak enak untuk dibaca karena memang sifatnya menyoal terhadap perayan besar yang sering kita agungkan di bulan Desember. Mungkin sahabat akan berikir saya terlalu banyak berbicara yang bukan – bukan dan mungkin akan menyoal kembali maksud tulisan ini dengan berbagai argumen atau barangkali menyebabkan tidak suka kepada saya atau barangkai tidak mengucapkan lagi selamat natal. Tapi inilah pandangan saya tentang perayaan natal kita. Dan jika Tulisan ini tidak berkenan bagi Tuhan sang pemilik natal, semoga Ia mengampuni saya sebagai hamba-Nya.

PERLUKAH PERAYAAN PESTA SEPERTI INI ?
Natal … Memang sudah tak terasa dan semakin dekat perayannya. Kesibukan akan dimulai panitia natal mulai bekerja, gereja, rumah, mall, pasar – pasar mulai dihiasi pernak – pernik natal dan seperti biasanya pesta natal itu diharapkan dapat terlaksana dengan meriah hingga bahkan bisa saja sangat duniawi.

Terkadang saya berpikir ; Perlukan perayaan dan Pesta natal dimana nuansa duniawinya sangat terasa ?. Kenapa saya berkata Perlukah perayaan seperti ini ? lihatlah sekarang bagaimana gereja – gereja yang hanya mengandalkan ibadah spektakuler yang didalamnya orang – orang kristiani bersorak – sorai memuja hadirat Tuhan, tetapi lihat juga adakah perubahan yang mendalam yang membaharui setelah perayaan natal tersebut ?

MELIHAT NATAL BERSAMA NABI YESAYA.
Mari melihatlah bersama nabi Yesaya, ketika ia berkata dalam pasal 2 tentang : “apa yang terjadi di surga dan yang terjadi di bumi”. Yerusalem beria – ria dengan persembahan domba dan lembu mahal, perayaan – perayaan rutin yang sangat fantastis ? tapi ironis ! melihat semuanya itu. Yesaya mengatakan, Yang Mahakudus mencela karena jijik ; “Aku benci melihatnya! Tanganmu penuh dengan darah!” bahkan Allah bahkan menyetarakan Yehuda dengan manusia Sodom dan Gomora ! “Inilah kesalahan Sodom … kecongkakan, makanan yang berlimpah-limpah dan kesenangan hidup ada padanya dan pada anak-anaknya perempuan, tetapi ia tidak menolong orang-orang sengsara dan miskin” (Yehezkiel 16:49). Yesaya mengatakan Allah tak terkesan dengan ibadah, perayaan atau persembahan memang sangat hebat namun penuh kemunafikan, meski ada kemegahan di dalam tembok rumah ibadah, kesengsaraan dan kemiskinan masih bercokol di luar tembok Yerusalaem.

Dalam hal ini aku hendak mengatakan, lihatlah ! Sekian tahun gereja bertumbuh, bukankah pertumbuhan iman jemaat hanya jalan ditempat, bukankah semakin lama kita bersama di dalam gereja semakin banyak perseteruan, kecongkakan, keangkuhan, yang miskin tetap miskin dan yang kaya semakin kaya dan kondisi orang-orang di jalanan (masyarakat) tak banyak berubah ? Bukankah ini yang dikatakan Yesus tentang “Garam” yang tak lagi asin dan “terang” yang sudah redup nyalanya ? Atau barangkalai dengan sengaja kita melupakan pesan nabi Yesaya dalam setiap perayaan gerejawi, tidakkah kita melihat Tuhan menghardik umat-Nya yang merasa diri tengah baik – baik saja ? Jikalau bisa dan tulisan ini memberi makna kepada kita, mungkin aku juga akan berkata, marilah “Singkirkan perayaan yang penuh kemunafikan itu, mari beribadah dan merayakan natal dengan kesederhanaan, hikmad dan lebih kepada memaknai akan kehadiran Yesus di dunia. Cukup sudah kita kita berbicara tema natal yang sentralnya hanya kepada :
  • Berapa biayanya ?
  • Dari mana sumber dananya ?
  • Dimana tempatnya di hotel atau di gereja?
  • Siapa pengkhotbahnya kelas atas atau kelas bawah ?
  • Siapa artisnya lokal atau ibu kota ?
  • Apa makanannya Prasmanan atau kotak ?
  • Bagaiaman kado natalnya ?
  • Apa hiburannya, band atau keyboard ?
  • Siapa yang di undang Pejabat atau pimpinan gereja ?
  • Siapa yang menjadi sponsor calon Bupati, Gubernur atau caleg ?
  • Dsb … ?
SEDIKIT TENTANG AKU DAN MAKNA NATAL
Kenapa kita sangat menghilangkan makna natal yang sesungguhnya yang berbicara berbicara tentang penebusan, tentang kesederhanaan dan kerendahan hati ? Saya masih mengingat ketika saya dulu diundang beberapa tahun lalu awal pelayanan saya dengan jadwal yang padat sekali bisa sampai 40 X dalam sebulan, tapi itu dulu … hehehe … sekarang jadwalnya semakin sedikit tapi saya senang dan sangat jujur dengan sengaja memang menolak beberapa tawaran berkhotbah yang hanya memuaskan pendengar, karena bagiku menjadi pengkhotbah terkenal bukan lagi sebagai yang utama, tapi bagaimana menyamapaikan kebenaranNya yang sesungguhnya bukan sebagai hanya lelucon. Bagi pengkhotbah begini akan beresiko tidak akan di undang dalam banyak perhelatan …. hehehehe … dan mikirlah jika ada yang mau melakukan itu.

Kembali kepada perayaan natal tadi. Dalam banyak perayaan natal, saya memperhatikan bahwa memang acara natal yang saya hadiri, bahwa perayaan itu lbih banyak kepada nuansa duniawinya, mulai dari acara natal yang penuh dengan entertaiment, spanduk dan sponsor yang beragam, ucapan selamat dari petinggi – petinggi negeri, ada juga pajangan product makanan dan minuman dan lebih heran lagi tata acara ibadah bisa jadi ada 10 lembar tetapi 6 lembar terakhir penuh foto calon – calon pejabat serta iklan … hehehehe.

Terkadang saya juga mendengar, beberapa sanjungan yang dilontarkan oleh panitia natal, majelis jemaat atau jemaat sendiri yang berkata ; “Puji Tuhan, acara Natal kita sangat meriah. Megah, mewah, paduan suaranya mantap, penampilan operanya memukau, pengkhotbahnya luar biasa, dsb”. Sebenarnya, saat mendengar perkataan itu, saya terharu dan tertunduk, jangan – jangan Tuhan malah sedih dan menangis melihat kemewahan dan kemeriahan semuanya ini yang penuh dengan selebrasi. Jangan – jangan semua yang kami lakukan di Natal ini hanya menyenangkan hati kami, bukan untuk Tuhan.

Sahabat kita telah melupakan, bukankah dalam perayaan natal seharusnya kita lebih memikirkan tentang kedatangan-Nya nanti ? karena natal bukanlah lagi berbicara tentang bayi, tentang gembala, tentang palungan. Itu dulu ketika Ia datang menjadi bayi manusia. Dan Sang Bayi Manusia itu segera akan datang lagi. Tapi bukan bayi lagi, tapi dengan segala KemuliaanNya. Mengapakah makna Natal kehilangan maknanya mengingat akan KedatanganNya nanti ? bandingaknlah dengan apa yang dikatakan dalam Matius 24 : 29 – 30 ini : “Segera sesudah siksaan pada masa itu, matahari akan menjadi gelap dan bulan tidak bercahaya dan bintang-bintang akan berjatuhan dari langit dan kuasa-kuasa langit akan goncang. Pada waktu itu akan tampak tanda ANAK MANUSIA di langit dan semua bangsa di bumi akan meratap dan mereka akan melihat ANAK MANUSIA itu datang di atas awan-awan di langit dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya. Dengan firman yang tertulis dalam Matius 24 : 29 – 30 ini, masihkah kita tidak mau merenung untuk mempersiapkan diri menyongsong kedatanganNya nanti ? masihkah dalam masa penantian itu, tetap kita rayakan dengan pesta makan dan minum yang dipenuhi dengan roh konsumerisme ? Saya rasa bukan itu caranya. Roma 14 : 17 mengatakan : “Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus”.

Saya mengingat beberapa hari yang lalu Nora (istriku) berkata, Pa dalam tahun – tahun natal kita tidak pernah lo memajang pohon natal dan menghias rumah kita dengan pernak – pernik natal ? saya hanya berkata kepadanya, mama, mungkin tahun ini, kita juga tidak akan memasang pohon natal dirumah dan pernak – perniknya dan kita pun tidak akan merayakan natal dengan baju baru tapi mari kita bernatal dan merayakannya dengan hati bersyukur.

Entah kenapa memang, beberapa tahun ini, jiwaku gundah gulana dan bertanya – tanya, mengapa orang – orang berlomba sibuk menyukseskan acara natal, sementara Kristus yang dirayakan kelahiranNya itu dilupakan ? Jika boleh sekali lagi saya berkata, bukankah ketika ibadah natal itu dibangun dari kelebihan, pesta mewah, makanan mahal, harta, pakaian, jabatan, dengan acara glamour, dsb, yang ketika dibawa kedalam ibadah bahwa itu telah mencuri kemuliaan Tuhan ?

RENUNGAN MEMAHAMI NATAL YANG SESUNGGUHNYA
Bacalah ini renungan yang saya copy paste dari salah satu gereja tetangngga, yang sangat baik dalam memahami natal, semoga dapat memberikan kesadaran kepada kita yang merayakan natal tahun ini :

Yesus lahir dalam kesederhanaan. Dia adalah Raja, jadi sebenarnya Dia dapat memilih tempat dimana Dia akan dilahirkan. Dia bisa saja memilih istana yang megah dan penuh keindahan, tetapi sebaliknya Dia memilih kandang dengan bau yang mungkin saja menyengat. Dia bisa saja memilih untuk diletakkan di pembaringan yang empuk, tapi Dia justru memilih palungan. Dia bisa saja memilih sutra termahal untuk menyelimuti-Nya – ingat, Dia Raja dan Tuhan – tetapi Dia membiarkan kain lampin yang kasar dan sederhana membungkus-Nya. Saat Dia lahir, bisa saja Dia mengundang pembesar dan golongan bangsawan untuk datang melihat-Nya, tetapi Dia justru memilih para gembala sebagai tamu kehormatan!

Kelahiran Kristus itu sederhana, bahkan sangat sederhana. Namun anehnya Natal sekarang ini sudah identik dengan kemewahan. Kalau tidak mewah, bukan Natal namanya. Jika anggaran dana Natal tidak membengkak sampai berpuluh-puluh juta, Natal yang kita peringati serasa kurang afdol. Dengan dalih rohani, kita selalu berkata bahwa kita sedang menyambut kelahiran Raja di atas segala raja, sehingga segala pemborosan yang kita berikan tidak berarti sama sekali. Memang tidak pantas jika kita membuat perhitungan finansial terhadap Tuhan. Namun, apakah benar semua kemewahan itu untuk Tuhan, ataukah sebaliknya untuk memuaskan keinginan kita sendiri ? Bukankah sejujurnya kita sungkan dengan tamu undangan yang datang dalam acara Natal kita itu, sehingga mau tidak mau kita akan menyiapkan acara itu semewah mungkin ? Padahal bisa saja kita merayakan Natal dalam kesederhanaan tanpa mengurangi esensi Natal itu sendiri.

Seandainya waktu bisa diputar ulang, saya ingin kembali ke Natal yang pertama untuk menyaksikan dan merasakan sendiri bagaimana suasana di Betlehem. Sementara semua penduduk desa kecil itu sudah tertidur pulas, di suatu tempat, tepatnya di sebuah kandang sederhana, terlihat Yusuf dengan Maria yang sedang menggendong Sang Mesias. Serombongan gembala datang dengan ekspresi yang belum pernah terlihat sebelumnya. Suasana di sana begitu hangat, tenang, teduh dan dipenuhi kedamaian yang tak terkatakan. Natal pertama memang diwarnai dengan kedamaian.

Dua puluh abad kemudian, Natal masih diperingati. Kisahnya masih terus diceritakan. Bahkan cerita Natal itu tampaknya tidak pernah usang. Hanya sayang, kedamaian yang menyelimuti Natal pertama berangsur-angsur hilang. Kini kita memperingati Natal, tapi tak pernah merasa damai. Sebaliknya, Natal tidak lebih dari kegiatan tahunan yang membuat kita letih. Bahkan kadang kala kita memperingati dengan kegelisahan dan kegalauan dalam hati. Kehadiran Sang Mesias tidak cukup memberi rasa tenang dan rasa aman. Berita kelahiran Juruselamat tidak sanggup menghembuskan rasa damai di hati kita. Tak heran jika Natal tidak begitu berkesan dalam hidup kita. Sama sekali tidak membekas. Bahkan berlalu begitu saja.

Jika kita mau merenungkan lebih jauh, bukankah benar bahwa makna Natal dalam pengertian yang sebenarnya telah bergeser begitu jauh ? Makna Natal yang sebenarnya diganti dengan hal – hal lahiriah. Digantikan dengan pesta pora, hura-hura, dan kemewahan yang sia-sia. Dilewatkan begitu saja, bahkan sebelum kita bisa mengambil waktu sejenak untuk berefleksi. Alangkah indahnya jika kita bisa kembali ke Natal yang pertama. Merasakan Kristus dalam kesunyian, membuat jiwa kita lebih peka terhadap suara-Nya. Merasakan Kristus dalam kesederhanaan, menggugah empati kita terhadap sesama yang hidup dalam kekurangan, yang dilanda bencana atau yang sedang dirundung kesedihan. Merasakan Kristus dalam embusan damai, mengusir jiwa yang gelisah dan galau.

Amin.
Salam dari saya dan selamat menyambut Natal.
Pekanbaru 17 Nov 2015.

Rabu, 30 September 2015

Khotbah Minggu 04 Okt 2015. Kel 12 : 21 – 28. Perbuatan Allah Jadi Adat dan Budaya dalam Kehidupan

Khotbah Minggu 04 Okt 2015

Invocatio : I Korintus 8 : 6
Ogen : Mazmur 150 : 1- 6
Khotbah : Kel 12 : 21 – 28
Tema : “Perbuatan Allah Jadi Adat dan Budaya dalam Kehidupan”

Shalom.
Sebelum memulai khotbah ini, saya ingin mengatakan, jika seandainya kita di tanya, siapakah kita ? tentu kita akan menjawab, kita adalah anak – anak Tuhan, kita adalah pengikut Kristus, kita adalah murid Kristus, benar sekali dan jika itu adalah jawapan kita maka kita tentu akan juga hidup seturut dengan kehendak Tuhan. Karena ketika Yesus datang ke dunia Ia juga tidak hanya menjadi juru selamat manusia, tetapi juga hidup memberikan keteladanan dalam semua kehidupan.
Kita adalah anak – anak Allah dan murid Kristus yang lebih dari sekedar orang percaya yang diselamatkan tetapi juga harus seperti Dia yang benar-benar berfungsi sebagai terang dan garam dunia. Memang proses pembentukan untuk menjadi serupa seperti karakter Kristus tersebut memanglah tidak mudah, tidak terjadi secara instan. Tetapi walau demikian bukan itu yang menyurutkan semangat kita untuk hidup seperti yang dikehendaki Allah, karena kita tau juga bahwa setiap kita berkeinginan melakukan kehendak Allah, maka Ia juga bersama dengan kita dan marilah tetap berjuang untuk serupa seperti Kristus.

Serupa dan dibentuk menjadi lebih serupa dengan karakter ini jugalah yang menunjukkan kelebihan diri kita sebagai orang kristen dibandingkan dengan yang lain. Banyak agama mengutamakan jasa, kehebatan perbuatan dan kebaikan manusia, sehingga manusia bisa ditonjolkan dan mudah – mudahan mendapat tempat di sisi Tuhan. Kita bukanlah demikian, karena kita melakukan segala perbuatan baik kepada sesama manusia bukan karena menginginkan jasa atau mendapatkan tempat disisi Tuhan, tetapi karena kita memang adalah anak Tuhan yang memiliki jiwa dan karakter seperti Bapa dan inilah yang dimaksudkan tema ibadah kita pada minggu ini diaman perbuatan – perbuatan Allah menjadi adat dan budaya dalam Kehidupan kita sehari – hari sebagai anak – anak Allah.
Bahan khotbah minggu ini Kel 12 : 21 – 28, meperlihatkan kepada kita bahwa bangsa Israel mematuhi segala perintah yang diberikan Allah kepada mereka dan menjadikan peritiwa pelepasan dari Mesir itu menjadi kebiasan mereka dan mewariskannya sebagai sebagai sejarah kepada anak cucu mereka dan menjadi sebuah perayaan keagamaan sebagai tanda kepatuhan kepada Allah (Ibr 11 : 28). Ada pun beberapa tindakan Allah yang dapat kita lihat dalam peristiwa pelepasan Israel dari Mesir, dimana tindakan dan perbuatan Allah itu menjadi teladan dalam kehidupan kita pada jaman ini anatara lain :
  • Kel 12 : 21 – 28 memang mengisahkan tentang perayaan Paskah yang dilakukan oleh Israel atas perintah Tuhan. Dimana perayaan itu dilakukan sebelum tulah kesepuluh dijatuhkan atas Mesir, Tuhan memerintahkan Israel untuk menyembelih anak domba dan memakannya bersama dengan roti yang tidak beragi. Perayaan Paskah ini dilakukan sebagai ucapan syukur atas perbuatan Tuhan bagi Israel, yang akan membebaskan mereka dari Mesir. Kekuasaan Tuhan yang luar biasa ini telah disaksikan oleh Israel, mulai dari tulah yang pertama sampai tulah kesembilan. Peringatan ini merupakan peringatan baru dalam kehidupan orang Israel. Namun demikian, peringatan ini harus dilakukan terus-menerus agar nantinya keturunan Israel senantiasa mengingat kuasa Tuhan yang telah mengeluarkan nenek moyang mereka dari perbudakan di Mesir. Dalam Perayaan Paskah ini orng Israel melihat kekuasan Allah. Tapi apakah hanya kuasa Allah ? tidak ! karena di dalam kuasa Allah itu sebenarnya ada yang paling utama yaitu “KASIH” yang diberikan Allah kepada umatNya. Allah memiliki kasih yang sangat besar sehingga Ia melakukan segala hal untuk melepaskan bangsaNya yang tertindas, jadi kasihNya-lah yang mendasari Allah melepaskan bangsa Israel dari perbudakan Mesir.
  • Bangsa Israel dilepaskan dari Mesir, menunjukkan sifat Allah yang “PEDULI” terhadap orang – orang yang menderita. Dimana sifat peduli itu telah mengubah secara drastis kehidupan bangsa Israel yang menderita di Mesir dari perbudakan menjadi bangsa yang bebas dari penindasan dan penderitaan. Dimana sikap peduli itu juga tidak berhenti hanya pada sikap peduli tetapi juga di diwujudkan dalam “TINDAKAN” menuntun bangsa Isarel menuju kebebasan baru setelah ratusan tahun diperbudak.
  • Dengan keluarnya bangsa Israel dari Mesir, hal ini juga memperlihatakan bahwa Alllah menunjukkan diriNya adalah Allah yang “MENGAMPUNI” yang mengampuni segala kesalahan orang Israel yang telah melupakan Allah sebagai Allah mereka ketika hidup di Mesir, yang melupakan mereka adalah keturunan dar Jusuf yang sangat takut akan Tuhan. Namun walau demikian Allah tetap menunjukkan diriNya adalah sebagai Allah yang mengampuni sehingga Allah tidak mengingat akan dosa – dosa bangsa Israel.
  • Setelah diperbudak selama empat ratus tiga puluh tahun, Allah mendatangkan sembilan kali tulah yang memerdekan Israel dari Mesir. Disini Allah yang disembah orang Israel memperlihatkan diriNya sebagai Allah yang sangat cinta akan keadilan untuk orang yang tertindas. Oleh itu jugalah yang diperlihatkan dalam peristiwa keluaran ini sebagai Allah “PENEGAK KEADILAN”.
  • Sifat Allah yang lain dalam bahan khotbah kita minggu ini, memperlihatakan kepada kita bahwa Allah sangat menentang sikap “PERBUDAKAN” dan dengan pembebasan bangsa Israel dari Mesir ini kita melihat bahwa Allah menghendaki agar manusia bisa saling mengasihi satu dengan yang lainnya sehingga tidak ada sistem perbudakan (bd. Kel 21 : 2 ; 21 : 7 -11).
    Tema kita pada minggu ini “Perbuatan Allah Jadi Adat dan Budaya dalam Kehidupan”. Tema ini benar dan mengingatkan fungsi dan tugas panggilan kita sebagai orang kristen, karena hidup kita sebagai anak Allah memang harus menggenapkan rencana-Nya, mengerjakan pekerjaan-Nya. Dengan demikian tema minggu ini sekaligus menjadi sebuah tantangan kepada kita dengan berkata “sifat Allah adalah sifatku dan aku akan melakukan segala pekerjaan yang Engkau perintahkan”.
Kita memang tidak dapat memungkiri bahwa seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, banyak terjadi perubahan kebudayaan dalam masyarakat dari berbagai sisi, seperti dari segi kebiasaan, pola pikir, prilaku, gaya hidup, cara berinteraksi atau gaya berinteraksi dan berbagai macam perubahan realitas sosial. Namun apakah perubahan itu harus merubah diri kita menjadi sama seperti dunia ?

Gereja kita GBKP menamai tahun 2015 ini sebagai “Tahun Peningkatan Sosial Ekonomi dan Budaya Jemaat” sesuai dengan Garis Besar Pelayanan (GBP) GBKP 2010 – 2015. Dalam hal ini tentu kita tidak hanya akan berbicara tentang budaya dan melestarikan budaya meperlihatkan tradisi – tradisi Karo seperti yang kita perlihatkan sekarang ini dalam kegiatan – kegiatan gerejawi. Tetapi kita harus melihat lebih jauh dari itu !. Bukankah kita melihat sekarang ini telah terjadi menipisnya rasa solidaritas dalam kehidupan, menguatnya kecendrungan melakukan nepotisme, fanatisme kelompok (primordial), kolusi, gampang pecah dan banyak hal lagi yang telah menjadi budaya yang kurang baik dalam kehidupan bergereja. Bukankah seharusnya kita melakukan hal yang lebih dari itu dengan memperlihatkan ciri kehidupan Allah dalam kehidupan kita sehari – hari dengan meningkatkan nilai – nilai keadilan sosial, peduli, solidaritas berdasarkan potensi yang kita miliki. Artinya kita tidak hanya ingin berbicara tentang budaya dan memperdebatkan apakah budaya yang mempengaruhi agama atau agama yang mempengaruhi budaya seperti yang dituliskan Helmut Richard Niebuhr (1894-1962) seorang etikus dari Yale University, Amerika Serikat yang menyebut ada lima bagan tentang sikap kekristenan terhadap kebudayaan dalam bukunya “Christ and Culture” yaitu : Paralel, Kontradiksi, Akomodatif, Transformatif, Asimilatif. Kita sering hangat membicarakan pandangan ini padahal sebenarnya kita hanyalah berusaha memperdamaikan kekristenan dengan kebudayaan. Sebenarnya bukan itu yang diperlukan saat ini, sebab sebenarnya yang perlu saat ini adalah bagaimana kita memperlihatkan “Perbuatan Allah Jadi Adat dan Budaya dalam Kehidupan” kita sebagai warga GBKP.

Amin.
Pekanbaru 01 Okt 2105.

Senin, 28 September 2015

Suplemen PJJ Tgl 27 – 03 Sept 2015. “Erberita Dingen Ersaksilah” Perb 26 : 16 – 18

Suplemen PJJ Tgl 27 – 03 Sept 2015.

Tema : “Erberita Dingen Ersaksilah”
Ogen : Perb 26 : 16 – 18

Shalom.

Paulus sebage perberita simeriah naksiken man banta nina “Situhuna labo lit hakku ermegah ibas meritaken berita si meriah e, sabab terpaksa kap aku. Janah cilaka kel aku adi la kin kuberitaken berita si meriah e” ras malem kel min ate adi bagi pengakuan Paulus enda jadi pengakunta ibas paksa genduari enda sebage pengikut Kristus, ninta ka pe min arusna “… cilaka kel aku adi la kin kuberitaken berita si meriah e dingen rutang siakap dirinta adi la siberitaken berita si meriah e” (I Kor 9 : 17 ; 11 : 16).

Paulus memang cukup terkenal sebage rasul perberita si meriah dingen naksiken kerina kegeluhenna guna berita si meriah. Perlu pe iakap situriken sitik singkat kerna sejarah Paulus, gelah alu bage banci pe si ertiken tema ras oraten PJJ – nta sekali enda :
  • Paulus tubuh itengah – tengah keluarga Yahudi si tubuh i Tarsus propinsi Kilikia (Perb 21 : 39) jenari nggeluh ibas pengajaren agama Yahusi si cukup ketat ndalanken peraturen agama (Flp 3 : 4 – 6), keluargana pe cukup berada, ia sendiri pe ndatken hak sebage waraga kenegaran Romawi (Rom 22 : 28) ras memang kepatuhenna nandangi hukum agama Yahudi la i sangsiken, erkiteken Paulus sendiri mbelin iteruh pengaruh Gamaliel pemimpin sekolah guru “rabbinic” kalak Yahudi.
  • Ope denga mengalami pertobaten paulus memang terang – terangen menentang ras menganiaya kegeluhen kalak kristen (Perb 9 : 2, Gal 1 : 13), tapi kenca pertobatenna Paulus jadi sekalak si semangat kel ibas ersaksi kerna berita si meriah dingen jadi pembela nandangi berita si meriah e sendiri (I Kor 2 : 7 ; 4 : 1, Rom 16 : 2, Perb 9 : 1 – 20 ; 22 : 1 – 21 ; 26 : 2 – 23).
  • Kidekah kegeluhenna ibas meritaken berita si meriah, Paulus la pernah pilih bulu, iberitakenna berita si meriah man kerina jelma, suku bangsa, kalak terpelajar ntah kalak si la terpelajar (Perb 9 : 20 ; 13 : 5), man kalak secara perorangen ntah pe man kalak si enterem (Perb 17 : 22 – 34), man kalak si terpenjara ntah pe kalangen istana (Flp 1 : 12 – 13), lawes niari taneh Siria seh ku benua Eropa (I Kor 9 : 23), bahken pernah i turiken maka Paulus pe pang meritaken berita si meriah man raja Herodes Agripa II (Perb 26).
  • Alu bage banci si simpulken maka ibas diri Paulus erberita ras ersaksi kerna berita si meriah iakapna merupaken sada tanggung jawab kegeluhenna (I Kor 9 : 17) ras tetap nggejapken sebage utang ibas kegeluhenna guna nehkenca man kerina manusia (I Kor 9 : 17).
Tema PJJ – nta ibas minggu enda “Erberita Dingen Ersaksilah”. Penungkunenna relevan denga nge tema enda man banta ntah hanya sekedar teori nari nge ngnca ? sebab adi si perdiateken ibas kegeluhen gereja ras jemaat, geraken pebelangken berita si meriah e tempa – tempa enggo jalan di tempat ntah pe banci ikataken semangat pebelangken berita si meriah e lanai semarak bagi jaman kekristenen mula – mula. Erberita ras Ersaksi enggo tempa – tempa tergantiken alu kemeriahen – kemeriahen pesta gerejawi, ras banci jadi pe kata Dibata enggo enggo hanya semacam pemuas nafsu manusia ras lebih ngeri kata Dibata enggo ijadiken semacam alat guna mpebayak diri kalak si beluh memanfaatkenca. Gereja (kita) banci jadi lupa nandangi “amanat agung” si isehken Yesus, ija kita arus meritaken berita si meriah : “Laweslah ku kerina bangsa manusia, bahanlah ia jadi ajar – ajarKu, peridiken ia ibas gelkar Bapa, Anak ras Kesah si Badia. Jenari ajari ia ngikutken kerina si enggo kupedahken man bandu. Janah ingetlah Aku tetap ras Kam seh ku kedungen jaman (bd. Mat 28 : 19 – 20). Ibas sienda sitik cataten saja, menurutku enggo kalak cepat kita meritaken berita si meriah asangken berita ntah gosip, umpamana, scandal, kriminal, politik, rsd. Engkai, ntah kin e enggo rincuhen kita meritaken dingen naksiken berita si bage rupana asangken kerna berita si meriah ? cuba sirenungken tabiat sie pe secara pribadi ibas kegeluhenta ras kenca lit perenungen pribadi e, lit min perubahen ibas dirinta dingen minter cuba si hubungi keluraga, temanta ntah ise gia alu HP – nta masing – masing, alu naksiken maka kita enggo nggeluh ibas kegeluhen si mbaru dingen nuriken kerna Yesus, sebage tindaken si nyata ibas kita “Eberita ras Ersaksi”.

Dage alu tema ras oraten PJJ – nta sekali enda, isingetken me mulihi gelah si sehi tugas ras panggilenta sebage pengikut Kristus dingen ngenehen kubas kegeluhen Paulus kenca pertobatenna, ija Paulus tuhu – tuhu nggeluh ibas kata Dibata ras naksiken berita si meriah man kerina jelma alu perasan er – utang nandangi berita si meriah e. Genduari enda enterem denga nge kalak si lenga ngaloken berita keselamaten, emaka perlu dage ngulihi si gerakken semngat penginjilen si enggo mulai surut e, gelah alu bage reh teremna kalak si banci iselamatken erkiteken Yesus. Alu bage ka dage ibas PJJ – nta sekali enda cuba dage si ukuri mulihi, kuja kita “Erberita ras Ersaksi” ras bahanlah rencana (program) si tepat rikut ras sasarenna, apakah e nandangi keluarganta silenga nandai Yesus ntah pe nandangi kalak sideban, Selamat “Erberita ras Ersaksi”.

Amin.
Pekanbaru 28 Sept 2015.

Sabtu, 19 September 2015

Suplemen PJJ GBKP 20 – 26 Sept 2015. “Kebaktian Ibas Jabu” Mzm 78 : 5 – 8

Suplemen PJJ 20 – 26 Sept 2015.

Tema : “Kebaktian Ibas Jabu”
Ogen : Mzm 78 : 5 – 8

Shalom.
Salah sada bentuk ungkapen kegeluhen ibas erkiniteken eme teridah ibas wujud ibadah, jenari wujud ibadah e ndatken bentukna ibas kebaktin – kebaktin. Kai kin ertina kebaktin ? secara sederhana iertiken kami eme “penyelengaran ibadah” emaka model ntah bentuk kebaktian e banci berbeda sue konteks ras situasina. Sue ras tema PJJ – nta sekali enda, lit piga – piga hal siarus sipahami guna nambahi pengangkanta, gelah alu bage, seh kai si irapaken tema PJJ – nta enda man banta eme erbahan kebaktin ibas jabu.
  • Ibadah eme “persekutuan” antara manusia ras Dibata, janah simenjadi dasar “persekutuan” e labo erkiteken iketen hubungan timbal balik yang saling menguntungkan (mutualisme) tapi erkiteken inisiatif Dibata sendiri. Alu bage ibadah e eme“respon” manusia nandangi keleng ate Dibata si enggo si isehkenNa man manusia.
  • Ibadah pe banci iertiken cara kalak sitek guna menungkapken keriahen kegeluhen/pengataken bujur manusia man Dibata, ija manusia enggo nggejapken karya keselamaten si isehken Dibata man manusia. Hal sienda banci sibandingken ras ibadah si ilakoken kalak Israel ibas setiap kegeluhenna. Sejarah PL nuriken, kalak Israel ngelakoken peribadahenna man Dibata, erkiteken bangsa e enggo nggejabken belinna keleng ate Dibata man bangsa e, menaken bangsa e ndarat i Mesir nari seh bengket ku taneh Kanaan. Jadi ibadah ibas kalak Isarel eme pengulangan ntah menghadirken kembali kerna karya keleng ate Dibata si enggo inanamina ibas kegeluhen, emaka ibadah e tuhu – tuhu sebage ungkapen pengataken bujur man Dibata.
  • Secara umum lit dua model ibadah : sipemena eme ibadah Devosional ilakoken secara pribadi, emaka bentuk ibadah enda la teriket kubas waktu, tempat ras tata ibadah. Tapi lebih fokus kubas perenungen ras kesadaren diri. Ibadah enda biasana ilakoken ibas bentuk saat teduh, meditasi, rekoleksi, kontemplasi, rsd, si ilakoken secara pribadi ntah ras keluarga. Sipeduaken eme ibadah Liturgis. Pelaksanan ibadah enda lebih menyangkut kubas kebersamaan/persekutuan gia la menghilangken unsur pribadi. Emaka ibas ibadah liturgi umumna lit alur peribadahen siarus i ikuti guna banci ngaturken kebersamaan ibas ibadah e. Alur ibadah e itetapken sue ras situasi kondisi peribadahen e sendiri (iaturken ntah rikitken tradisi gereja).
Mzm 78 : 5 – 8 sijadi bahan oratenta sekali enda encidahken man banta uga pentingna persadaan ras Tuhan, si tetap sue ras konteks kegeluhenta sigenduari. Lit pe piga – piga hal si isingetken oraten PJJ – nta sekali enda man banta eme :
  • Mzm enda ncidahken pengalamen kegeluhen bangsa Israel, si ncidahken belinna keleng ate Tuhan nandangi bangsa Israel ibas perdalanen ndarat i Mesir nari, ija ibas kerina perdalanen kegeluhen bangsa e, Dibata nge sitetap menjamini ras sitetap nemani. Alu bage pe Mzm nuriken maka kalak Israel arus nggejapken kuasa ras keleng ate Dibata ibas setiap sendi kegeluhen janah erkiteken sie me maka bangsa Israel la banci melupaken Dibata.
  • Ibas kerina pengalamen kegeluhen sibage rupana me, maka kalak Israel la banci lupa, janah kerina sie arus iajarkenna man kerina anak – anakna terus ku kempu – kempuna, gelah alu bage kerina kesusuren kalak Israel meteh maka Dibata me simereken keselamaten man bangsa e ras arus dage tetap ngataken bujur man Dibata.
  • Kalak Israel meteh maka ingana ngataken bujur e me Dibata simada kuasa, erkiteken sie me maka kerina pengataken bujur e isehken alu erbakti man Dibata (kebaktin/ibadah) ras erbakti e ilakoken subuk secara bersama bagepe ibas jabu. Janah sieteh pe maka kalak Israel nggeluh kin ibas alam kerohanianna, erkiteken sie me saat kalak Israel erpenggejapen kai pe si jadi ibas kegeluhenna Dibata.
  • Alu bage banci si simpulken, kalak Israel memang kalak si nggeluh ibas alam kerohanianna janah tuhu – tuhu nggejapken kerina kegeluhenna Dibata me singaturkenca. Erkiteken sie me maka kalak Israel tetap ngataken bujur man Dibata ibas kai pe, si iungkapkenna ibas ibadahna man Dibata subuk secara bersama – sama ntah pe secara pribadi. Kita pe kalak singgeluh ibas ras persadaan Dibata kap, erkiteken Kristus Yesus enggo nebusi kegeluhenta, emaka patut nge kita ngataken bujur man Dibatanta janah tentu pe ateta tetap i temanina Dibata ibas kerina dampar kegeluhenta. Ibas sie kerina, arus dage sirembakken dirinta kempak Dibata sebagai respon ras bentuk pengataken bujurta man Dibata si ilakoken arah kerina bentuk – bentuk ibadahta (nen pengetin ibadah, devosional & Liturgis).
Tema PJJ – nta “Kebaktian Ibas Jabu” memang tuhu erguna kel si lakoken ibas jabu, piga – piga hal pentingna ngelakoken ibadah (kebaktin) ibas jabu sibanci isingetken kami ijenda eme :
  • Ibadah (kebaktin) ibas jabu e erbahanca kita tetap membina hubungennta ras Tuhan seh maka kita pe tetap nggeluh ibas alam kerohanianta.
  • Ibadah (kebaktin) ibas jabu sebage sarana ras proses terjadina pertumbuhen kiniteken, nilai – nilai kegeluhen, kepribadian ras prilaku ibas kerina anggota jabu.
  • Ibas sisi sideban pe ibadah (kebaktin) ibas jabu pe erfungsi guna mpesikap hubungen keluarga si enggo mungkin banci jadi lit keretaken ntah pe hubungen si lanai harmonis.
  • Sitik cataten man banta, bagi isingetken Dr. Andar Ismail ibas bukuna, “Selamat Berbakti” Ibadah (kebaktin) keluarga pe banci mebahayaken, khususna man anak – anak kitik. Bapa ras nande man anak – anak eme personifikasi Dibata ibas kerina kegeluhenna. Emaka adi dikune ibadah e la sue ras teladan si ilakoken bapa ntah nande ibas kerina dampar kegeluhenna, maka banci jadi, bagi gambaren bapa ras nande e me anak – anak menggambarken Dibata, emaka sue lah min kerina perbahanen orang tua ibas kerina dampar kegeluhen, gelah alu bage kai siajarken orang tua man anak – anakna tuhu – tuhu kerina e jadi teladan ibas kegeluhenna.
Selamat ngelakoken ibadah (kebaktin) ibas jabu ras malem me ate jabu singelakonca, sebab ibas jabu sibage me nggeluh kata Dibata erkuasa dingen nggejapken uga belinna ras ulina pengaruh kata Dibata si iajarken ibas jabu nandangi kerina kegeluhen anak – anak.

Amin.
Pekanbaru 19 Sept 2015.

Jumat, 18 September 2015

TIDAK AKAN BISA SALING MEMBALAS

TIDAK AKAN BISA SALING MEMBALAS

Selama hidup, kita akan selalu mendapat kebaikan atau jasa baik dari seseorang, dari sekian banyak jasa baik dan kebaikan yang telah kita terima itu, bagaimanakah kita membalas kebaikan – kebaikan itu semuanya? Apakah kita akan mebalasnya satu per satu ? aku rasa itu kan mustahil dan kalau itu mustahil untuk dilakukan, apa yang harus kita lakukan ?

“Kasih itu bergerak secara dua arah. Saat kita menjadi pemberi kebaikan, kita diundang untuk memberi tanpa pamrih, tanpa mengharapkan imbal jasa. Sebaliknya, saat kita menjadi penerima kebaikan, kita diundang untuk tidak gelisah dan terbeban memikirkan bagaimana membalas budi.” Karena Tidak ada seorang pun yang akan pernah mampu membalas suatu kebaikan secara setimpal. Umpamanya : Si A memberikan satu juta kepada si B; kemudian pada waktu lain si B membalas memberikan satu juta kepada si A. Apakah itu Setimpal ? Secara nilai rupiah, bisa iya bisa tidak – bergantung pada berapa lama jarak pemberian itu dan apakah sedang terjadi penurunan nilai mata uang atau tidak. Namun, secara pengorbanan, nilai pemberian A jelas akan berbeda dari pemberian si B. Jadi walau bagaimanapun tidak akan pernah setimpal.

Balas – membalas juga menyeret kita ke dalam persaingan. Kalau kita menganggap pemberian kita lebih rendah nilainya, kita akan jadi minder. Kalau kita menganggap pemberian kita lebih tinggi nilainya, kita akan sombong. Jadi sikap balas – membalas akan menggeser nilai kebaikan itu sendiri. Jika demikian, lalu bagaimakah seharusnya ?
Mari Belajar dari Bunga Mawar !

Setangkai pohon mawar. Dari Matahari ia menerima cahaya dan panas. Dari langit, ia menerima udara segar dan curah hujan. Dari tanah, ia menerima sari – sari makanan. Dari petani, ia menerima perawatan.

Apakah bunga mawar membalas memberikan cahaya dan panas kepada matahari?
Apakah bunga mawar membalas memberikan udara segar dan curah hujan kepada langit?
Apakah bunga malsa membalas memberikan sari-sari makanan kepada tanah?
Apakah bunga mawar membalas memberikan perawatan kepada si petani?
Tidak, bukan ? Ia tidak gelisah memikirkan bagaimana mesti membalas kebaikan matahari, langit, tanah, petani. Tentu saja, ia juga memberi pada lingkungannya. Hal-hal yang berbeda. Yang tidak bisa diperbanding-bandingkan. Dalam pelajaran biologi dasar, misalnya, tanaman mendapatkan CO2 dan melepaskan O2 ke udara. Itu zat yang berbeda, bukan?
Jadi, apa yang dilakukan si mawar?
“Ia mekar semekar-mekarnya, menjadi mawar yang semawar-mawarnya! Begitulah dinamika memberi dan menerima sebagai tindakan kasih. Jadi, ketika kita mendapatkan kesempatan untuk memberikan kebaikan, alih-alih membayangkan tuaian yang akan kita petik dari benih yang kita tabur, rasanya lebih tepat jika kita bertanya, “Apakah pemberian terbaik yang dapat kuberikan kepadanya, yang akan menolongnya semakin mekar sebagai manusia ?”
Dan, ketika kita mendapatkan jatah untuk menerima kebaikan, alih-alih memikirkan apa saja yang mesti kita lakukan untuk membalasnya, rasanya lebih tepat jika kita bertanya, “Bagaimana aku dapat mendayagunakan pemberian ini sebaik mungkin sehingga aku semakin mekar sebagai manusia?” Sederhana bukan ? oleh itu marilah kita saling memberi dan saling menerima, untuk mekar semekar – mekarnya, menjadi manusia yang semanusia – manusianya !
Salam Kebaikan.

Inspirasi tulisan ini di dapat tulisan sahabat yang aku lupa dari mana sumbernya sedikit diedit untuk untuk mempermudah kita membaca dan mengerti. Salam dari kami kepada penulis.
Pdt. Israel HS Milala. Pekanbaru 19 Sept 2015.

Senin, 14 September 2015

ADA APA DENGAN DOA ?

ADA APA DENGAN DOA ?

Ada apa dengan doa, sedikit perenunganku tentang doa, sore ini kembali membaca buku seri DR. ANDAR ISMAIL “SELAMAT PAGI TUHAN“ yang berisikan renungan tentang doa.

Dalam doa segala hormat dan kerendahan hati dipersembahkan kepada Tuhan yang maha kasih, namun dalam perbuatan penuh kesombongan dan keangkuhan semakin menjadi.

Disetiap doa, selalu ada permohonan pengampunan tapi ntah kenapa dalam kehidupan nyata pengampunan kepada sesama tidak berlaku.

Dalam doa pikiran penuh kasih dan kearifan namun dalam perbuatan penuh kebencian dan kebodohan, penindasan dan ketidakadilan.

Ketika berdoa selalu ada pengakuan dosa dan merendahkan diri dihadapanNya tapi entahlah kenapa juga dalam kehidupan selalu tinggi hati, merasa diri paling suci dan benar.

Kata – kata dalam doa sungguhlah indah penuh kebaikan, kedamaian tapi entah kenapa juga dalamdalam kehidupan hal itu sangat terbalik, setiap kata yang keluar dari mulut selalu menyakitkan hati Tuhan.

Di dalam doa selalu berharap dan memohon berkat yang melimpah dari Tuhan, tetapi dalam kehidupan dan perbuatan berkat tersebut seakan milik pribadi.

Ada apa dengan doa, apakah doa tidak sama dengan perbuatan ? atau mungkin berdoa lebih penting dari pada perbuatan ? atau mungkin juga Tuhan lebih mementing doa dari pada perbuatan ? atau juga 
doa hanya sebatas menenangkan hati nurani ?

Ada apa dengan doa, entahlah ! aku juga masih mencari arti doa yang sesungguhnya sehingga setiap kali aku berdoa, Tuhan tidak bertanya kepadaku, ADA APA DENGAN DOAMU ?

Pekanbaru 14 Sept 2015

INTINYA HANYA SATU ; JANGAN RIBUT !

INTINYA HANYA SATU ; JANGAN RIBUT ! 
Mengajak ribut dengan DR.Andar Ismail, tentang tulisannya “Selamat Ribut Rukun”

Andai aku bisa bertatap muka dengan sang DR. Andar Ismail, maka aku akan mempertanyakan, yang dimaksudkannya dengan “SELAMAT RIBUT RUKUN”. Karena menurutku, “RIBUT ITU YA RIBUT” dan “RUKUN ITU YA RUKUN” dan sepertinya istilah beliau ini “SELAMAT RIBUT RUKUN” tersebut kurang mengena dalam kenyataan kehidupan, baik itu di keluarga, di gereja atau di tempat lainnya.

Dalam hal ini saya memiliki beberapa alasan yang saya pikirkan,umpamanya, hehehe …. Saya  memang suka memakai istilah ini, umpamanya :

  • Bukankah kalau sepasang suami – istri ribut dengan pasangannya dan bertengkar hebat, maka pertengkaran tersebut akan menghasilkan cinta dan kemesraan yang berkurang serta akan meninggalkan luka bagi pihak yang kalah ?
  • Seorang pedagang dan pembeli ribut karena suatu ketidak cocokan dalam jual beli yang terjadi atau dengan kata lain, si pedagang memberikan barang KW kepada sang pembeli. Oleh itu akhirnya mereka ribut, karena sang pembeli merasa dirugikan oleh sikap pedagang yang bersikeras bahwa barang yang ia jual adalah asli. Dan andailah akhirnya sang pedagang mau mengalah, apakah sang pembeli akan datang kembali ke toko sang pedagang, setelah mereka ribut ? Dalam kenyataannya, kebanyakan sang pembeli tidak akan pernah kembali kepada toko tersebut, karena merasa telah tertipu, oleh itu biasanya sang pelanggan akan pergi mencari langganan lain. Andailah sahabat sebagai pembeli apakah sahabat akan kembali ke toko yang sama, tentu tidak bukan ?
  • Dalam dunia kerja. Jika seandainya kita bekerja dalam satu team. Namun suatu saat dalam team tersebut terjadi keributan, apakah team kerja itu akan tetap solid ? Umumya dalam kenyataan dunia kerja, lama – kelaman team itu pasti akan bubar, karena bagaimanapun semangat kerja team tersebut pasti telah memudar oleh karena keributan yang sudah ada, benar kan ?
  • Dalam contoh lain, seorang karyawan ribut dengan bossnya. Saya mau bertanya, apakah si Boss akan mempertahankan karyawannya yang telah ribut dengannya ? bukankah dalam kenyataannya sang Boss akan memecat sang karyawannya tersebut ? atau barangkali sang karyawan yang akan mengundurkan diri, karena ia tahu, bagaimanpun karirnya tidak akan berkembang lagi setelah ribut dengan sang Boss, benar juga bukan ?
  • Ini pengalaman saya dan mungkin juga pengalaman sahabat. Pernahkan kita mengalami ribut dengan dosen dan kebetulan dosen tersebut adalah dosen killer … hahahaha. Aku yakin sang murid akan selalu kewalahan dengan sang dosen tersebut. Pengalamanku ribut dengan dosen, membuat aku mendapat nilai “C“ dalam satu mata kuliah, hahahah … Artinya ribut akan selalu menekan yang lemah dan keributan pasti akan mengakibatkan luka bagi yang kalah, masih benar juga kan ?
  • Ternyata masih banyak lagi kalau kita mau mendaftarkan akibat daripada ribut. Tapi yang jelas “Ribut” tidak akan mendatangkan efek yang baik dan sebenarnya “Ribut” akan tetap saja mempengaruhi kemesraan dan keharmonisan apapun itu.
Masih tidak percaya dengan argumen saya, buktikanlah dengan mencoba ribut dengan sahabat keluarga anda, teman anda atau ribut dengan siapa saja. Pastilah akan ada yang merasa kalah dan akhirnya tertimbun dendam di hati, masih tidak percaya ? perhatikan apa yang akan terjadi … Kata Mario Keruh … Hehehehe.

O …. ho ! ternyata saya tidak perlu lagi berhadapan dengan sang DR. Andar Ismail, Karena beliau telah menyadari kesalahan argumennya dalam buku “SELAMAT RIBUT RUKUN” dan mungkin oleh sebab itulah beliau meneruskan kembali hobby menulisnya dengan mengeluarkan bukunya “SELAMAT SEHATI”.

Menurutku, pendapatnya dalam buku ini jauh lebih benar dari seri selamat “SELAMAT RIBUT RUKUN”. Dimanakah kebenarannya ? Beliau mengatakan dalam bukunya “SEHATI DAN SEPIKIR” menekankan : di rumah, di tempat kerja, di gereja, atau ditempat lainnya, kita perlu “SEHATI SEPIKIR”. Hidup bersama adalah hidup sehati dan untuk mencapai hal, haruslah “ …. sehati dan sepikir dengan Tuhan” (Flp 4 : 2) dan oleh karena sehati dan sepikir dengan Tuhanlah, yang memungkinkan kita “…. sehati sepikir dalam hidup bersama … “ (Rom 12 : 16).

Jadi benarkan “RIBUT YA RIBUT DAN RUKUN YA MEMANG RUKUN” serta “SEHATI YA MEMANG SEHATI”. Oleh itu yang diperlukan dan menjadi dasar kesatuan dan keharmonisan memang “SEHATI” dan kalau saja itu terjadi ! Heheheh … Tapi aneh juga ya masa ada yang selalu mau “RIBUT”, apa memang orang tersebut memang tidak mau hidup “SEHATI DAN SEPIKIR DENGAN TUHAN – SERTA SEHATI SEPIKIR DALAM HIDUP BERSAMA ?”

Oke deh, bahasanya sampai disini saja. Aku juga sudah bingung, kenapa juga sahabat – sahabat sulit sekali untuk “SEHATI SEPIKIR DALAM HIDUP BERSAMA”. Dan sepertinya aku perlu bertemu beliau DR. Andar Ismail untuk mencqri pencerahan dan meminta rumusan “MENYATUKAN DAN DISATUKAN” kalau ceritannya tetap begini heheheh …. atau barangkali aku meneruskan dulu membaca kembali bukunya, “SELAMAT BERKERABAT” mana tau DR. Andar Ismail, sudah memberi jawapan dalam buku seri selamatnya itu, hehehe…

Pekanbaru 15 Sept 2015.
Efek kebanyakan ngopi dan memikirkan sahabat.

Suplemen PJJ GBKP. Tgl 13 – 19 Sept 2015. “Nggeluh Radu Si Keleng – Kelengen” Mat 22 : 34 – 40

Suplemen PJJ GBKP. Tgl 13 – 19 Sept 2015.

Tema : Nggeluh Radu Si Keleng – Kelengen
Ogen : Mat 22 : 34 – 40

Piga – piga hal sibanci isingetken kami sijadi penjelasen ibas bahan oraten PJJ – nta sekali enda eme :
  • Secara keseluruhen Pasal 22 enda encidahken, maka Yesus tetap icubai alu penungkunen – penungkunen si mberat guna mengahalangi Yesus ibas meritaken Berita Si Meriah. Lit pe dua kelompok siersura – sura menekan Yesus eme dua kelompok si memiliki pemikiren ras pendapat siberbeda. Tapi amin gia berbeda ibas sura – sura ras pemikiren, dua kelompok e tetap nge ersura – sura menekan Yesus, alu tetap ncubai Yesus aku penungkunen – penungkunen si menjebak ras dikune Yesus salah mereken jawapen, maka kesalahen Yesus e me modal dua kelompok e maba Yesus ku pengadilen agama.
  • Kelompok sipemena eme kalak Saduki salah sada kelompok religius liberal. Kalak enda tempa tek man Dibata tapi situhuna kelompok e hanya sibuk ibas urusen sosial masyarakat seh maka pikiren kelompok enda hanya berpikir seputar masalah sosial masyarakat.
  • Kelompok sipeduaken eme kalak Farisi. Klompok situhu – tuhu religius, kepedulinna nandangi hukum – hukum taurat seh kel njelimet, umpamana ibas hal ertoto, erpuasa, ras ndalanken aturen – aturen tambahen si lit ibas kitab Talmud si erisiken 613 aturen si itata menurut Hukum taurat, 248 sifatna “harus” ras 365 sifatna “Jangan”. Alu bage banci ikataken kalak Farisi lebih menekanken hal rohaniah jenari ngelupaken urusen sosial masyarakat.
  • Ibas penungkunen si isehken kalak Farisi man Yesus ibas ayat, 36 “O Guru , perentah siapai kin sipentingna kel ibas kerina undang – undang agama”. Situhuna penungkunen enda sifatna hanya menjebak Yesus, erkiteken ibas penungkunen e, Yesus iperhadapken kubas dua soal eme : soal kepatuhen man Dibata ras soal engkelengi manusia ras dikune Yesus salah jabab, maka Yesus ikataken sebage guru palsu.
  • Penungkunen e Ijabab Yesus alu ngataken “Kelengilah Tuhan Dibatandu, asa ukurndu, asa tendindu, asa gegehndu lit dingen kelengilah temanndu manusia bagi kam ngkelengi dirindu jine”. Jawapen Yesus enda, e me jawapen simenjawab sekaligus kerna hubungen ras Dibata bagepe hubungen ras manusia. Ibas jawapen si isehken Yesus e kalak Farisi lanai beluh ersoal jabab ras Yesus, erkiteken jawapen Yesus e ibuat Yesus erdasarken shema kalak Israel si arus ibelaskenna tep – tep wari. Sebab Shema e sendiri ningetken maka totalitas kegeluhen kalak Israel arus encidahken ia kalak si engkelengi Dibata dingen ibas engkelengi Dibata, maka ibassa pe arus lit perbahanen kekelengen man sapih – sapih manusia (Ul 6 : 4 – 5).
  • Tema PJJ – nta sekali enda “Nggeluh Radu Si Keleng – Kelengen”, eme sada pengajuk ntah persinget uga seharusna kita nggeluhken geluhta selaku kalak si erkiniteken. Ibas kitab Jakup 1 : 19 – 27, isingetken maka kalak kristen la banci hanya meteh ntah erpemegi nandangi kata Tuhan tapi pe kalak kristen arus nggeluh sebage pendengar ras pelaku kata Dibata ibas kegeluhenna si tep – tep wari. Alu bage tema enda ningetken man banta, maka kegeluhen kalak kristen la banci ngadi hanya ibas erpemeteh kerna kata Dibata ntah ibas rumusen saja, tapi pe arus menijiwai ras ngelakokenca ibas kegeluhenna.
  • Perdiatekenlah kegeluhen Yesus, maka Yesus la hanya menjawab penungkunen kalak Farisi, labo hanya sekedar mengerti kerna hukum Taurat, tapi pe menjiwai hukum e ibas kerina dampar kegeluhenNa dingen mpraktekkenca ibas tindaken sinyata. Kita enggo ngaloken penebusen ibas Kristus nari dingen penebusen me erbahanca kita nggeluh ibas persadan ras Kristus. Emaka ula si sia – siaken penebusen si enggo ilakoken Kristus man banta, sebab kalak singgeluh ibas persadaan ras Kristus memang ngenca ngasup ndalanken bagi kai si ikataken Yesus.
  • Sipraktekkenlah “Nggeluh sikeleng – kelengen” ibas kegeluhenta subuk e ibas keluarga bagepe nandangi kalak sideban. Lit pe cara sibanci silakoken guna banci nggeluh sikeleng – kelengen e eme alu, sibereken perhatianta, kepedulianta, membuka mata ngenehen kai siterjadi ibas kegelehun keluarga ras sekelewetta dingen mari entisik sitadingeken aktifitas kesibukenta guna banci ngelakoken tindaken kegeluhen ibas nggeluh si keleng – kelengen e, sebab ibas kita “nggeluh sikeleng – kelengen” situhuna kita enggo mpertanggungjawabken kerna kerina pemetehta kerna kata Dibata.
  • Yesus meteh kalak Farisi menentang diriNa ibas nehken kekelengen, tapi kerina bentuk kekelengen ras kiniulin kegeluhen si icidahken Yesus, memng labo hanya guna ngajarken saja, tapi pe sekaligus ateNa mereken teladan secara langsung guna banci i teladanken kerina anak – anakNa.
  • Uga ninta ?
Pekanbaru 14 Sept 2015.

Minggu, 06 September 2015

Suplemen PJJ 06 – 12 Sept 2015. “Kiniteken Ras Ilmu Pengetahuan Teknologi” Kej 7 : 1 – 16

Suplemen PJJ 06 – 12 Sept 2015.

Tema : “Kiniteken Ras Ilmu Pengetahuan Teknologi”
Ogen : Kej 7 : 1 – 16

Shalom.
Patut sikataken bujur man Dibata erkiteken kita me puncak penciptaan Dibata sipaling mulia si ikuhiNa alu mereken kesah kegeluhen, akal budi, pikiren ras perasaan. Dingen arah kerina pemere Dibata e me me manusia banci mengembangken dirina alu nambahi pengetahuanna ras menikmati hasil pengetahuanna sebage penunjang kegeluhen manusia i doni. Sebab tujun Dibata ibas mereken ”Ilmu Pengetahuan” man manusia eme gelah manusia banci mengelola ras njagai doni si itepa Dibata sue ras sura – suraNa ras guna kiniulin kegeluhen manusia i doni (Bd. Kej 1 : 28).

Ibas kita memamahami dirinta sebage tinepa Dibata, arus dage siakui maka kerina “Ilmu Pengetahuanta” si dat ibas arah dua sumber nari eme : Dibata sebage sumber utama sebagai pencipta ras ibas diri manusia e sendiri sebage ciptaan si iperlengkapi alu akal budi, pikiren ras perasaan. Tapi amin bage gia, tetap saja “Ilmu Pengetahuan” manusia labo sempurna, erkiteken manusia labo sumber pengetahuan. Dibata nge tetap sebage sumber kerina pengetahuan manusia. Jadi erkiteken sie pengetahuan manusia banci menghasilken pengetahuan si salah, erkiteken sie me raja Salomo ngataken “ … bena – benana kepentaren eme erkemalangen man Dibata” (bd. Kuan – kuanen 1 : 7).
Ibas jamanta sigenduari perkembangen “Ilmu Pengetahuan ras Teknologi” semakin hari semakin berkembang dingen e merupaken sada keriahen man manusia ras rikutken oraten PJJ – nta sendah isingetken maka “Ilmu Pengetahuan ras Teknologi” sebage salah sada cara Dibata erdahin guna kiniulin kegeluhen manusia (bd. Rom 8 ; 28). Dingen pembuktian e salah sada teridah arah kegeluhen Nuah. Jadi alu bage maka “Ilmu Pengetahuan ras Teknologi” si ibereken Dibata man manusia banci ipergunaken guna menunjang kegeluhen manusia ku arah si lebih baik.

Kej 7 : 1 – 16, memang nuriken man banta kerna kejahaten manusia ibas jamanna, ija manusia erlagu – langgkah la mehuli ras tuhu – tuhu encedai ukur Dibata. Tapi ituriken pe ibas paksa sie lit nge kalak sibujur eme Nuah, si la ndabuh kubas cara – cara kegeluhen manusia si jahat ras erkiteken kegeluhenna tetap lit ibas mehuli, Dibata mereken man Nuah keselamaten alu nuruh Nuah erbahan sada kapal. Nuah iselamatken Dibata, alu nuruh Nuah erbahan kapal si mbelin. Dingen banci sikataken kapal Nuah e enggo berteknologi canggih ibas jamanna. Sebage bukti kecanggihenna, maka kenca doni keleng – lengen, kapal si erteknologi canggih e menyelamatken kerina keluarga Nuah ras kerina jenis tinepa Dibata. Jadi banci si simpulken arah ogen PJJ – nta sekali enda maka : “Ilmu Pengetahuan ras Teknologi” eme pemere Dibata, janah arah e pe Dibata pe erdahin guna kiniulin kegeluhen manusia. Alu bage dage, labo lit si salah kerna teknologi ras labo man salahenken “Ilmu Pengetahuan ras Teknologi”, ise dage si salah adi ateta ndarami kesalahen ? si salah eme manusia sendiri ibas makeken “Ilmu Pengetahuan ras Teknnologi” si ibereken Dibata alu la ertanggung – jawab.
Uga ninta ibas jamanta sigenduari ?
La banci sipungkiri kemajuan “Ilmu Pengetahuan Ras Teknologi” ibas kegeluhenta enggo semakin maju ras situhuna patut manusia ngataken bujur man Dibata sebab mbelin kel “anugrah” Dibata man manusia arah “Ilmu Pengetahuan ras Teknologi”, dingen erkiteken sie me manusia mengalami kemajuan ibas erbage – bage hal. Memang la ka pe banci si pungkiri, ibas realita kemajuan “Ilmu Pengetahuan Ras Teknologi” melala hal – hal negatif si jadi akibat kemajuan “Ilmu Pengetahuan Ras Teknologi” e, umpamana : terjadi perubahen kebudayaan manusia si semakin komsumtif ras penyalah gunaan nandangi “Ilmu Pengetahuan Ras Teknologi” e.
Alu bage !
Ibas PJJ – nta enda me kesempatenta erlajar ntah isingetken mulihi man banta selaku kalak si erkiniteken, uga kita nggeluh ibas makeken ntah memfungsiken “Ilmu Pengetahuan Ras Teknologi” si sentudu ras sue bage peraten Dibata. Piga – piga hal sibanci jadi persinget man banta eme :
  • Ibas kita makeken “Ilmu Pengetahuan Ras Teknologi” pake lah e sebage salah sada “ibadah” ibas kegeluhenta sebage kalak sierkiniteken.
  • “Manusia irancang Dibata guna bertumbuh ras berkembang” eme maka Dibata mereken man manusia, akal budi, pikiren, cipta, karya ras rasa. Ibas sie “Ilmu Pengetahuan Ras Teknologi” me sebagai salah sada cara si ibereken Dibata manusia ibas mengelola dirina guna banci bertumbuh ras berkembang sue ras peraten Dibata.
  • Kemajuan “Ilmu Pengetahuan Ras Teknologi” encidahken sada pembuktian maka manusia semakin mampu mengusahai, mengelola ras njagai doni si ibereken Dibata ras sie tentu sada kemajuan si luar biasa ibas kegeluhen manusia.
  • Nuah ibas oraten PJJ – nta ndai encidahken maka Nuah la ndabuh kubas dosa dingen menikmati hasil ibas “Ilmu Pengetahuan Ras Teknologi” si itemuken manusia ibas jamanna. Tapi makeken teknologi si itemukenna sebage karya penunjang kegeluhen manusia ras ciptaan Dibata. Eme maka ninta penemuan teknologi e sama sekali salah ! sebab sieteh sendiri melala kel alat – alat teknologi si ipake sebage karya guna menunjang kegeluhen manusia kuarah silebih mehuli, tapi dikune lit kesalahen ibas makeken ras memfungsiken “Ilmu Pengetahuan Ras Teknologi” ndai, ibas sie kita nge ngelupaken Dibata sebagai pencipta ras la menempatken dirinta ibas panggilenta sebage kalak sierkiniteken i tengah – tengah doni enda.
Albert Einstein pernah ngatakenca nina : “Religion without scienceis blind, and science without religion is lame” (agama tanpa pengetahuan adalah buta dan pengetahuan tanpa agama adalah pincang). Payo me kai si ikataken Albert Einstein enda erkiteken la mungkin kita nandai Tuhan tanpa pengetahuan ras uga ninta nggeluh tanpa pengetatuan.

Dage, labo banci kita menghindar ibas kemajuan “Ilmu Pengetahuan Ras Teknologi” erkiteken “Ilmu Pengetahuan ras Teknologi” pasti erdalan sesuai ras kemajuan jaman. Puji Tuhan, enggo sinikmati kerina hasil “Ilmu Pengetahuan Ras Teknologi” e ibas paksa enda, dikune lit pe dampak negatifna, e lah si ukurken uga cara mencegah ntah mengurangi dampak si ihasilkenna, subuk e man dirinta secara pribadi, keluarga ras kegeluhen masyarakat. Pemerintah pe berperan aktif nge ibas mengurangi, mencegah ras dampak si ihasilken “Ilmu Pengetahuan Ras Teknologi” umpamana, alu erbahan undang – undang ITE ras sidebanna. Tapi ibas sie kerina ; tentu kita sebage mahluk sirukur ras kalak sierkiniteken arus lebih beluh ras ngasup menguasai dirinta, bagi isenggo icidahken Nuah ibas kegeluhenna. Kerina kalak ndabuh kubas perlakukan kegeluhen si erdosa tapi erkiteken persadanna Nuah ras Tuhan dingen kepatuhenna nandangi undang – undang Tuhan, Nuah la ndabuh kubas perlakukan kegeluhen sierdosa. Jadi banci si simpulken maka manusia sierkiniteken ngasup nge ia la ndabuh kubas kegeluhen si erdosa gia uga sekali majuna “Ilmu Pengetahuan Ras Teknologi” ras si itawarkenna. Dage labo lit salahna makeken “Ilmu Pengetahuan Ras Teknologi” saja si pergunakenlah guna menunjang kegeluhenta alu mehuli ras nikmatilah sie kerina sebage hasil karya si ibereken Dibata man banta alu ngataken bujur man bana sumber kerina “Ilmu Pengetahuan Ras Teknologi”

Amin.
Pekanbaru 07 – 09 – 2015.

Senin, 31 Agustus 2015

Suplemen PA – Mamre 30 Agts – 05 Sept 2015. “Bertanggungjawab Dalam Pelayanan” I Kor 15 : 58, Kolose 3 : 12 – 17.

Suplemen PA – Mamre 30 Agts – 05 Sept 2015.

Shalom.
Kalau kita belajar dari prinsip AKAR maka ada banyak hal yang kita dapati, yang dapat mengembangkan pelayanan yang kita lakukan di gereja kita. Seperti kita ketahui akar adalah tonggak utama sebuah pohon meski tak terlihat, dia juga tidak akan menonjolkan dirinya, demikianlah akar tidak pernah mendapatkan Pujian sekalipun dia terus bekerja dan mengabdikan diri demi batang, daun, bunga dan buah.

Kebenarannya AKAR adalah pokok kehidupan dari sebuah pohon, tanpanya maka tidak akan ada batang yang kokoh, dahan yang rindang, daun yangg hijau, bunga yang indah ataupun buah yang manis. Memang hebat akar bekerja tanpa pamrih, tanpa pengakuan, walau berada ditempat paling rendah namun ia tetap meberikan yang terbaik, walau ; batang, ranting, daun, bunga dan buah tidak sadar mereka ada atas kerja akar.

Dalam dunia pelayanan kita juga harus mengetahui maka bukanlah menduduki jabatan saja kita dapat melayani, atau dengan kata lain saya mengatakan bahwa ada orang yang melayani “di balik layar” : artinya ia bukanlah pengurus, tak terlihat, ia tidak pernah menonjolkan dirinya, tetapi walau demikian, ia melakukan pelayanan dalam hidupnya untuk memuliakan Allah serta bertanggungjawab.
Oleh itu, marilah lakukan saja pelayanan dan tanggungjawab kita sebagai panggilan umum kita. Tidak peduli pada posisi apa, dimana dan kapan, tetapi biarlah kita mengerjakan tugas panggilan pelayanan kita dengan segenap hati dan penuh dengan tanggungjawab, tetap berbuat meski tidak mendapat apresiasi dan selalulah rendah hati serta takut akan Tuhan.

Pelayanan itu adalah ibadah, dengan demikian pelayanan bukan sekedar upaya untuk sebuah prestise. Bagi kita pelayanan adalah panggilan untuk mempermuliakan Allah dan menghadirkan shalom Allah, oleh itu mari lakukan saja tugas kita dengan benar, karena kita memang orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, untuk melakukan pelayanan.

Sifat pelayanan yang kita lakukan bersifat melayani dengan belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemah lembutan dan kesabaran, selalu sabar terhadap yang lain, memiliki sikap pengampunan. Karena jiwa dan prinsip pelayanan seperti inilah yang akan mendatangkan kebahagiaan, sukacita dan kedamaian hati, oleh karena damai sejahtera Kristus memang memerintah dalam hati.
Demikian juga dengan tujuan pelayanan kita yaitu untuk menjadikan semua orang menjadi anak – anak Tuhan, satu tubuh dalam tubuh Kristus. oleh itulah kita wajib melayani dan melayani dengan sungguh serta bertanggungjawab. Dan setiap orang yang melakukan pelayanan demikian akan selalu mendapatkan hikmat yang datangnya dari Tuhan Allah.

Melayanilah dengan suka cita dan penuh ucapan syukur karena Tuhan Yesus dan selalu mengucap sebab oleh Dialah kita dapat melayani, Ia Allah adalah sang pemilik mandat dan pemberi mandat pelayanan kepada kita, oleh itu selalulah bersuka cita dan berdirilah teguh tanpa pernah goyah serta dengan memiliki semangat baru setiap saat, sebab kita tau, bahwa dalam persekutuan kita dengan Tuhan Allah, maka jerih payah kita dalam melayani tidak akan pernah sia – sia” ( I Kor 15 : 58, Kolose 3 : 12 – 17).

Melayanilah dengan bertanggungjawab, melayani dengan prinsip “AKAR” maka semua pelayanan itu akan menghasilkan hasil yang terbaik.

Amin.
Selamat PA – Mamre. PekanTuhan01 Sept 2015.

Minggu, 30 Agustus 2015

Suplemen PJJ GBKP 30 Agts – 5 Sept 2015. Mazmur 104 : 10 – 18. “Tinepa Si Erkawiten”

Suplemen PJJ GBKP 30 Agts – 5 Sept 2015.

Ogen : Mazmur 104 : 10 – 18.
Tema : “Tinepa Si Erkawiten”

Shalom

Lit piga – piga pokok pikiren si penting ibas Mazmur 104 enda eme :
  • Secara keseluruhen Mzm enda 104 enda nuriken kerna hubungen Dibata ras kerina tinepaNa. Ibas pengertin sie, maka pe Mzm pe sekaligus nuriken maka kerina tinepa tetap la banci la lepas ibas sinepasa nari, erkiteken Ia me sierkuasa nandangi kerina kai si itepaNa.
  • Euriken man banta cara memahami kemulian Dibata la hanya arah ibadah si bernuansa rohani ntah pe tanda – tanda sengget saja tapi pe kemulian Dibata e banci si idah kai si enggo itepaNa.
  • Encidahken litna keterkawiten (baca : hubungen) sada ras sidebanna ibas kerina tinepa Dibata, dingen keterkawiten e erbahanca kerina tinepa ndai membutuhken sada ras sidebana, si igelari kita alu istilah “simbiosis mutualisme” ibas pelajaren Biologi.
  • Encidahken cara kerja Dibata situhu – tuhu sempurna ibas Ia nepa tinepaNa alu mehuli, si teridah ibas kerina ulih si itepa.
  • Encidahken man banta, Dibata tetap nge memelihara kerina tinepaNa. Emaka ibas pengangkan kerna pemeliharan e, manusia arus ngataken bujur man Dibata, erkiteken manusia me satu – satunya “penikmat” ulih kerina tinepa Dibata.
  • Ibas manusia sebagai “penikmat” kerina tinepa Dibata, manusia pe memilki tanggung jawab ras makeken fungsina guna njagai, ngusahai ras memelihara kerina tinepa Dibata e alu mehuli ras ertanggung jawab man Dibata (bd. Kej 1 : 28).
  • Dage guna kiniulin kegeluhen manusia e sendiri maka manusia la banci lang tetap memelihara kerina tinepa Dibata alu engkelengi kerina tinepa e, alu cara – cara sibanci ipraktekken menaken ibas dirinta nari seh kubas mendukung program – program pemerintah guna menjaga kelestarian lingkungan hidup, sebab dikune lit sada lah ibas tinepa siceda tentu pe kerina nge imbasna, erkiteken tinepa si lit e memang erkawiten sada ras sidebanna.
  • Guna njagai, ngusahai ras memelihara tinepa Dibata e, lanai banci terjeng sicakapken saja ngenca ibas jaman ras ngidah kegeluhen si lit genduari enda. Harus siakui memang maka “fungsi” guna njagai, ngusahai alu mehuli ras memelihara doni enda la silakoken alu mehuli siteridah arah sikap manusia si terlalu eksploitatif ras destruktif si ilakoken alu sengaja ntah alu la sengaja. Sekedar informasi maka lit 6 masalah besar kerna lingkungen hidup ledaken penduduk dunia sicukup pesat, menipisnya sumber daya alam, perubahen iklim secara global, kepunahan beberapa tumbuhen ras hewan, cedana habitat alam, peningkatan polusi ras kemiskinan.
  • Alu bage, perlu kel dage kesadaren ras pengendalian diri si tinggi ibas kita nari, terlebih kita sebage kalak kristen. Sebab kita memang mengakui kita bersatu kap ras alam, erkiteken kita sendiri pe itepa Dibata ibas taneh/alam nari.
• Penutup : Alam ras lingkungen hidup ibereken Dibata man manusia gelah ipergunaken, imanfaatken guna menopang ras kesejahtraan kegeluhen manusia, alu kata sideban, doni enda itepa Dibata man manusia alu fungsi ekonomis eme guna memenuhi kebutuhen nggeluh kerina manusia ras kerina ciptaan si lit (ekosistem). Alu bage dage ertanggung jawablah dage kerina manusia khususna kita kalak kristen si memiliki nilai ras pemahamen si lebih kerna tugas ras tanggung jawabta sebage pengelola doni enda alu rumusen 4 pola sirusur ibelasken guna kiniulin kegeluhen manusia ras kerina tinepa si lit eme : “repent”, “restraint”, “respect”, “responsible” (ertobat, menahan diri, menghormati ras bertanggung jawab) sikap si 4 hal enda me sebage ibadahta si terimplementasi secara bertanggung jawab ibas kegeluhen sinyata.

Bujur ras mejuah – juah, selamat er PJJ ras selamat njagai kerina tinepa Dibata alu tuhu nggeluh erkemalangen man Dibata.

Pekanbaru. 30 Agts 2015.

Selasa, 25 Agustus 2015

Suplemen Moria 23 – 29 Agts 2015 “SUAMI DAN ISTRI ADALAH SATU” Kej 2 : 18 – 24

Suplemen Moria 23 – 29 Agts 2015

“SUAMI DAN ISTRI ADALAH SATU”
Kej 2 : 18 – 24

Beberapa hal yang mengakibatkan adanya problem dalam perkawinan dalam dewasa ini, antara lain :
  • Seringnya satu pasangan mengabaikan keseimbangan dimensi kasih yang bersifat internal dan eksternal, dan dalam hal ini ada kecenderungan dari pasangan yang terlalu mengedepankan aspek eksternal seperti penampilan fisik.
  • Keberhasilan dalam karier dan peningkatan finansial serta jumlah properti. Seakan-akan rumah tangga yang berhasil manakala mereka memiliki penampilan fisik yang serba oke, sukses dalam pekerjaan atau karier dan mampu memiliki berbagai harta milik atau aset.
  • Tiap – tiap pasangan membentuk dunianya sendiri.
  • Suami merasa memiliki hak atas pola kehidupan dan kesenangan yang dia miliki dan demikian pula dengan isteri yang berjalan menurut kehendak dan kemauannya sendiri. Mereka berdua secara fisik tetap dapat hidup satu atap dan satu rumah, tetapi kasih dan cinta mereka sesungguhnya telah padam.
  • Bahkan tidak jarang dalam realita, kita dapat menjumpai 2 orang yang semula saling mencintai telah berubah menjadi orang-orang yang saling membenci dan menyimpan dendam kesumat. Penyebabnya karena cinta mereka kini bergeser dan condong kepada aspek yang eksternal yaitu segala sesuatu yang bersifat jasmaniah, fisik dan materi ; tetapi hati mereka telah kehilangan meterai cinta.
Jikalau kita kembali mengingat makna kebaktian peneguhan dan pemberkatan pernikahan maka pemberkatan pernikahan itu tentunya bukanlah hanya suatu acara gerejawi dalam kemasan liturgi yang hanya sekedar untuk memeteraikan kedua insan pengantin secara eksternal di hadapan publik. Dalam peneguhan dan pemberkatan pernikahan tersebut kedua insan pengantin menyatakan janji kesetiaan, tukar cincin, dan disatukan atas nama Allah. Dalam hal ini kedua insan pengantin membuka diri dalam satu komitmen iman untuk saling mengasihi dari lubuk hati mereka yang paling dalam. Oleh itu makna peneguhan dan pemberkatan dalam perkawinan pada hakikatnya untuk meneguhkan komitmen dan janji setia dari kedua mempelai agar mereka berdua mau saling mengasihi dengan kesetiaan yang kekal. Itu sebabnya hanya peristiwa kematian atau maut saja yang dapat memisahkan hubungan suami dan isteri.

Kitab Kej 2 : 18 – 24, menggambarkan bagaimana Allah, berencana baik kepada Adam ketika Ia melihat Adam hidup sendiri dan akhirnya meberikan teman yang sepadan kepada Adam sebagai teman hidup. Teman yang sepadan itu adalah teman yang saling membutuhkan dan saling melengkapi. Sehingga dengan saling membutuhkan dan saling melengkapi ini mereka harus menyatukan hati, pikiran, keinginan untuk satu tujuan hidup yaitu mencapai kebahagian.

Tema kita “SUAMI DAN ISTRI ADALAH SATU”, benar sekali apa yang dikatakan oleh tema kita pada hari ini, oleh itu maka pasangan suami – istri haruslah sepenuh hati dan selamanya untuk mencitai pasangannya dan cinta demikianlah yang disebut cinta sejati. Dalam prakteknya adakah yang memang mencintai pasangannya seumur hidup dan merasakan kesatuan itu sungguh – sungguh ada ? jawabnya tentu saja ada. Salah satu dari kisah – kisah pasangan yang saling mencintai dan merasakan adanya kesatuan hidup, dan cukup terkenal di kita yaitu kisah cinta mantan Presiden RI yaitu BJ. Habibie. Dari tokoh ini sebenarnya kita dapat belajar banyak dan berharga tentang kiat membangun rumah tangga superbahagia adapun kita pasangan ini yang dapat kita tuliskan disini antara lain :
  • Cinta sejati dari dua pasangan yang menikah hanya akan berkesinambungan, bila kedua belah pihak saling berlomba memberikan kontribusi terbaik nya (give) bagi kebahagiaan pasangannya, bukan sebaliknya hanya sibuk menuntut haknya (take).
  • Cinta sejati yang dikelola dengan baik berdampak signifikan dalam perwujudan cita-cita keduanya. Presiden RI ketiga ini dengan sangat baik menganalogikan produktivitas dari sinergi pasangan atau keluarga yang disegel dengan cinta sejati laksana penjumlahan bilangan 1 + 1 + 1 bukanlah menghasilkan hasil 3, tetapi bisa 1000, 10. 000 bahkan lebih dari jumlah tersebut, tergantung pada kadar kualitas dari kontribusi kedua pasangan. “ Posisi dan prestasi hidup saya hari ini merupakan buah dari cinta sejati saya dengan bu Ainun” ungkap Prof Habibie dengan mata berkaca-kaca. sang jenius ini, kemudian menceritakan bagaimana almarhumah – bu Ainun memberikan dukungan dan pengorbanan sangat luar biasa justru disaat kondisi ekonomi pasangan muda tersebut penuh kesulitan di awal pernikahannya di Jerman.
  • Cinta sejati setiap pasangan akan diuji oleh Allah dengan beragam ujian. Semakin sulit dan besar kadar ujian perkawinan & rumah tangga, maka semakin tampak kadar keaslian dan ketinggian cinta sejati dari masing-masing pihak.
  • Sang pecinta sejati hanya akan berpasangan dengan pasangan serupa.
  • Cinta sejati yang saling mengisi dan terbina dalam bentangan waktu yang lama akan menghasilkan “kemanunggalan” cinta dalam diri pasangannya (batin) meskipun sudah berpisah secara raga.
Jadi dalam hal ini kita dapat melihat BJ. Habibie, benar – benar membangun rumah tangganya di atas pilar cinta kasih – Cinta sejati dan yang saling mendukung, saling mengasihi. Inilah sebagian yang dapat diceritakan tentang nikmat dari pasangan yang sejati dan pasangan superbahagia di dunia.
Kita dan pasangan kita adalah satu, oleh itu juga sangat diharapkan Moria – Moria GBKP, semakin mengembangkan cinta yang sungguh – sungguh didalam kehidupan keluarga, karena siapa saja yang bisa membangun kehidupan yang berbahagia dan melewati berbagai rintangan dalam perkawinannya dengan baik, maka ia telah memuliakan Tuhan dalam kehidupannya dan dari keluarganya.
Mother Theresa mengatakan : “Tidak semua dari kita bisa melakukan hal besar dan luar biasa, tetapi semua kita bisa melakukan hal – hal kecil dengan cinta yang besar”.di dalam kehidupan keluarga kita tentu saja kita tidak dapat melakukan hal – hal yang besar dan luar biasa, tetapi jika kita melakukannya dengan cinta maka hal sekecil apapun pasti akan membuahkan kebahagian.
Selamat PA – Moria, kita adalah satu dengan pasangan kita, selamat mencintai, selamat mengasihi dan selamat berbahagia dalam kehidupan keluarga kita.

Amin.
Pekanbaru 26 Agts 2015.

Suplemen Moria Tgl 30 Agts – 05 Sept 2015. “Ciremndu gegehku (Senyummu kekuatanku)” Ayub 19 : 18 – 25

Suplemen Moria Tgl 30 Agts – 05 Sept 2015.

Tema : “Ciremndu gegehku (Senyummu kekuatanku)”
Bacaan : Ayub 19 : 18 – 25

Kitab Ayub menjadi sangat populer dan menarik bagi setiap orang kristen karena isinya merupakan sebuah upaya untuk menjawab pertanyaan :
  • Mengapa Tuhan mengijinkan iblis melakukan sesuatu yang membuat seorang Ayub menderita, sedangkan Allah sendiri menyatakan bahwa Ayub adalah seorang yang saleh, jujur, takut akan Allah dan menjauhi kejahatan (Ayub 1:1)
  • Allah yang memamerkan tentang siapa Ayub di hadapan iblis dengan mengatakan “tidak seorangpun di bumi seperti Ayub…” (Ayub 1:8)
  • Melawan konsep dunia yang mengatakan dari sejak dulu dan bahkan sampai saat ini, bahwa hanya orang yang jahatlah yang harus mengalami penderitaan karena dosa dan kejahatannya, sebab penderitaan itu sendiri adalah hukuman Allah bagi orang-orang yang jahat. Dan seyogianya orang baik seperti Ayub tidak semestinya mengalami penderitaan. Namun rupanya konsep umum/dunia yang demikian itu memang tidak selalu harus sesuai dengan kenyataannya. Penderitaan rupanya datang dan pergi menghinggapi siapa saja tanpa memandang pada orang baik, orang saleh ataupun orang jahat.
Siapakah Ayub ? :
  • Ayub adalah sosok yang takut akan Allah, saleh, jujur, menjauhi kejahatan dan sangat baik, sehingga dapat dikatakan kehidupan Ayub tidak bercacat cela dan oleh hal itu Ayub mendapat pengakuan dari Tuhan sebagai orang yang benar (Ayub 1 : 8).
  • Ditengah keluarga Ayub menjadi seorang Ayah yang menjadi peduli dan teladan bagi anak – anaknya (Ayub 1 : 4 – 5).
  • Dia adalah kepala rumah tangga yang bertanggungjawab, Memiliki Kepemimpinan R ohani yang baik dalam keluarga, sehingga ia selalu membawa anak – anaknya kepada hubungan dengan Allah dengan membawa korban persembahan kepada Tuhan sebagai ungkapan permohonan ampun kalau-kalau telah melakukan dosa di hadapan Allah (1:5).
  • Seorang suami yang baik yang mengasihi istrinya.
  • Tipe pria yang ideal. Ia sangat kaya secara jasmani maupun rohani, ia baik dan saleh luar dan dalam.
Bagaimana dengan istri Ayub ?
Sebelum masuk ke dalam pencobaan tentu ia adalah wanita yang sangat berbahagia, dia merasa menjadi wanita yang paling beruntung di dunia. Bagaimana tidak? Ia memiliki segalanya, suami yang baik dan saleh, bisa dipercaya, ia memiliki anak-anak yang banyak dan memiliki harta yang melimpah. Sehingga tak pernah kekurangan. Mungkin setiap hari ia tersenyum puas menatap masa depannya yang cerah. Dan pasti Ayub juga merasa bahagia mendapatkan seorang istri yang baik. Rumah tangga mereka sangat diberkati Tuhan dengan berbagai kelimpahan. Namun episode keluarga ini selanjutnya berubah 180 derajat. Semua yang sudah dalam genggaman akhirnya hilang begitu saja, melalui musibah-demi musibah yang mereka alami (1:13 – 19).

Ayub dan istrinya sangat tertekan dan menderita dengan semua peristiwa yang menimpa keluarga mereka. Dan yang paling menderita pasti Ayub, karena dialah yang menjadi sasaran tembak dari iblis. Pada saat itu, secara manusia satu-satunya kebahagiaan yang masih tersisa dari Ayub hanyalah istrinya, sehingga kehadiran dan dukungan dari istrinya sangat dibutuhkan. Namun satu-satunya asa yang ada selain Tuhan, kini menampakkan wajah aslinya.

Sebagai seorang suami dia masih bisa bertahan menghadapi segala tantangan. Tetapi kali ini dia mendapat pukulan telak, ia seolah ditusuk tepat di tempat yang paling mematikan! Ketika istrinya mempertanyakan kesetiaan Ayub kepada Allah. “Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!” (2:9) Saya berpikir,….. inilah pukulan yang terberat dari semua pencobaan dan ujian yang dialami Ayub. Namun kesetiaan Ayub kepada Tuhan tetap tidak dapat dihancurkan, dengan semua ide dan sumpah serapah itu. Ayub berkata: “Engkau Berbicara Seperti Perempuan Gila” (2 : 10).

Dalam keadaan yang normal, itu memang bukan perkataan yang pantas dari seorang suami kepada istrinya. Tetapi kita setuju kalau ide, sikap dan perkataan istri Ayub melebihi batas. Ternyata senyuman manis, kecantikan yang menawan dan kebaikan yang dulu dirasakan Ayub hanyalah bungkus luar ! Sebab wajah asli seseorang terlihat pada saat ia tertekan, baik oleh penyakit, penderitaan ataupun persoalan hidup yang berat.

Dalam perspektif Allah, pastilah Dia tahu dan dapat mengukur kapasitas yang dapat dipikul seseorang dalam menanggung beban, sehingga semua pekerjaan iblis pun dalam kontrol dan batasan yang dibuat Allah, baik kepada Ayub maupun kepada istrinya (1:12; 2:6). Namun yang lebih menarik, wajah asli istri Ayub lebih dari “seorang perempuan gila” sebab konsepnya ternyata sama persis dengan konsep iblis. Bahwa manusia jika menderita pasti, dan seharusnya meninggalkan Allah (2 : 5). Perkataan istrinya dan perkataan semua orang tidak meluluhlantakan imannya. Imannya yang seperti emas tak pernah takut dengan api melainkan semakin dimurnikan, Ayub melewati api pencobaan, tetapi hidupnya justru semakin dimurnikan (ayub 19 : 19 – 25).

Tema PA – Moria kita hari ini “ Senyummu kekuatanku (Ciremndu gegehku)” sebenarnya mengajak bagaimana Moria dapat menjadi kekuatan, pemberi semangat didalam kehidupan rumah tangga, lingkungan gereja dan masyarakat, dengan wajah yang bersahabat, wajah yang selalu ceria.
Kita mengetahui sebuah senyuman akan selalu membahagiakan seseorang, dan benar sekali dengan sebuah senyuman, seseorang akan membahagiakan dirinya sendiri dan orang lain yang mendapat senyuman dari kita. Tapi sayang memang, kalau kita memperhatikan orang timur (Karo) umumnya mahal senyum, entah apa yang menyebbkanya saya juga tidak tau pasti, kalau dikaitkan dengan kehidupan Ayub, mungkin saja orang Indonesia (Karo) memiliki jiwa dan perangai seperti istri Ayub, senyuman manis, kecantikan yang menawan dan kebaikan yang ditamilkan hanyalah bungkus luar ! ketika seseorang itu tidak lagi seperti yang dikehendaki seperti kehidupan Ayub maka senyum dan segala kebaikan menjadi sirna. Saya ingin mengatakan istri Ayub adalah istri yang memiliki moto ; ada uang abang sayang tidak ada uang abang melayang … heheheh.

Moria GBKP tidak diharapkan memiliki jiwa atau perangai seperti istri Ayub, tetapi menampakkan diri sebagai Moria – Moria yang setia dan selalu ceria dalam situasi apapun dan selalu menghadirkan semangat yang baru dimanapun ia hadir. Dan untuk Moria yang belum bisa tersenyum mari belajar tersenyum sehingga kita juga makin cantik dan mempesona, jangan katakan saya tidak bisa tersenyum karena wajah saya memang wajah cemberut, tidak ! orang – orang barat pada umumnya selalu menampilkan wajah yang ceria dan tersenyum ketika kita bertatap muka dan bertutur sapa dengannya, apakah mereka mereka dilahirkan dengan wajah murah senyum, sekali lagi tidak, tetapi mereka belajar senyum setiap saat dan akhirnya menjadi kebiasaan. Pada kesempatan ini saya akan menuliskan resep belajar tersenyum dan semoga kita mau mempraktekkannya di rumah sehingga akhirnya kita menjadi orang yang murah senyum : Jika selama ini kita mahal senyum, sulit tersenyum. Maka mulai di pagi hari belajar “SENYUM DUA JARI”, caranya sangat gampang. Berdirilah di depan kaca, lihat wajah anda, jika kurang cantik tanpa senyuman maka senyumlah dengan mendorong kedua mulut dari bawah keatas dengan dua jari anda. Setelah itu perhatikan wajah anda, maka akan terlihat aura kecantikan dari senyuman diri anda. Ini yang disebut dengan tekhnik “SENYUM DUA JARI”. Selamat mencoba dan tersenyumlah maka aku pun akan tersenyum.

Amin.
Pekanbaru 25 Agust 2015.

Kamis, 20 Agustus 2015

Suplemen PJJ GBKP 23 – 29 Agts 2015 “BELAJAR DARI KEHIDUPAN DANIEL”

Suplemen PJJ GBKP 23 – 29 Agts 2015.

Belajar Dari kehidupan Daniel
Pendahuluan.
Belakangan ini mulai jarang kita temui para pemimpin yang memiliki integritas dan spiritualitas yang baik. Memang masih banyak orang yang ingin menjadi pemimpin di negeri ini, tetapi motif mereka pada umumnya adalah untuk mendapatkan nama besar, menikmati berbagai fasilitas dan tunjangan-tunjangan yang berkaitan dengan jabatan tersebut. Untuk mendapatkan kedudukan dan jabatan tertentu tidak sedikit pejabat itu menggunakan segala cara untuk mendapatkannya. Ada yang mempertaruhkan harta kekayaannya, harga dirinya, nilai moralnya, dan bahkan iman percayanya. Ada juga yang menempuhnya dengan menggunakan ijazah ‘aspal’ (asli palsu) atau membeli gelar-gelar tertentu yang dijual seharga belasan hingga puluhan juta rupiah. Dia tidak pernah kuliah tapi bisa mendapatkan gelar sarjana, bahkan magister dan doctor. Dan anehnya orang-orang seperti itu sedikitpun tidak merasa bersalah untuk mencantumkan gelarnya di depan atau di belakang namanya.

Godaan seperti itu bisa jaga melanda para pemimpin gereja termasuk para pemuda gereja. Dan kalau itu terjadi di kalangan gereja sudah bisa dibayangkan ke depan bagaimana nantinya perkembangan dan pertumbuhan gereja-gereja kita di Indonesia ini bahkan di dunia ini. Untuk itulah kita perlu belajar dari Alkitab terutama dari para tokoh Alkitab khususnya Daniel. Sebagai seorang pemuda, Daniel juga sudah barang tentu mempunyai harapan dan cita-cita yang tinggi pada zamannya. Tetapi dia tidak menyangka kalau negerinya akhirnya dihancur leburkan oleh kekuatan Negara lain yakni kerajaan Babelonia yang diperintah Nebukadnesar. Daniel pun ditawan dan dibawa ke Babelonia untuk dijadikan pekerja paksa di negeri asing. Tetapi di sana Daniel mendapat kesempatan untuk menjadi pejabat tinggi Negara Babelonia. Akankah iman dan integritas Daniel dikorbankannya untuk mendapatkan kedudukannya itu? Melalui Penelaahan Alkitab saat ini kita bisa belajar tentang pengalaman iman dan pergumulan hidup Daniel, yang bisa kita jadikan teladan di dalam kehidupan rohani kita.

Profil Daniel.
Ada beberapa orang di dalam Alkitab yang bernama Daniel. Pertama, Daniel (disebut juga dengan nama Khileab) anak kedua Daud dari Abigail, perempuan Karmel (1 Taw. 3:1). Tidak begitu banyak yang kita ketahui tentang riwayat kehidupannya. Diduga dia meninggal dunia pada usia yang relatif masih muda. Kedua, Daniel dari keturunan Itamar yang menyertai Ezra kembali ke Yerusalem setelah masa pembuangan Babelonia (Ezr. 8:2). Dia ikut membubuhkan tanda-tangannya pada piagam perjanjian yang bermeterai (Neh. 10: 1-6). Ketiga, Daniel yang memiliki hikmat dan kebenaran yang luar biasa, yang imannya disetarakan dengan Nuh dan Ayub (Yeh. 14:14,20; 28:3). Dan dia disebut di dalam naskah Ugarit. Yang keempat adalah Daniel yang diceriterakan di dalam kitab Daniel dalam Alkitab, yang digolongkan kepada nabi-nabi besar PL. Pada awalnya tidak banyak informasi yang kita dapatkan tentang Daniel ini. Namun dia diyakini sebagai seorang Israel dari keturunan raja dan bangsawan. Pendapat ini didasarkan kepada catatan dalam Daniel 1: 3, bahwa Nebukadnesar telah memerintahkan :

Aspenas kepala istananya untuk membawa beberapa orang Israel, yang berasal dari keturunan raja dan dari kaum bangsawan, yakni orang-orang muda yang tidak ada sesuatu cela, yang berperawakan baik, yang memahami berbagai-bagai hikmat, berpengetahuan banyak dan yang mempunyai pengertian tentang ilmu, yakni orang- orang yang cakap untuk bekerja dalam istana raja.
Daniel dibawa sebagai tawanan ke Babelonia oleh Nebukadnesar pada tahun ketiga pada pemerintahan Yoyakin. Bersama beberapa teman-temannya (Hananya, Misael dan Azarya) Daniel bersama mereka akan dilatih secara khusus untuk melayani raja di istananya (Dan. 1:5). Sejak pelatihan (Youth Leadership Training ala Nebukadnesar) itu nama-nama mereka yang berbau Yahudi (Israel) diganti dengan nama-nama berbau Babelonia. Daniel menjadi Beltsazar, Hananya menjadi Sadrakh, Misael menjadi Mesakh, dan Azarya menjadi Abednego (1:7). Mungkin alasan penggantian itu adalah untuk menyatakan kepada masyarakat Babel bahwa mereka sudah menjadi warga Babelonia melalui proses naturalisasi.

Masa pelatihan (training) itu memakan waktu selama 3 tahun, sebelum mereka bekerja untuk raja. Selama masa itu kepada mereka diberikan segala fasilitas kerajaan Babelonia, termasuk jenis dan kualitas makanan dan minuman yang terbaik (yang biasanya menjadi santapan raja) disiapkan untuk mereka. Namun Daniel dan kawan-kawannya tidak mau mengkonsumsi makanan dan minuman yang biasanya dimakan dan diminum raja. Mereka menahan dirinya untuk tidak menikmati ‘santapan’ raja, karena itu bisa menajiskan dirinya. Melihat commitment Daniel dan kawan-kawannya, maka Allah mengaruniakan kasih sayang-Nya kepada mereka melalui pemimpin pegawai istana. Daniel hanya meminta disediakan sayur dan air sebagai makanan dan minumannya. Dan ternyata hasilnya sangat menakjubkan. Perawakan Daniel dan kawan-kawannya lebih baik dan lebih gemuk dari pada orang-orang muda lainnya yang makan dan minum dari santapan raja (1: 15).

Daniel sangat berbeda dengan orang-orang muda pada zaman ini yang kelihatannya sangat konsumtif dan rakus terhadap makanan dan minuman. Orang-orang muda pada zaman ini sangat suka menikmati fasilitas Negara. Mereka tidak segan-segan membawa mobil dinas (mobil kantor; plat merah) ayahnya atau ibunya untuk bepergian dengan teman-temannya dan mengunjungi pacarnya. Orang-orang muda saat ini juga sangat gemar memakan makanan yang berlemak seperti daging, tetapi sangat sedikit yang makan sayur dan buah. Orang-orang muda saat ini juga gemar meminum minuman keras (alcohol) sampai bermabuk-mabukan dan tawuran. Bahkan tidak sedikit dari antara mereka yang telah mengkonsumsi narkhoba dan zat-zat adiktif lainnya.

Selama masa pelatihan (training) itu Allah memberikan pengetahuan dan kepandaian tentang berbagai-bagai tulisan dan hikmat. Kepada Daniel Allah juga mengaruniakan dia pengertian tentang berbagai-bagai penglihatan dan mimpi (1:17). Dan setelah tiba waktu yang ditetapkan, raja Nebukadnesar mulai berbicara dengan mereka. Raja menemukan bahwa mereka sepuluh kali lebih cerdas dari pada semua orang berilmu dan semua ahli jampi di seluruh kerajaannya. Dalam hal raja Nebukadnesar memerlukan kebijaksanaan dan pengertian, maka raja akan bertanya kepada mereka. Mereka menjadi ‘konsultan ahli’ bagi raja Babelonia. Ketika pun raja Nebukadnesar bermimpi dan semua para ahli (orang-orang berilmu, ahli jampi, ahli sihir dan para Kasdim tidak ada yang sanggup menjelaskan arti mimpinya. Tetapi melalui sebuah penglihatan malam yang diberikan oleh Allah, Daniel sanggup mengetahui apa mimpi raja dan sekaligus mengartikan mimpi itu (2:19-23).

Dari tawanan menjadi pejabat tinggi.
Setelah raja Nebukadnesar wafat, dia digantikan oleh anaknya bernama Belsyazar. Raja ini mengadakan perjamuan yang besar untuk para pembesarnya, seribu orang jumlahnya. Mereka minum-minum anggur dengan menggunakan perkakas dari emas yang telah diambil Nebukadnesar dari dalam Baitsuci Yerusalem. Sembari mereka bermabuk-mabukan mereka memuji-muji dewa-dewa dari emas dan perak, tembaga, besi, kayu dan batu (5:1-4). Saat itulah ada jari-jari tangan manusia menulis pada kapur dinding istana raja, dan raja melihat ada punggung tangan yang sedang menulis (5:5). Raja mengumpulkan para ahli jampi, para Kasdim dan para ahli nujum untuk mengartikan tulisan itu. Tetapi tak satu orang pun yang dapat mengartikannya. Akhirnya Daniel atau Beltsazar yang dikenal sebagai orang yang penuh dengan roh para dewa yang kudus, memiliki kecerahan, akal budi dan hikmat dan pengetahuan, dipanggil raja untuk mengartikannya. Mene, mene, tekel ufarsin berarti: masa pemerintahan raja dihitung oleh Allah dan telah diakhiri, raja ditimbang dengan neraca dan didapati terlalu ringan, kerajaannya yang terpecah dan diberikan kepada orang Media dan Persia (5:25). Hal itu terjadi karena raja dan seluruh pembesar kerajaan telah menggunakan perkakas emas dari Baitsuci Yerusalem untuk bermabuk-mabukan. Karena kemampuannya itu raja mengangkat Daniel menjadi pejabat tinggi kerajaan yang mempunya kekuasaan sebagai orang ketiga setelah raja. Dan setelah raja Beltsyazar terbunuh, dia digantikan oleh Darius, orang Media (5:29; 6:1), Daniel adalah salah satu dari ketiga pejabat tinggi yang mengepalai 120 wakil-wakil raja (6:2). Karena Daniel mempunyai roh yang luar biasa, raja Darius juga bermaksud untuk mengangkat Daniel menjadi pejabat atas seluruh kerajaannya, setingkat di bawah kekuasaan raja.

Melihat keberhasilan Daniel maka para pejabat tinggi dan wakil raja mencari alasan dakwaan untuk menjatuhkan Daniel dari jabatannya (6:5). Tetapi mereka tidak menemukan alasan apapun atau sesuatu kesalahan atas dirinya, sebab Daniel setia dan tidak lalai di dalam menjalankan tugasnya. Menurut mereka hanya ada satu cara untuk menjatuhkannya, yakni dalam hal ibadahnya kepada Allahnya (6:6). Tanpa sepengetahuan Daniel, para pejabat tinggi dan para wakil raja mengusulkan kepada raja untuk mengeluarkan sebuah peraturan atau undang-undang yang baru yang ditetapkan raja. Isi undang-undang itu adalah: barangsiapa dalam 30 hari menyampaikan permohonan kepada salah satu dewa atau manusia kecuali kepada raja, maka ia akan dilemparkan ke dalam gua singa (6:8). Begitu mendengar isi undang-undang itu, Daniel pergi ke rumahnya untuk berdoa kepada Allah ke arah Yerusalem. Di kamar atas, dia berlutut dan berdoa tiga kali sehari serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya (6:11). Ketika mereka menemukan Daniel yang sedang berdoa kepada Allahnya, maka mereka melaporkannya kepada raja. Mendengar nama Daniel, raja menjadi sangat sedih hatinya. Dia berusaha mencari jalan untuk melepaskan Daniel, tetapi dia tidak mendapatkannya. Akhirnya sesuai dengan ketentuan undang-undang itu, Daniel pun dilemparkan ke gua singa. Raja kembali ke istananya dan berpuasalah ia semalam-malam dan dia tidak bisa tidur, karena memikirkan keadaan Daniel.

Begitu fajar menyingsing, dengan terburu-buru raja langsung pergi ke gua singa. Raja berseru ke arah Daniel, kalau-kalau Daniel masih hidup: “Daniel, hamba Allah yang hidup, Allahmu yang kausembah dengan tekun, telah sanggupkah ia melepaskan engkau dari singa-singat itu?” (6:21). Daniel menjawab: “Ya raja, kekallah hidupmu! Allahku telah mengutus malaikat-Nya untuk mengatupkan mulut singa-singa itu, sehingga mereka tidak mengapa-apakan aku, karena ternyata aku tak bersalah di hadapan-Nya; tetapi juga terhadap tuanku, ya raja, aku tidak melakukan kejahatan” (6:23). Mendengar khabar baik itu, raja Darius mengirimkan suratnya kepada orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa yang berisikan kesaksian dan kewajiban :
  • Bersama ini kuberikan perintah, bahwa di seluruh kerajaan yang kukuasai orang harus takut dan gentar kepada Allahnya Daniel, sebab Dialah allah yang hidup yang kekal untuk selama-lamanya; pemerintahannya tidak akan binasa dan kekuasaan-Nya tidak akan berakhir. Dia melepaskan dan menolong, dan mengadakan tanda dan mujizat di langit dan di bumi, Dia yang telah melepaskan Daniel dari cengkeraman singa-singa” (6:27-28).
Iman percaya dan keselamatan Daniel telah menjadi kesaksian yang hidup bagi raja Darius sampai akhirnya dia mengirimkan isi kesaksiannya yang menjadi kewajiban bagi seluruh warga di dalam kerajaannya. Beberapa waktu kemudian Daniel pun mengalami kelelahan dan jatuh sakit beberapa hari lamanya (8:27).

Demikianlah kehidupan Daniel sebagai pejabat tinggi di Negara Babelonia. Di tengah-tengah kesibukannya selaku pejabat tinggi Negara, Daniel terus memelihara kebiasaan baiknya untuk datang ke hadirat Tuhan Allah untuk berdoa, bermohon dan berpuasa serta mengenakan kain kabung dan abu, memohon pengampunan dosa (9:3). Dia berdoa syafaat mewakili bangsanya : “Kami telah berbuat dosa dan salah, kami telah berlaku fasik dan telah memberontak, kami telah menyimpang dari perintah dan peraturan-Mu, dan kami tidak taat kepada hamba-hamba-Mu, para nabi, yang telah berbicara atas nama-Mu kepada raja-raja kami, kepada pemimpin-pemimpin kami, kepada bapa-bapa kami dan kepada segenap rakyat negeri. Ya TUHAN, kami, raja-raja kami, pemimpin-pemimpin kami dan bapa-bapa kami patutlah malu, sebab kami telah berbuat dosa terhadap Engkau. Pada TUHAN Allah kami, ada kesayangan dan keampunan, walaupun kami telah memberontak terhadap Dia” (9:5-6, 8-9).

Refleksi theologis
Dari sejarah kehidupan dan pengalaman Daniel kita memperoleh beberapa refleksi teologis, antara lain :
  1. Perobahan status social Daniel dari kaum bangsawan (orang berdarah biru) menjadi seorang tawanan perang yang akan diperlakukan sebagai budak tidak membuat Daniel menjadi orang yang frustrasi, yang ugal-ugalan dan yang urakan. Dia tetap memelihara kehidupan kepribadiannya dan kerohaniannya. Daniel tidak menghakimi siapa-siapa, juga tidak menghakimi Allah, bahkan dia tetap memuji Allah di tengah-tengah bangsa yang menawan dirinya.
  2. Seorang muda yang menjadi tawanan perang tidak identik dengan hidup yang tanpa masa depan sama sekali. Kemiskinan seorang muda tidak serta merta menutup jalan kehidupannya menuju kehidupan yang gemilang, bahkan hingga menduduki jabatan sebagai pejabat tinggi negara. Keterbatasan keadaan hidup dan kemiskinan bisa menjadi motivasi dan alasan yang kuat untuk mendorong keinginan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak dan lebih berhasil di masa depan. Oleh karena itu janganlah jadikan keterbatasan, kekurangan dan kemiskinanmu menjadi ‘penutup jalan’, tetapi pakailah itu menjadi ‘tumpuan’ kakimu untuk meraih sukses.
  3. Menahan diri dan mengendalikan hawa nafsu terhadap berbagai jenis makanan dan minuman yang biasa disantap para raja dan kaum bangsawan adalah salah satu cara untuk membentuk fostur tubuh yang sehat. Tidak semua makanan yang enak itu adalah menyehatkan. Sudah banyak orang-orang yang muda yang jatuh ke dalam kasus obesitas (kegemukan atau kelebihan berat badan). Di Australia ada banyak program untuk menurunkan berat badan. Banyak orang yang membelanjakan uangnya untuk menyewa seorang instruktur dalam rangka menurunkan berat badannya. Memakan makanan yang mengandung banyak lemak dapat menyebabkan timbulnya berbagai penyakit di dalam diri kita. Sebaliknya, memakan makanan yang mengandung serat dari sayur-sayuran dan buah-buahan justru membuat tubuh menjadi sehat.
  4. Juga meminum minuman yang mengandung alcohol dapat mengakibatkan kemabukan dan hilangnya kesadaran. Seseorang yang mabuk akan sulit untuk membedakan isterinya dengan ibu mertuanya, dan tidak bisa membedakan isterinya dengan isteri temannya. Banyak orang muda berpikir agar berani naksir cewek dia perlu menenggak minuman beralkohol. Orang muda seperti ini adalah orang yang abnormal (sakit jiwa). Dikatakan abnormal, karena makan obat dulu baru berani menyampaikan isi hatinya. Orang yang normal (sehat) tidak memerlukan obat untuk mengungkapkan isi hatinya kepada siapa saja. Karena dia sadar hanya ada dua kemungkinan jawaban yang akan dia terima, diterima atau ditolak, itu saja. Orang-orang muda juga perlu menahan diri dari perilaku konsumtif yang bersifat kecanduan. Misalnya dengan perilaku merokok, menghisap ganja, mengkonsumsi narkhoba dan zat-zat adiktif lainnya. Juga dari kebiasaan kebut-kebutan, pergaulan bebas, judi, dll.
  5. Kemampuan untuk menahan diri dan mengendalikan diri hanya bisa diperoleh melalui pemeliharaan kehidupan kerohanian (spiritualitas). Kerohanian dan spiritualitas kita bisa bertumbuh dan berkembang apabila kita tetap memelihara hubungan pribadi dengan TUHAN (HPDT). Orang-orang muda perlu melakukan penyembahan pribadi, doa dan ibadah pribadi, di samping penyembahan bersama di gereja dan persekutuan. Yakni dengan cara melakukan doa pagi sebelum memulai sesuatu aktifitas sepanjang hari. Dalam Markus 1:35 ada dikatakan: “Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia (Yesus) bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana.” Saudara-saudara kita di Korea, setiap hari jam 04.30 sudah pergi ke gereja untuk beribadah, walaupun di musim dingin (salju). Daniel selalu berdoa setiap hari, tiga kali sehari (pagi, siang dan sore). Hidup yang beribadah, dan ibadah yang hidup adalah kehidupan orang-orang muda.
  6. Orang yang berspiritualitas adalah orang yang selalu berkomunikasi dengan Alllah dan selalu dengar-dengaran dengan firman Tuhan. Hal ini dapat kita jumpai dalam Galatia 6:2, yang mengatakan: “kalau ada seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lembah lembut…” Dalam terjemahan The Holy Bible versi NRSV disebutkan: “you who have received the Spirit should restore”. Itu berarti bahwa orang yang memiliki spiritualitas adalah orang yang terus-menerus menerima Roh Allah di dalam hidupnya. Dalam pasal sebelumnya (5:16) Paulus mengatakan: “hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging”. Dan jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh (5:25).
  7. Orang-orang muda yang memiliki spiritualitas lah orang-orang yang memiliki integritas. Integritas adalah suatu kepribadian yang utuh. Yakni suatu kepribadian yang sejalan perkataannya dengan perbuatannya, dan sejalan perbuatannya dengan apa yang diyakininya (imannya). Hidup dan perilakunya adalah buah dari imannya. Orang yang memiliki integritas adalah orang yang berani menegakkan keadilan dan kebenaran. Berani mengatakan ‘ya’ terhadap yang benar dan baik, dan mengatakan ‘tidak’ terhadap yang salah dan jahat. Dia memiliki prinsip yang kuat di dalam hidupnya, karena dia selalu berlandaskan imannya di dalam setiap hal yang dilakukannya. Dia tidak mengenal kompromi terhadap dunia ini. Dia tidak mau terlibat kepada tindakan konspirasi yang menjatuhkan sesamanya.
  8. Kehidupan spiritualitas dan integritasnya yang tinggi membuat mulut singa terkatup rapat. Singa-singa lapar menjadi kenyang melihat kehadiran anak-anak Tuhan. Mereka tidak selera untuk menyantap anak-anak Tuhan, karena tubuh mereka tidak mengandung bau kematian (mayat). Sebaliknya singa-singa lapar itu akan bertambah laparnya ketika melihat tubuh orang-orang yang penuh dosa dan kejahatan, yang rakus dan tamak, serta yang tambun karena menimbun kejahatan di dalam dirinya. Singa-singa lapar itu akan sangat merasa haus ketika melihat tubuh orang-orang yang suka menghisap darah (kehidupan) sesamanya.
  9. Kehadiran orang-orang muda di setiap tempat dan waktu akan selalu membuat orang-orang di sekitarnya dapat mengenal Allah. Di mana pun orang-orang muda ada, dia selalu memperkenalkan kuasa Allah. Hidupnya adalah hidup yang bersaksi, bersaksi tentang kebaikan Tuhan. Di mana pun dia berada mujizat dan tanda ajaib Tuhan selalu nyata di dalam hidupnya. Tuhan memakainya menjadi alat yang indah dalam pemberitaan Injil, kabar baik Tuhan Yesus Kristus.
  10. Oleh karena itu selalulah takut akan Tuhan. Dia akan mendudukkanmu pada kedudukan dan jabatan yang Tuhan sediakan bagimu. Kita tidak perlu mendongkel kawan agar jatuh dari kedudukan dan jabatannya. Kedudukan dan jabatan kita haruslah yang dari pada Tuhan, bukan yang diberikan oleh dunia ini. Selamat melayani.
Catatan kuliah PL. DR. J. Situmorang.